Titik Hotspot di Sumsel Tahun Ini Menurun 71 Persen
Berdasarkan data yang ada untuk hotspot di periode Januari-Juli 2019 dibandingkan Januari-Juli 2020 di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ada penuruna
Penulis: Linda Trisnawati |
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Berdasarkan analisis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang kebakaran hutan, perkebunan dan lahan (karhutbunla) sejak lima tahun terakhir tren nya menurun.
"Data sampai akhir Juli ini menurun, dan diharapkan sampai akhir tahun nanti tetap menurun," kata Kepala Subid KLHK Israr Albar saat Live Talk di Sumsel Virtual Fest 2020 yang diadakan Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Kamis (6/8/2020).
Berdasarkan data yang ada untuk hotspot di periode Januari-Juli 2019 dibandingkan Januari-Juli 2020 di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) ada penurunan sebesar 71 persen.
Berdasarkan data Karhutla terbesar terjadi di beberapa tahu seperti di tahun 1982, 1983, 1997, 1998, 2006 dan 2019.
Termasuk juga di Sumsel yang tahun lalu banyak terjadi kebakaran.
"Kalau dulu sebelum 2015 paradigmanya berfokus kepada penanggulangan dan pemadam. Maka sejak 2015 fokusnya pada pencegahan," ungkapnya.
Menurutnya, ada lima fase di dalam kebakaran hutan dan lahan yaitu di bulan Januari-April, April-Juni, Juni-Oktober, Oktober-November dan Desember.
Paling krusial itu terjadi di fase ketiga yaitu pada bulan Juni-Oktober.
"Dimana pada saat ini terjadi karhutla di berbagai daerah termasuk Sumsel. Ini juga sangat berdampak tidak hanya pada ekologi tetapi juga pada sosial, ekonomi, budaya dan keamanan. Maka perlu dicermati lima fase yang ada tersebut," katanya
Ia pun menambahkan, bahwa di Sumsel ada beberapa lokasi kebakaran yang sifatnya berulang dan perlu diperhatikan seperti di OKI, Padang Sugihan, Berbak Sembilang dan lain-lain.