Update Terbaru Kasus Gilang Bungkus, Begini Pengakuan Ibu dan Kakaknya Disidang Etik di Unair

Keluarga Gilang, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang diduga menjadi pelaku fetish kain jarik menyesalkan sikap anaknya.

Editor: Moch Krisna
tribunnews
Fetish kain jarik yang sedang viral di twitter 

TRIBUNSUMSEL.COM - Keluarga Gilang, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang diduga menjadi pelaku fetish kain jarik menyesalkan sikap anaknya. 

Hal ini terungkap dalam sidang etik virtual yang digelar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, Senin (3/8/2020). 

Sidang dihadiri ibu dan kakak GIlang. 

Wakil Dekan I FIB Unair Puji Karyanto mengatakan, dalam rapat itu, keluarga menyesalkan perbuatan Gilang yang diduga melakukan pelecehan seksual berkedok penelitian 'fetish kain jarik'.

"(Hasil rapat klarifikasi) tidak dapat disampaikan secara terbuka. Intinya keluarga menyesalkan atas apa yang sudah dilakukan oleh puteranya," kata Puji ketika dikonfirmasi, Selasa (4/8/2020).

Menurutnya, ada sejumlah pembahasan dalam rapat virtual itu yang tak bisa diungkap kepada publik.

Namun, kata Puji, Komisi Etik Unair telah mengantongi sejumlah keterangan untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil.

"Komisi Etik bekerja independen, mereka mengikuti tanya jawab yang terjadi di rapat (dengan keluarga G)," kata dia.

Puji menjelaskan, rekomendasi dari Komisi Etik itu menjadi salah satu pertimbangan Unair untuk menjatuhkan sanksi kepada G.

"(Hasil) sidang Komisi Etik akan dikirimkan ke universitas, nanti universitas yang menentukan berdasarkan rekomendasi," kata Puji.

Mengenai keputusan soal sanksi apa yang bakal dijatuhkan kepada G, sepenuhnya menjadi wewenang universitas.

Secara resmi, hal itu akan tertuang dalan surat keputusan (SK) Rektor Unair.

"Nanti SK rektornya ada, yang berhak mengangkat atau memberhentikan mahasiswa, atau memberikan sanksi itu kan universitas," kata Puji.

FIB Unair meminta maaf

tribunnews
Rektorat Unair (Kompas.com)

Terkait dugaan pelecahan seksual yang dilakukan Gilang, Puji mewakili lembaga menyampaikan permintaan maaf kepada publik.

Ia menyesalkan perisitiwa ini bisa terjadi dan menimbulkan ketidaknyamanan di tengah masyarakat.

Ia memastikan, FIB Unair berkomitmen menyelesaikan persoalan ini secara akademis.

"Kami berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan ini sebaik-baiknya. Tentu saja kami adalah domain akademik, kalau domain pidana itu urusannya penegak hukum," ujar dia.

Kasus Gilang yang diduga melecehkan korbannya dengan bungkus kain jarik melilit badan itu diketahui setelah salah satu korban mengungkapnya ke publik.

Salah satu korban membuat utas di media sosial Twitter pada Kamis (30/7/2020).

Dalam utas itu, ia mengaku menjadi korban dari seorang mahasiswa semester 10 yang berkuliah di Universitas Airlangga. 

Unair Harus Hati-hati

Universitas Airlangga diingatkan untuk berhati-hati dalam menangani kasus penyimpangan seksual yang dilakukan Gilang 'Bungkus', mahasiswanya. 

Hal ini beralasan karena Gilang tergolong masih muda dan masa depannya masih panjang. 

Menurut pakar psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Koentjoro, hendaknya Gilang diberikan hukuman sepantasnya dan jangan sampai membunuh masa depan yang bersangkutan.

"Bagaimana pun juga manusia punya masa lalu. Orang boleh bersalah. Orang tempatnya salah dan khilaf. 

Yang penting dia bisa belajar dari masa lalu," kata Prof Koentjoro dilansir dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Minggu (2/8/2020). 

Prof Koentjoro memastikan kasus Gilang ini memang bisa dibawa ke ranah hukum. 

Alasannya, yang dilakukan adalah sebuah penyimpangan, bukan kelainan. 

Dari penyimpangan itu dia melakukan strategi-strategi yang melenceng. 

"Dan ada pihak yang merasa dirugikan," tegasnya. 

Koentjoro juga menganalisis alasan Gilang Bungkus melakukan fetish kain jarik kepada para korbannya. 

Menurut Psikolog Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Koentjoro, tujuan utama Gilang pertama kali adalah memenuhi kepuasan seksualnya. 

Tetapi, lanjut dia  bukan hanya seks, proses kekhawatiran dan membuat orang takut diperintah itu menjadi tujuan lainnya.

"Ketika bahwa seseorang itu merasa takut, diperintah, itu pembentukan perilakunya adalah operant conditioning, sesuatu yang menyenangkan cenderung diulangi," papar Koentjoro.

Ia menilai Gilang mendapat kepuasan dari melihat korbannya merasa ketakutan saat dibungkus dengan kain jarik.

Merasa puas dengan hal itu, pelaku kemudian melakukan hal yang sama dengan mencari korban lain.

"Dia melihat ada orang ketakutan, dia menjadi aman, dan itu diulangi," jelasnya.

"Ada kemudian terbentuk formasi-formasi tertentu, akhirnya menjadi berkelanjutan," kata Koentjoro.

"Itu yang bisa saya jelaskan dari bagaimana proses pembentukannya," tambah dosen psikologi Universitas Gadjah Mada tersebut.

Koentjoro menambahkan, reaksi Gilang terbentuk dari caranya berusaha membuat korban patuh.

Seperti diketahui, pelaku berupaya mendekati korban melalui media sosial dan WhatsApp.

Koentjoro menilai reaksi patuh korban menjadi kepuasan bagi Gilang.

"Bagaimana perilaku menyenangkan itu adalah orang menuruti perintahnya," papar Koentjoro.

"Kemudian apa dia inginkan terlaksana. Jadi orang tunduk," lanjutnya.

Selain itu, Koentjoro menyebutkan Gilang berupaya membuat orang takut dengannya.

Diketahui Gilang kerap meminta junior di kampus menghormati dirinya sebagai senior, seperti yang tampak dari sejumlah tangkapan layar percakapan yang diunggah korban.

Koentjoro menilai hal ini sebagai strategi menyerang.

"Kalau yang kemudian dibuat takut, itu bahasa sepakbolanya adalah model Italia. Menyerang itu adalah bagian dari pertahanan," jelas psikolog tersebut.

Tidak hanya itu, dalam percakapan di media sosial yang diunggah korban tampak Gilang memarahi korban dengan alasan tidak sopan.

"Karena itu dia sering-sering marah seperti itu agar orang tidak tanya kepada dia," kata Koentjoro.

"Sehingga itulah terbentuk yang dia lakukan," tambahnya.

Lihat videonya mulai menit ke-3.00:

15 korban melapor

Sebanyak 15 korban pelecehan fetish kain jarik yang dilakukan G alias Gilang Bungkus melapor ke Universitas Airlangga, Surabaya. 

Laporan ini menyusul dibukanya layanan help center atau hotline khusus bagi para korban Gilang Bungkus sejak Kamis, (30/7/2020).  

Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair, Suko Widodo mengungkapkan, 15 aduan itu diterima secara daring. 

"Tetapi agak sumir karena 15 orang yang melapor melalui daring tidak menyebutkan siapa namanya. Mereka hanya menyebut bahwa pernah dihubungi dengan cara seperti ini. Kalimatnya mengajak dengan alasan riset tapi korban menolak," ujar Suko.

Suko meminta siapapun yang merasa menjadi korban Gilang segera menghubungi help center yakni melalui helpcenter.airlangga@gmail.com atau menghubungi via nomor telepon 081615507016.

"Di help center tersebut nanti para korban akan didampingi psikolog untuk membantu menyelesaikan persoalan itu," katanya.

Dengan banyaknya korban yang melapor ke help center tersebut, lanjut Suko, diharapkan pelecehan seksual fetish itu cepat selesai agar tidak meninggalkan trauma di masyarakat.

"Kami juga koordinasi dengan Polda Jatim dan Polrestabes Surabaya untuk bersama menangani kasus ini. Namun sejauh ini belum ada yang laporan ke polisi," ucapnya.

Sementara itu, nasib study Gilang akhirnya mendapat penegasan dari Unair.   

Gilang yang kini masuk semester 10 Fakultas Ilmu Budaya Unair ini telah dijatuhi sanksi berupa skorsing sementara. 

Suko Widodo mengungkapkan, sanksi tersebut bersifat sementara karena masih dilakukan pengumpulan bukti lebih lanjut.

tribunnews
Ketua PIH Universitas Airlangga, Suko Widodo (SURYAOnline/Bobby Constantine Koloway)

Sebelumnya Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, Prof. Diah Ariani Arimbi mengaku sudah menghubungi pelaku (mahasiswa yang bersangkutan) untuk mengonfirmasi hal ini, namun belum bisa dihubungi. 

Pihaknya juga sudah menghubungi orangtua terduga pelaku, tetapi belum bisa terhubung. 

Diah memastikan tidak akan melindungi siapapun sivitas akademika yang melakukan pelanggaran etika berperilaku di kampus apalagi pelanggaran pidana.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Unair: Keluarga Terduga Pelaku Fetish Kain Jarik Menyesalkan Perbuatan Anaknya"

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul KABAR TERBARU Kasus Gilang Bungkus, Ibu & Kakaknya Disidang Etik di Unair, ini Pengakuannya, https://makassar.tribunnews.com/2020/08/05/kabar-terbaru-kasus-gilang-bungkus-ibu-kakaknya-disidang-etik-di-unair-ini-pengakuannya?page=all.

Editor: Ilham Arsyam

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved