Idul Adha 2020

Ini 2 Contoh Khutbah Idul Adha 2020 dari MUI dan Muhammadiyah, Tema Syariah Kurban Pandemi Covid-19

Ini 2 Contoh Khutbah Idul Adha 2020 dari MUI dan Muhammadiyah, Tema Syariah Kurban Pandemi Covid-19

Penulis: Abu Hurairah | Editor: Kharisma Tri Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM/ABRIANSYAH LIBERTO
Sejumlah umat muslim Muhammadiyah melakukan sholat Idul Adha di pelataran benteng kuto besak,palembang,Sabtu (4/10/2014). Sholat idul adha pada tahun ini diselimuti kabut asap yang sangat tebal akibat kebakaran lahan di sejumlah wilayah Sumatera Selatan.Tak jarang para jamaah menggunakan masker pada sholat idul adha ini untuk menghindari penyakit ISPA. 

Hari raya Idhul Adha adalah hari besar umat Islam, merupakan hari kemenangan, hari dihalalkannya makanan dan diharamkan shiyam (puasa), yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah dan ditambah tiga hari yaitu hari-hari Taysrik, pada tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah, Idhul Adha merupakan hari peradaban manusia, sebagai pondasi serta tonggak disyari’atkannya ajaran para Nabi yang lalu dan kemudian disyari’atkan kembali bagi umat Islam, berupa risalah Islamiyah yang bawa oleh baginda Rasulullah Muhammad saw.

Berbicara tentang Idul Adha, berarti berbicara tentang dua sejarah umat Nabiyullah yang menjadi cerita dalam al-Qur’an, yaitu perjalanan Nabi Ibrahim as., yang diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat, yaitu ujian di atas rata-rata ujian manusia, yaitu diperintahkan menyembelih putranya, yang mana beliau setelah mendapatkan ujian berpuluh-puluh tahun tidak memiliki anak, setelah lahir putra kesayangannya Allah mengujinya dengan menyuruhnya untuk menyembelih.

Qurban merupakan syari’at yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as., yang kemudian diperkuat oleh syari’at Nabi Muhammad saw., inilah yang disebut syar’u man qablana, yaitu syari’at yang telah disyari’atkan terdahulu dan kemudian disyari’atkan kembali dalam risalah Islamiyyah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sebagaiamana firman Allah swt; Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah, sesungguhnya orangh-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” (QS. al-Kautsar: 1-2).

Maksudnya bahwa Allah telah memberikan anugrah kepada Nabi Muhammad, dan Allah telah memberikan kepada Nabi Muhammad al-Kautsar, yaitu sungai yang mengalir di surga yang dijanjikan untuk Nabi Muhammad. Ada beberapa pendapat tentang makna al-Kautsar, yaitu; 1) sungai di surga, 2) kebaikan yang banyak yang diberikan kepada Nabi kita Muhammad sawa., 3) ilmu dan al-Qur’an, 4) yaitu nubuwwah (kenabian), 5) telaga Rasulullah saw., yang banyak manusia mendatanginya, dan 6) begitu banyak pengikut dan umat.

“Inna a’thainaa” ayat ini memberikan keterangan bahwa Allah swt., telah memberikan Surga al-Kautsar. Secara makna, memberi itu tentunya tidak semua apa yang kita miliki, maka sesungguhnya Allah telah memberikan kenikmatan al-Kautsar kepada Nabi Muhammad hanyalah sedikit dari apa yang Allah miliki, namun walaupun hanya sedikit atas apa yang Allah berikan, namun nlainya sangat besar bagi kita sebagai hambanya.

“Fashalli li rabbika wan har” maka shalatlah, yaitu bershalatlah karena Allah dan bukan yang lainnya,  dan janganlak seperti orang-orang musyrik yang mana mereka bersujud kepada selain Allah dan melakukan penyembelian kepada selain Allah, sebagian besar ulama memaknai bahwa yang dimaksud shalat di sisini adalah diperintahkannya shalat Idul Adha, dan berqurban.

Sesungguhnya orang yang membenci Rasulullah saw., dialah yang terputus, yaitu orang-orang yang memusuhi nabi kelak setelah ia mati tidak lagi dipuji-puji dan disebut-sebut lagi namanya, abtar adalah julukan bagi masyarakat Arab jika anak laki-lakinya meninggal, yang mana semua anak laki-laki Nabi Muhamamd meninggal, sehingga ada ungkapan “Bataro Muhammad).

Qurban, dalam istilah fikih sering disebut dengan istilah al-udhiyah, yaitu penyembelihan binatang, sedangkan qurban adalah identik dengan prilaku yang dilaksanakannya yaitu berqurban pada hari raya Idul Adha, sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim as., yang diuji oleh Allah swt., untuk menyembelih putranya yaitu Isma’il as.

Sebagagaimana Sabda Rasulullah saw; “Sesungguhnya yang paling agung di sisi Allah Ta’ala adalah hari Nahr (10 Dzulhijjah) kemudia hari qar (hari setelahnya)” (HR. Abu Daud dengan Asnad yang Jayyid)

Sesungguhnya, ada sebagian ulama berpendapat bahwa hari raya Idul Adha lebih mulia daripada Idul Fitri, karena pada hari Idul Adha diperintahkan shalat dan qurban, sedangkan di Idul Fitri diperintahkan untuk shalat dan shadaqah, tentu saja keutamaan qurban lebih mulia daripada shadqah.

Hal ini sesungguhnya merupakan Rahmat Allah swt., yang telah memerintahkan amalan shalih untuk dilaksanakan oleh hambanya, disisi lain Allah memerintahkan hambanya untuk beramal shalih di waktu yang lainnya agar umatnya jika tidak mampu menjalani amalan shalih yang satu, dapat menjalankan amalan-amalan shalih yang lainnya.

berkurban merupakan amalan yang utama dan mulia, dan di dalamnya mengandung banyak hikmah-hikmah, diantaranya dengan berkurban, maka ia mensyukuri atas segala nikmat yang diberikannya dan yang kemudian dikurbankan lillahi Ta’ala, semata-mata karena Allah swt., selain itu, dengan kita berkurban, sesungguhnya telah membantu para fakir dan miskin untuk dapat menikmati daging qurban yang telah kita qurbankan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berqurban adalah:

1.    Usia hewan yang dikurbankan, jika berupa unta, maka usianya lima tahun, kalau sapi usianya dua tahun, jika kambing usianya satu tahun.

2.    Hewan qurban yang utama, hewan qurban yang diutamakan adalah yang bagus fisiknya dan banyak dagingnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved