New Normal
Ahli Mikrobiologi: Mau New Normal Tapi Masih Ada Kepala Daerah di Sumsel yang Pecat Tenaga Kesehatan
Ahli Mikrobiologi: Mau New Normal Tapi Masih Ada Kepala Daerah di Sumsel yang Pecat Tenaga Kesehatan
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pemerintah pusat sudah menggaungkan New Normal meski pagebluk covid-19 belum hilang serta belum ditemukan vaksinnya.
Ahli mikrobiologi, Prof Yuwono mengungkapkan New Normal bisa dijalankan bila pemimpin atau kepala daerahnya siap.
"Untuk itu harus dimulai dari Gubernur, Bupati, Walikota, dan Forkopimda. Contoh ditengah pandemi Covid-19 ini ada salah satu Kabupaten/Kota yang leadership nya tidak bagus,"
"Disaat pandemi seperti ini malah memecat tenaga kesehatan, orang sedang butuh tenaga kesehatan," tegasnya.
New Normal keputusannya ada di pemerintah.
Sedangkan menurutnya masyarakat selalu siap.
"Masa transisi masyarakat saat ini sudah 50 persen jadi kurang lebih 70 persen siap. Maka tinggal bagaimana pemimpinnya. Sebab dengan budaya ini butuh modal," cetusnya.
Selain itu konsep new normal bagi tatanan hidup sosial seperti harus siap menyediakan tempat cuci tangan dan menyiapkan masker
"Jangan menyalahkan orang yang tak pakai masker. Lalu kalau ada tamu ya dijamu, diberi makanan yang sehat," kata dia
WHO mengevaluasi semua keadaan tentang Covid-19 seperti pengobatan dan vaksin.
Kesimpulan sementaranya di seluruh dunia belum efektif berhasil.
"Oleh karena itu WHO melihat bahwa kita kumungkinan akan hidup bersama Covid-19 ini hingga beberapa tahun kedepan, setidaknya 5 tahu kedepan.
Sebab Covid-19 ini tidak bisa serta merta hilang seperti flue burung yang hilang enam bulan," jelasnya.
Oleh karena itu WHO mengajukan proposal yang namanya new normal life.
Ini adalah budaya, beda dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan lock down, sebab kalau PSBB dan lock down itu aksi atau program sedangkan new normal life ini budaya.
"Apa bedanya contoh kalau program ada batas waktu misal seperti PSBB 14 hari, sedangkan kalau new normal life ini seterusnya tidak ada batasan waktu. Karena ini budaya yang harus kita bangun," katanya.
"Jadi kalau ditanya apakah kita mau menerapkan atau tidak? Dengan hasil WHO saja, senang tidak senang, mau tidak mau maka kita harus menerapkan budaya. Soal mau diberi nama istilah new normal atau apapun itu silakan saja," cetusnya.
Tapi initinya budaya hidup sehat ini harus diterapkan didalam kondisi pandemi Covid-19.
Cotohnya sosial distancing dan pisical distencing kalau saat PSBB kan ada waktunya, nah kalau saat new normal ya seterusnya.
Maka kalau biasanya sering keluar maka dikurangin.