Satu Keluarga di Sulawesi Tinggal di Sawah karena Ditolak Warga, Mudik dari Wilayah Zona Merah
Tidak hanya sekali, keluarga Paulus sempat diusir sebanyak 2 kali sebelum akhirnya tinggal di gubuk kecil disebuah area persawahan.
TRIBUNSUMSEL.COM - Harus tinggal di sawah setelah pulang kampung karena ditolak warga, satu keluarga di Kabupaten Mamasa.
Karena khawatir terjadi penularan Covid-19, penolakan warga terjadi.
Baru saja mudik dari kawasan zona merah yakni, Makassar, pasalnya Paulus bersama istreri dan kedua anaknya.

Selain ditolak untuk pulang ke rumahnya, Paulus juga ditolak untuk tinggal dan diminta mengikuti prosedur karantina yang telah disiapkan oleh tim gugus tugas setempat.
Alasannya, warga takut karena tempat karantina terdapat di tengah pemukiman warga.
Lantaran dua kali mendapat penolakan, keluarga Paulus akhirnya melakukan karantina mandiri di tengah sawah.
Dilansir TribunWow.com, Paulus dan keluarganya hanya bisa pasrah dan menerima keadaan untuk tinggal di area persawahan.
Paulus bercerita bercerita, mulanya ia berserta keluarga berinisiatif untuk mengkarantina diri di kampung istrinya, Dusun Mongen, Desa Osango, Kecamatan Mamasa.
Namun, sesampainya dikampung halamannya ada sejumlah oknum masyarakat yang tidak menginginkan kedatangan Paulus karena dianggap dapat menularkan wabah.
Meski begitu Paulus sadar bahwa oknum tersebut tidak paham dengan apa yang dimaksud karantina.
"Setelah kami sampai di Mongen, ada penolakan dari oknum masyarakat," ujar Paulus dikutip dari kanal tvonenews, Senin (27/4/2020).
"Jadi di situ menolak kami. Mereka seakan beringas melarang kami masuk," ujar Paulus.
Ditolak Kedua Kali-nya
Dikutip dari TribunTimur, karena penolakan tersebut Paulus lalu memutuskan menghubungi saudaranya supaya dijemput.
Dia dan keluarganya pun dijemput oleh adiknya untuk kemudian dibawa ke Desa Satanetean, Kecamatan Sesenapadang, tempat kelahiranya.