Kim Jong Un Jadikan Mayat Tahanan dan Mayat Covid-19 Pupuk Tanaman, Ia Dirumorkan Meninggal Dunia
Mayat yang digunakan konon adalah tahanan politik yang meninggal di tahanan lantaran terserang penyakit, termasuk terserang Covid-19.
"Ini adalah rezim yang melestarikan dirinya degan melakukan tindakan kejam yang tak terbayangkan kepada rakyatnya," katanya.
"Ketika dunia sedang berjuang untuk mengatasi krisis kesehatan akibat Covid-19, rezim Kim terus melakukan kejahatan terhadap manusia, sangat brutal menjadikan rakyatnya sendiri sebagai korban," jelasnya.
Dalam laporan terbaru di kamp HNRK, menggambarkan bagaimana tahanan yang sudah mati dibaringkan di lubang yang dangkal.
Kemudian dikubur dengan buru-buru, dan ditutupi lapisan tanah yang tipis.
Namun, jika yang mati banyak, mereka akan menggali lubang sebesar tanah, dan memasukan semua mayatnya bersamaan di dalam sana.
Kemudian di atas tanah dijadikan ladang hasilnya seperti sayuran yang ditanam seperti lobak, bayam dan kubis, akan diberikan kepada penjaga kamp dan keluarga mereka.
Kim Jong Un Lari dari Ibukota ke Pantai Hindari Virus Corona
Presiden Korea Utara Kim Jong Un ternyata takut pula dengan wabah Virus Corona yang menyerang negerinya.
Karena itu untuk menghindari Virus Corona, Kim Jong Un hengkang dari ibukota Korea Utara ke kawasan pantai negerinya.
Sebuah sumber di Korea Selatan yang dilansir Daily Mail Kamis (12/3/2020) melaporkan, Pemimpin Tertinggi itu melarikan diri dari Pyongyang ke Wonsan di pantai timur di tengah meningkatnya kekhawatiran akan Virus Corona.

"Analisis intelijen menunjukkan bahwa Kim Jong Un telah jauh dari Pyongyang dalam waktu yang cukup lama," kata sumber itu kepada Chosun Ilbo.
Ini tampaknya memang berkaitan dengan wabah virus corona.
Tindakan itu terjadi di tengah laporan bahwa sekitar 180 tentara tewas setelah terjangkit COVID-19 di negara rahasia itu.
Sebuah sumber di militer Korut membocorkan angka kematian yang tampak pada surat kabar Daily NK Korea Selatan dan mengklaim sebagian besar kematian terjadi di dekat perbatasan dengan China.
Sebanyak 3.700 tentara lagi berada di karantina setelah dinyatakan positif terkena virus, tambahnya.