Pertama Kali Dalam 48 Tahun, Omset Produsen Cincau Palembang Ini Anjlok 75 Persen

Dampak pandemi Corona membuat sejumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Palembang mengalami penurunan omzet.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Prawira Maulana
AGUNG DWIPAYANA
Omzet Menurun 75 Persen, Produsen Takjil di Palembang Tetap Produksi Cincau dan Cendo 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dampak pandemi Corona membuat sejumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Palembang mengalami penurunan omzet.

Seperti produsen takjil, penganan khas Ramadan di Pasar 26 Ilir, Kecamatan Ilir Barat (IB) I.

Untuk pertama kalinya, sejak 48 tahun berdiri, penjualan takjil berupa cincau dan cendol milik keluarga Juki, produksi dan omzetnya menurun hingga di angka 75 hingga 90 persen.

"Wah kalau sekarang parah. Pendapatan menurun jauh sekali," kata Juki saat dibincangi TribunSumsel.com di rumah produksi takjil miliknya di Pasar 26 Ilir Sabtu (25/4/2020).

Menurut Juki, keterpurukan usahanya ini tak lepas karena pengaruh pandemi Covid-19 yang telah mewabah di Indonesia sejak kurang lebih dua bulan terakhir.

"Ya semenjak Corona ini," kata Juki yang telah membuka usaha takjil sejak tahun 1972 ini.

Padahal, lanjut Juki, memproduksi takjil merupakan usaha sampingan selain membuka rumah makan di Pasar 26 Ilir.

Namun apa daya, usaha yang digeluti hanya setiap Ramadan ini, tahun ini omzetnya tak bersahabat.

"Jual takjil inilah andalan kami karena orang yang buka puasa pasti nyari cincau dan cendol," kata Juki.

Ia pun menjelaskan, di tahun-tahun sebelumnya, rumah produksi takjil miliknya setiap hari dapat memproduksi cincau dan cendol dalam jumlah besar.

Jika tahun lalu Juki dapat memproduksi 14 boks atau 70 kilogram cincau, tahun ini ia hanya dapat memproduksi 7 kilogram cincau saja dengan rincian 5 kilogram cincau perboks.

Produksi cincau turun 90 persen!

Cincau tersebut biasanya dijual Rp 18 ribu perboks, kini terpaksa harganya dinaikkan menjadi Rp 20 ribu perboks.

"Sedangkan bahan baku cincau sekarang berkisar Rp 80 ribu sampai Rp 100 perkilogram. Beda kalau tahun lalu cuma Rp 40 ribu perkilogram," ungkapnya.

Begitu juga dengan cendol, di mana tahun sebelumnya Juki dan keluarga mampu memproduksi 10 ember atau 200 kilogram cendol, kini hanya tak lebih dari 3 ember atau 50 kilogram saja perhari dengan rincian 20 kilogram cendol perember.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved