Haus Setelah Bermain, Seorang Balita Meninggal Dunia Usai Tenggak Cairan Disinfektan dalam Botol

Beragam cara telah dilakukan untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19).Mulai dari isolasi mandiri sebagai bentuk

Editor: Moch Krisna
Google
Ilustrasi bayi. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Beragam cara telah dilakukan untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19).

Mulai dari isolasi mandiri sebagai bentuk tindakan preventif untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, hingga menggunakan cairan disinfektan.

Cairan disinfektan ini diharapkan bisa menjadi senjata utama dalam pencegahan penularan virus corona.

Sayangnya, cairan disinfektan ini bukan membuat virus corona mati, namun malah menewaskan seorang balita berusia 2 tahun.

Seorang balita berusia 2 tahun (MA) di Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia pada Senin (20/4/2020) malam setelah tak sengaja menenggak cairan disinfektan di rumahnya.

Kejadian ini bermula setelah balita tersebut pulang dari bermain yang diantar bersama kakeknya.

Saat tiba di rumah, korban sepertinya kehausan dan sempat bilang ingin minum.

Namun korban langsung mengambil botol air minum dalam kemasan (AMDK) yang berisi sisa cairan disinfektan.

Dikutip Grid.ID dari laman Health Direct Australia, beberapa cairan disinfektan dapat menimbulkan bahaya jika tertelan. 

Diantaranya rasa sakit yang membakar dari mulut ke perut, mual, muntah, sakit perut, masalah pernapasan, sesak dada, sakit kepala, perubahan pendengaran dan penglihatan.

Lalu, akan muncul kebiruan pada bibir, wajah, daun telinga, kuku, kantuk, hilang kesadaran, bahkan kejang.

Tak sedikit cairan disinfektan yang tertelan dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur, tekanan darah rendah, urine gelap, dan tanda-tanda kerusakan hati dan ginjal.

Terlepas dari itu, Sihabudin, ayah balita berusia 2 tahun tersebut, mengaku botol plastik berisi cairan disinfektan tersebut disimpan dan disembunyikan di bawah kursi.

"Sempat dicegah sama eyangnya (kakek) juga. Tapi sepertinya sudah ada yang terminum," tutur sang ayah.

Mengetahui kejadian itu, Sihab langsung meminumkan minyak sayur untuk memancing agar cairan disinfektan yang terminum bisa dimuntahkan.

Beberapa saat kemudian korban akhirnya muntah.

Setelah diberikan pertolongan pertama, akhirnya korban dibawa ke RSUD Palabuhanratu.

Di IGD RSUD Palabuhanratu, korban sempat dibantu menggunakan alat bantu pernapasan.

Menurut dia, informasi dari petugas medis bahwa anaknya harus dirawat di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit).

Pasalnya, alat itu hanya ada di RSUD R Syamsudin Kota Sukabumi dan RS Hermina, sementara kedua rumah sakit tersebut penuh.

Alhasil, setelah menunggu hingga pukul 21.00 WIB pada Senin (20/4), nyawa balita 2 tahun tersebut tidak tertolong lagi dan akhirnya mengembuskan napas pada malam itu juga.

Melihat kejadian nahas yang merenggut nyawa balita ini, ada baiknya untuk selalu menyimpan bahan kimia seperti cairan disinfektan jauh dari jangkauan anak.

Hydrogen peroksida (H2O2), merupakan disinfektan yang banyak digunakan dibidang kedokteran.

Sejauh ini, selama digunaan di kalangan medis H2O2 dikenal aman.

Hydrogen peroksida atau di Indonesia biasa ditulis dengan Hidrogen peroksida adalah cairan tidak berwarna pada suhu kamar dengan rasa pahit.

Hidrogen peroksida, dukutip dari atsdr.cdc.gov adalah tidak stabil, serta mudah terurai menjadi oksigen dan air dengan melepaskan panas.

Meskipun tidak mudah terbakar, H2O2 ini zat pengoksidasi kuat, dapat menyebabkan pembakaran spontan ketika bersentuhan dengan bahan organik.

Pada dunia industri, hidrogen peroksida dalam konsentrasi yang lebih tinggi digunakan sebagai pemutih untuk tekstil dan kertas, sebagai komponen bahan bakar roket, dan untuk memproduksi karet busa dan bahan kimia organik.

Bagaimana jika pemakaian H2O2 ini pada manusia?

Menurut atsdr.cdc.gov, hidrogen peroksida dapat menjadi racun jika tertelan, terhirup, atau jika kontak dengan kulit atau mata. 

Yang perlu dicatat, jika hidrogen peroksida terhirup (3%) dapat menyebabkan iritasi pernapasan.

Paparan hidrogen peroksida juga dapat menyebabkan iritasi mata ringan.

Awas, menghirup uap dari larutan pekat H2O2 (lebih tinggi dari 10%), dapat menyebabkan iritasi paru yang parah.

Bagaimana jika sampai tertelan?

Sebab jika penggunaannya teledor bisa saja hal ini terjadi.

Tertelannya larutan hidrogen peroksida encer dapat mengakibatkan muntah, iritasi gastrointestinal (lambung) ringan, distensi lambung, dan kadang-kadang, erosi atau emboli gastrointestinal (penyumbatan pembuluh darah oleh gelembung udara).

Tapi jika hydrogen peroksida yang tertelan lebih banyak atau kental hingga 10-20%, selain bisa menimbulkan gejala sepertri di atas, juga jaringan tubuh dalam  yang terpapar dapat terbakar.

Bahkan jika hydrogen peroksida yang tertelan lebih terkonsentrasi, selain dari yang di atas, juga dapat menyebabkan hilangnya kesadaran cepat diikuti oleh kelumpuhan pernapasan.

Jika hydrogen peroksida terkena mata, dapat menyebabkan rasa sakit dan iritasi, tetapi jarang terjadi cedera parah.

Kecuali larutan Hydrogen peroksida yang terkena mata pekat.

Ini bisa menyebabkan ulserasi atau perforasi kornea.

Adapun jika terpapar di kulit, dapat menyebabkan iritasi dan pemutihan sementara pada kulit dan rambut.

Kontak dengan larutan pekat pada kulit, dapat menyebabkan luka bakar kulit yang parah dan melepuh.

(*)

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved