Pembunuhan Keji di OKU
Hasrat Cinta Tak Kesampaian, Ini 4 Fakta Pelatih Pramuka Perkosa dan Bunuh Siswi SMP di OKU
Bungsu dari dua bersaudara yang masih duduk di kelas I SMP (Kelas VII) menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan sadis
TRIBUNSUMSEL.COM, BATURAJA-Isak tangis mengiringi kepergian R (13), siswi SMP Negeri di OKU, menuju ke Taman Pemakaman Umum Desa Tubohan Kecamatan Semidangaji, Sabtu (4/4/2020) pukul 10.00.
Bungsu dari dua bersaudara yang masih duduk di kelas I SMP (Kelas VII) menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan sadis.
Remaja yang pendiam dan rajin itu meninggal akibat ulah oknum pelatih Pramuka yang menghabisi nyawa korban sehari sebelumnya.
Diduga pelaku melakukan aksi brutalnya lantaran hasrat cinta yang tak kesampaian.
1. Korban Sosok Pendiam dan Rajim
Kepergian puteri bungsu dari dua bersaudara ini menyisakan luka yang dalam bagi keluarga, sahabat dan para guru-guru di sekolah tempat korban menuntut ilmu.
Tampak teman-teman korban, para guru dan Kepala Sekolah Sugiri SPdI, ikut mengantar korban ke pemakaman.
“Di sekolah korban tergolong anak yang pendiam dan rajin,” kenang Sugiri.
Sahabat dan guru-guru korban tidak menyangka korban akan pergi dengan cara seperti itu.
“Kami berdoa semoga almarhumah tenang di alam sana,” kata salah seorang teman korban.
2. Firasat Buruk Ortu
Sebelum R (13) beretemu pelaku, orang tua korban sudah ada firasat buruk, saat mengetahui puterinya dapat pesan via aplikasi messenger Facebook Hari Kamis ( 2/4) malam.
Pesan tersebut terbaca oleh salah seorang ayuk korban dan menginformasikan kepada orang tuanya, isi messenger tersebut memberitahukan kepada korban agar datang esok hari (Jumat 3 April) ke sekolah untuk latihan pramuka sekitar pukul 09.00.
Padahal sebenarnya pelaku bukan pelatih pramuka yang resmi, hanya sering bantu-batu saja.
Karena ada perasaan yang agak mencurigakan itu orang tua korban semakian khawatir.
Lalu Husin (ayah korban) mengajak isterinya mengantar puterinya ke Sekolah di SMPN di Kecamatan Semidangaji.
Husin sempat bertanya kepada penjaga sekolah apakah hari itu ada kegiatan sekolah, lalu dijawab oleh penjaga sekolah tidak ada kegiatan, karena sekolah diliburkan dampak corona virus (Covid-19).
“Hari ini mau bersih-bersih akan dilakukan penyemprotan disinfektan’ terang penjaga sekolah.
Mendengar jawabam dari penjaga sekolah itu, orang tua korban semakin khawatir dengan keselamatan puterinya, untuk itulah kedua orang tua sengaja menunggu di kantin sekolah.
3. Pelaku Sempat Menyangkal
Setelah cukup lama menunggu dan mencari di sekitar lapangan sekolah , orang tua korban lalu melapor ke Kepala Desa Tebingkampung bernama Nuriman.
Bersama Kades dan masyarakat setempat lalu melakukan pencarian.
Kebetulan saat itu ada petugas yang sedang melakukan penyemprotan di sekolah, saat itu ada juga anggota Polsek Semidangaji Brigadir Setiabudi yang juga Babinkamtibmas sedang ikut penyemprotan disinfektan di sekolah.
Kemudian Babimkamtibmas bersama masyarakat melakukan pencarian, didapat informasi korban berpakain pramuka bertemu dengan pelaku berjalan menuju lapangan.
Polisi lalu mencari orang yang terlihat terakhir bersama korban adalah Aldy Sukma Wijaya), kemudian dicarilah pelaku dan dibawa ke rumah kades.
Namun pelaku bersikukuh menyangkal. Selanjutnya pelaku dibawah ke kantor polisi, barulah dia mengakui perbuatannya.
Disisi lain, masyarakat bersama polisi ramai-ramai mencari korban, akhirnya korban ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa dengan kondisi yang sangat menggenaskan.
Selanjutnya bersama polisi dilakukan evakuasi korban dan dilarikan ke rumah sakit untuk dilakukan visum eet repertum.
Kemudian jenazah korban dibawa ke kampung halamannya di Desa Tubohan Kecamatan Semidangaji.
4. Dipukul Diikat Lalu Dibunuh
Pembunuhan sadis ini terjadi di salah belakang SMPN di Kecamatan Semdianggji Jum’at (3/4) pukul 09.00, saat sekolah sedang diliburkan.
Aldy Sukma Wijaya pembantu pelatih pramuka tidak resmi memanggil korban melalui chat messenger untuk datang ke sekolah dan berpura-pura akan melatih korban sebagai ketua regu.
Korban datang sendirian.
Setelah sampai di sekolah, korban menuju aula yang berada di belakang sekolah, tidak lama kemudian datang pelaku yang mengajak korban menuju lapangan olahraga.
Sampai di lokasi, korban diminta berbalik membelakangi pelaku.
Setelah itu pelaku mengambil kayu dan memukul belakang kepala korban dua kali.
Korban terjatuh dan pingsan, lalu pelaku membawa korban ke hutan dan mengikatnya dengan tali rapia.
Mata diikat dengan dasi pramuka yang dipakai korban dan menyumbat mulut dengan kaus kaki korban.
Kemudian pelaku mencoba merudapaksa korban, namun korban meronta.
Pelaku pun kembali memukul korban. Kemudian mengikatnya dan mencekiknya hingga tubuh itu tak bergerak lagi.
Untuk memastikan korban tewas, pelaku menusuk beberapa bagian tubuh dengan kayu.
Setelah itu tersangka merapikan pakaian korban dan menutupi dengan daun-daun. kemudian tersangka pergi. (SP/ Leni Juwita)