Aksi Korea Utara Luncurkan Rudal Ditengah Negara di Dunia Perang Melawan Corona
Aksi Korea Utara Luncurkan Rudal Ditengah Negara di Dunia Perang Melawan Corona
TRIBUNSUMSEL.COM, KOREA UTARA- Entah apa yang ada dibenak Kim Jong Un, disaat negara di dunia sibuk menghentikan virus corona, Korea Utara malah menembakkan rudal (peluru kendali)
Adanya pandemi corona membuat Amerika Serikat yang dikenal dengan Negara super power dibuat tak berdaya, bahkan angka positif di AS mengalahkan China dan Italia.
Namun hal lain ditunjukkan Korea Utara di tengah wabah virus corona ini.
• Polisi Berpangkat Brigadir Cabuli Ibu Mertua, Pelaku Juga Simpan Foto Vulgar Wanita Lansia Lainnya
• 1285 Kasus Positif Corona di Indonesia Hingga Minggu 29 Maret 2020, Pasien Sembuh 64 Orang
Sabtu (29/3/2020) kemarin, Korea Utara menembakkan dua benda yang tampak sebagai rudal balistik jarak pendek, ke laut lepas pantai di timur negaranya.
Dilansir dari Reuters, peristiwa ini adalah yang terbaru dalam rangkaian peluncuran sebelumnya.
Dua "proyektil jarak pendek" itu diluncurkan dari daerah pesisir Wonsan, dan terbang sejauh 230 kilometer (km) dengan ketinggian maksimal 30 km.
Data tersebut dilaporkan oleh Badan Petinggi Militer Korea Selatan, atau Joint Chiefs of Staff (JCS).
Korea Selatan menyatakan peluncuran rudal ini sebagai tindakan yang "tidak pantas" di tengah pandemi global virus corona.
"Dalam situasi di mana seluruh dunia mengalami kesulitan akibat Covid-19, tindakan militer semacam ini oleh Korea Utara sangat tidak pantas".
Demikian kata JCS Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, menurut pemberitaan Yonhap.
JCS juga menyerukan agar Korea Utara segera melakukan penghentian tindakan tersebut.
Kemudian Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan yang ditembakkan Korea Utara tampaknya adalah rudal balistik.
Akan tetapi, rudal itu tidak mendarat di wilayah Jepang atau Zona Ekonomi Eksklusifnya.
Dua rudal ini menjadi rudal kedelapan dan kesembilan yang diluncurkan dalam empat putaran tes bulan ini.
Itu akan menjadi rudal terbanyak yang ditembakkan Korea Utara dalam sebulan, menurut penghitungan Shea Cotton, seorang peneliti senior di James Martin Center for Nonproliferation Studies.