Ditengah Pandemi Corona, KKB 'Adu Domba' Indonesia Dengan Negara Tetangga, Singgung Omnibus Law
Ditengah Pandemi Corona, KKB 'Adu Domba' Indonesia Dengan Negara Tetangga, Singgung Omnibus Law
TRIBUNSUMSEL.COM - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua tak henti-hentinya meneror kedaulatan NKRI
Selain mengajak TNI-Polri berperang, aksi KKB yang menggangu masyarakat kini membuat ulah dengan propaganda
Aksi keji KKB Papua tak sebatas teror bersenjata, tapi juga menyebarkan berita hoax dan propaganda untuk menyerang pemerintah Indonesia.
Salah satunya seperti yang mereka lakukan baru-baru ini.
KKB Papua berusaha mencari-cari kesalahan pemerintah Indonesia di tengah mewabahnya virus corona.
Melalui akun Facebook Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), KKB Papua menyebarkan propaganda seolah-olah merasa risau dengan merebaknya virus corona.
KKB Papua juga mengkritisi pemerintah Indonesia yang tetap membuka akses masuk ke Indonesia dengan tetap membuka bandara dan pelabuhan.
KKB Papua menuding Indonesia menganggap remeh wabah virus corona dan melarang lockdown daerah di Indonesia.
KKB Papua menyebut kalau pemerintah Indonesia tak mampu mengatasi virus corona.
Mereka menyebut pemerintah tak sanggup mengurus nusantara.
"Sekali lagi, Bubarkan NKRI!
Itu solusinya, karena terbukti Indonesia sudah tidak mampu tangani virus corona sejak dini dan setelah penyebaran. NKRI hanyalah proyek ekonomi kapitalis (imperialis), karenanya Jakarta malas tahu dengan ancaman kemanusiaan.
Elit penguasa Jawa tidak akan pernah sanggup mengurus bangsa-bangsa Nusantara. Urus Jawa, bahkan Ibukota negara saja tak sanggup, terbukti laju korban virus corona tertinggi kedua dunia, dengan sistem kesehatan dan penanganan terburuk."
KKB Papua juga membandingkan penanganan virus corona di Indonesia dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
"Lihat Singapura, satu dari bangsa Nusantara yang terpisah, walau angka positif tinggi tapi nol angka kematian. Begitu juga Malasyia, begitu juga PNG, dll. Negara kecil tapi tingkat proteksi dan penanganannya luar biasa. Tingkat kendali yang luar biasa.
NKRI yang luas, tingkat kendali pusat yang lemah, sistem kesehatan buruk, apalagi resim berganti resim yang anti kemanusiaan, yang hanya jual bangsa-bangsa Nusantara sebagai lahan exploitasi kapitalis, terjajah secara ekonomi dibawa kendali utang, adalah ironi dan malapetaka.
Jadi marilah pisah dan menentukan nasib bangsanya sendiri-sendiri agar bisa mengurus bangsanya sendiri. Itu mesti jadi upaya selamatkan manusia dan tanah airnya masing-masing tanpa kontrol satu bangsa Jawa. Apa artinya NKRI tanpa makna pembebasan manusia (bangsa)."
KKB Papua juga menyinggung soal Omnibus Law.
Mereka menganggap pemerintah malah sibuk debat soal Omnibus Law di tengah wabah corona.
"Apa tidak gila, saat ancaman nyawa virus corona Jakarta sibuk debat Omnibus Law, drop militer habiskan APBN proteksi Freeport, lalu anggap remeh buka akses udara laut. Lalu larang lockdown daerah di Indonesia. Barangkali ini kebijakan pemerataan virus corona di seluruh Indonesia.
"Jadi apakah NKRI masih penting dari nyawa manusia bangsa-bangsa di Nusantara yang terancam? Sa kira bubarkan NKRI itulah solusi agar setiap bangsa dapat melindungi dan memproteksi manusia dan tanah airnya sendiri tanpa kontrol satu bangsa Jawa.
Mari aktifkan akal sehat!
"Victor Yeimo" "Jubir Internasional KNPB".
Serangan propaganda semacam ini bukan pertama kalinya dilakukan oleh KKB Papua.
Diberitakan sebelumnya, KKB Papua pernah menuduh TNI dan Polri menggunakan bom saat evakuasi
Mereka mengaku telah dihujani bom udara oleh TNI, seperti tertulis dalam akun Facebook TPNPB pada 9 Desember 2018.
“Tentara dan Polisi Indonesia Bohong bahwa tidak melakukan serangan bom udara di Nduga
TPNPBnews: Serangan BOM udara dan tembakan senjata mesin di darat Distrik Yigi dan Mugi, benar-benar terjadi tanggal 5 Desember sampai dengan tanggal 8 Desember 2018.
TNI Polri menyembunyikan fakta.
Justru umumkan di Publik melalui Kapendam Cenderawasih dan Kabid Humas Polda Papua Bohong.
Penipuan terhadap public bahwa tidak melakukan serangan bom udara.
Dari serangan Bom udara dan tembakan senjata mesin dari helicopter di dua Distrik mengorbankan 6 warga sipil pribumi.
Dua di antaranya tewas.
Operasi militer sebagaimana dikatakan Panglima TNI dan Kapolri sedang dilaksanakan di Distrik Yigi dan Mugi Kabupaten Nduga Papua.
Kemarin 8 Desember 2018. Pendoropan pasukan gabungan memasuki dua Distrik Yigi dan Mugi.
Sementara pendoropan pasukan gabungan militer Indonesia kekuatan yang sama kirim ke kabupaten Lanijaya hari ini Minggu 9 Desember 2018.” tulis akun TPNPB dalam unggahan tanggal 9 Desember 2018.
Hal ini tentu saja dibantah oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.
Wiranto mengungkapkan, pemerintah tak akan menanggapi klaim yang dilontarkan KKB Papua di Nduga, Papua.
Menurut Wiranto, KKB Papua telah melakukan propaganda yang meresahkan masyarakat dan menyebarkan ketakutan.
Oleh karena itu, bagi Wiranto, tak ada gunanya menjawab klaim-klaim mereka.
"Saya tidak akan berdiskusi dengan kriminal, mereka klaim apa saja enggak saya jawab, enggak benar itu pasti," kata Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (11/12/2018).
Wiranto juga menyebutkan, TNI dan Polri dalam misi tersebut menggunakan pelontar granat.
Wiranto membantah isu bahwa tim gabungan menggunakan bom.
Mungkin ini yang membuat orang awam mengira aparat menggunakan bom.
Sebab, suara yang ditimbulkan bom dan granat pelontar sama.
Wiranto memastikan tak ada bom yang digunakan dalam upaya pengejaran.
"Kalau bom dijatuhkan dari udara, ini dilontarkan dari senapan. Jadi jangan sampai ada berita simpang-siur," kata Wiranto.
Di samping itu, kebrutalan kembali dilakukan KKB Papua. Kali ini, mereka menembaki Pesawat CASA CN A-2909 milik TNI AU.
Pesawat tersebut mengangkut 3 ton bahan makanan (sembako) dan bahan bangunan untuk gereja.
Penembakan terjadi di kawasan Pegunungan Bintang saat saat TNI hendak mendarat di Oksibil.
Menurut Komandan Lanud Silas Papare Marsekal Pertama Tri Bowo, pesanan tersebut diminta secara resmi oleh Bupati Pegunungan Bintang.
Seperti diketahui, pesawat TNI-AU dengan pilot Mayor (P) Ari Wicaksono, ditembaki orang tak dikenal saat hendak mendarat di Oksibil.
"Pesawat ditembaki saat hendak mendarat dan saat ini sedang dilakukan pengecekan menyeluruh terhadap kondisi pesawat, " jelas Marsekal Pertama Tri Bowo, dilansir dari Antara.
Selain itu, setidaknya lima lubang bekas tembakan ditemukan di sayap bagian kanan pesawat.
Namun, pesawat tersebut tak mengalami kerusakan berarti.
Dilansir dari Antara, aksi penembakan tersebut terjadi saat pesawat melintas di wilayah Distrik Serambakon pada ketinggian 4.800 kaki, pada pukul 08.50 WIT.
Menurut Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Cpl Eko Daryanto saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin siang, aparat menemukan lima lubang bekas tembakan di sayap bagian kanan pesawat.
Namun, setelah diperiksa secara menyeluruh, pesawat CASA CN A-2090 tersebut tidak mengalami kerusakan berarti.(*)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id