Korea Selatan Berhasil Turunkan Kasus Corona Tanpa Lockdown, Diantaranya Warga Pakai Masker
Korea Selatan Berhasil Turunkan Kasus Corona Tanpa Lockdown, Diantaranya Warga Pakai Masker
Sementara itu informasi kontak domestik mereka diverifikasi dan diharuskan mengisi kuisioner kesehatan.
Mereka juga diminta untuk mengunduh aplikasi diagnisa diri di ponsel dan dikelola secara intensif jika menunjukkan gejala.
Teknologi IT mutakhir dan kamera pengintai di mana-mana pun ditempatkan oleh Korsel untuk melacak sumber infeksi.
Identifikasi kasus bisa dilacak dari transaksi kartu kredit dan ponsel, yang mana informasi ini bisa dipakai untuk menelusuri siapa saja yang melakukan kontak dengan pasien.
Mereka yang berisiko ditempatkan dalam isolasi dan dikelola secara menyeluruh berdasarkan idividu oleh otoritas kesehatan.
Jika ada kekurangan tempat tidur di rumah sakit, Korsel telah mengubah banyak pusat pelatihan kerja dan fasilitas publik lainnya menjadi "pusat perawatan".
Tempat itu digunakan sebagau karantina bagi pasien yang menunjukkan gejala ringan virus dengan nama resmi SAR-CoV-2 ini.
Belajar dari pengalaman
Profesor Kim Woo-joo dari Korea University College of Medicine mengatakan Korsel belajar dari pengalaman saat mengatasi keadaan darurat sebelumnya.
Contohnya pandemi influenza H1N1 2009 yang mengakibatkan 750.000 kasus dan 180 korban meninggal dunia, serta wabah Mers 2015 yang menginfeksi 186 orang dan menewaskan 39 pasien.
"Kesadaran publik tentang perlunya kebersihan individu seperti mencuci tangan dan mengenakan masker juga telah meningkat pesat, berkat pengalaman mereka dari wabah-wabah sebelumnya," terang Kim.
Tak hanya mendidik masyarakat, negara yang terkenal dengan film drama dan K-Pop ini turut melatih petugas kesehatan mengatasi wabah pandemi, terutama untuk tes infeksi, melacak, dan mengisolasi kontak.
Upaya-upaya yang dilakukan Korsel telah terbukti menurunkan jumlah kasus baru infeksi dalam beberapa hari belakangan.
Namun, "Negeri Ginseng" tetap harus waspada adanya infeksi ulang atau massal. "Kita seharusnya tidak berpuas diri sama sekali," tegas Presiden Moon Jae-in.
Sementara itu KCDC mengingatkan infeksi massal bisa terjadi kapan pun. Kasusnya seperti 60 orang yang terinfeksi saat bekerja di call center perusahaan asuransi.