Sebatang Kara, Nenek Saliah Rela Hidup Tanpa Listrik Demi Nabung untuk Naik Haji: Dari Jualan Tikar
"Aku diajak saudara naik haji, dua tahun lagi berangkat. Sedikit-sedikit uang dari jualan tikar dikumpulkan untuk bekal naik haji," ujarnya.
Laporan Wartawan Serambinews.com, Dede Rosadi
TRIBUNNEWS.COM, SINGKIL - Saliah (69) berkisah soal kehidupannya yang sangat ingin naik haji.
Saliah menangis sesenggukan.
Ketika Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Singkil, Atmah Dulmusrid datang ke rumahnya di Desa Pea Jambu, Kecamatan Singkohor, Kamis (5/3/2020).
Atmah ikut terbawa haru.
Ia turut menangis sambil memeluk erat si nenek yang telah belasan tahun hidup sebatang kara.
"Kami semua anak-anak nenek, kamilah anak nenek," ujar Atmah.
Nenek lebih separuh abad itu tak mempunyai suami dan anak.
Sehingga harus hidup seorang diri.
Untuk menopang hidup Saliah, membuat tikar pandan serta jualan jajanan ringan di gubuk reotnya.
Saliah rela hidup gelap gulita ketika malam datang.
Sebab rumah kayu sederhananya, tanpa dilengkapi penerangan listrik.
Uniknya, hal itu dilakukan agar dapat menabung berangkat naik haji.
Apalagi, jadwal keberangkatan tinggal dua tahun lagi.
Sayang, jika uang hasil jerih payah jualan tikar harus digunakan memasang listrik.