Menteri yang Paling Jenius Versi Lembaga Survei, Pernah Sakit Perut Dengar Janji Jokowi
Menteri yang Paling Jenius Versi Lembaga Survei, Pernah Sakit Perut Dengar Janji Jokowi
TRIBUNSUMSEL.COM - Menteri yang Paling Jenius Versi Lembaga Survei, Pernah Sakit Perut Dengar Janji Jokowi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didapuk sebagai menteri paling intelek atau jenius versi survei publik yang dilakukan Indo Barometer.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mendapat skor 31,7 persen jauh mengungguli menteri lainnya di Kabinet Indonesia Maju.
Ada nama Nadiem Makarim di posisi kedua sebagai menteri paling jenius dengan skor 19 persen.
Lalu disusul Menteri BUMN Erick Thohir.
• Baru Sebar Undangan & 5 Hari Lagi Menikah, Takdir Berkata Lain Calon Mempelai Wanita Tewas Tragis
• Bukan ke Pelaminan, Mempelai Pria Malah Antar Jasad Calon Istrinya ke Kubur, 5 Hari Lagi Menikah
Selain dinilai publik sebagai menteri paling pintar, istri dari Tonny Sumartono ini juga didapuk sebagai menteri Jokowi paling dikenal publik di urutan kedua setelah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Bahkan dalam variabel penilaian lainnya, Sri Mulyani juga disebut sebagai menteri dengan kerja paling nyata dengan nilai 31,8 persen, mengungguli Erick Thohir di urutan kedua dengan nilai 26,5 persen dan Prabowo Subianto 13,5 persen.
Sebagai informasi, selain diukur dari keberanian, variabel lain yang diukur antara lain ketegasan, pengalaman, keahlian, keberanian, penguasaan masalah di bidangnya, kalangan profesional, pemberian solusi, dan cara kerja efektif dan efisien.
Dari indikator tersebut, nama Sri Mulyani jadi pembantu presiden di bidang ekonomi yang paling sering disebut-sebut.
Indo Barometer menggunakan sampel sebanyak 1.200 responden di seluruh provinsi di Indonesia.
Margin of error ditetapkan sebesar kurang lebih 2,83 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden yang dipilih lembaga survei ini yakni warga negara yang sudah berusia di atas 17 tahun dan sudah memiliki hak pilih.
Kisah Srimul
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku memiliki kesan tersendiri selama masa kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden April 2019 lalu.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengaku kerap merasa resah lantaran masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden kala itu terus memberikan janji-janji yang sensitif terhadap kondisi keuangan negara.
"But that's the beauty of election. Nanti pihak mana menjanjikan apa, gratis apa, yang lain juga enggak mau kalah, menggratiskan yang lainnya. Saya jadi sering sakit perut," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Kekhawatiran Sri Mulyani pun terwujud usai Pemilu.
Dia mengatakan, banyak tagihan yang harus dia anggarkan dalam APBN akibat janji-janji kampanye Presiden Joko Widodo.
"Ini iya saya curcol. Itu waktu selesai election, bill-nya datenglah itu drrrrttt banyak banget. Dan itu harus reflecting dalam APBN," ujar dia.
Salah satu janji kampanye Jokowi yang paling membuat Sri Mulyani was-was adalah Kartu Pra Kerja. Sebab Jokowi memberikan janji untuk memberikan kartu pra kerja kepada kepada 2 juta penduduk dengan alokasi anggaran Rp 10 triliun.
• Viral Anggota TNI Hadang Kendaraan Masuki Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi, Ini Fakta Sebenarnya
Padahal, Sri Mulyani mengaku tak memiliki perhitungan untuk mengalokasikan program tersebut ke dalam anggaran.
"Salah satu yang di-promise Presiden kala itu kartu pra kerja Rp 10 triliun. Ini saya tanya 'Pak ini gimana caranya?' kemudian Pak Presiden bilang 'Udah dipikirin nanti saja. Pokoknya kampanye dulu," jelas dia.
Untuk itulah, Sri Mulyani segara melakukan perhitungan dalam proses realisasi program tersebut. Dan proses yang dibutuhkan menjadi lebih singkat karena bantuan teknologi.
“Cepet cari supply demand-nya, untungnya crowdsourcing untuk ide itu cepat,” ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Menteri yang Otaknya Paling Jenius Versi Survei Indo Barometer", https://money.kompas.com/read/2020/02/17/190000726/ini-menteri-yang-otaknya-paling-jenius-versi-survei-indo-barometer?page=all#page2.
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Bambang P. Jatmiko