Dana BOS Telat

Dana BOS Sering Telat, Kepsek di Muratara Pilih Jual Emas Istri DIbandingkan Minta Iuran Siswa

Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) setiap awal tahun sering terlambat cair hingga lima bulan, bahkan terkadang lebih

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Wawan Perdana
tribunsumsel.com/khoiril
Ilustrasi Sekolah di Muratara. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA-Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) setiap awal tahun sering terlambat cair hingga lima bulan, bahkan terkadang lebih.

Kepala sekolah pun pontang panting mencari dana talangan demi kelangsungan belajar mengajar dan operasional sekolah.

Seperti dialami Ali Gunawan, Kepala SMA Negeri Muara Kulam di Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Muratara, Sumsel. Ia terpaksa mengutang uang ke keluarganya untuk menalangi biaya operasional sekolah akibat keterlambatan dana BOS.

"Ngutang sana ngutang sini, pinjam sama keluarga yang ada uang lebih, nanti pas dana BOS cair baru dikembalikan," katanya, Jumat (13/2/2020).

Meminjam uang terpaksa karena kegiatan di sekolahnya terutama di awal tahun cukup banyak.

Sedangkan dana BOS belum cair.

Palembang Job Fair 2020 Dipadati Pencaker, Tribun Sumsel Buka Lowongan Ini

Misalnya Januari hingga Juni mendatang, siswa akan mengikuti beberapa kegiatan perlombaan di tingkat kabupaten.

Seperti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Kompetisi Sains Nasional (KSN), dan Kompetisi Olahraga Siswa Nasional (KOSN).

Semua itu membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mobilisasi keberangkatan siswa yang akan mengikuti kegiatan tersebut.

"Dari sekolah kami ini ke Rupit (ibukota) tiga jam, bukan cuma untuk kegiatan siswa saja, saya juga mau mengurus ini dan itu butuh transport," katanya.

Belum lagi untuk keperluan operasional sekolah, seperti kebutuhan alat tulis kantor (ATK) untuk belajar mengajar sehari-hari.

Walikota Lubuklinggau Bandingkan Masa Lalu, Dulu Tak Punya Rp 200 Juta Tak Bisa Jadi PNS

"Kalau ATK tempat kami beli dia paham, jadi bisa ngutang, cuma itulah kalau ngutang harganya berbeda, ngutang lebih mahal," ujarnya.

Selain berutang, Ali juga terpaksa menjual perhiasan istrinya untuk menalangi biaya operasional dan kegiatan sekolah.

"Iya, emas istri saya sampai terjual untuk nalangin, mau gimana lagi, tidak punya dana, sementara kegiatan sekolah harus tetap berjalan," ceritanya.

Kendati kondisi keuangan sekolahnya dalam keadaan sulit, Ali mengaku tak pernah meminjam atau memungut dana dari orangtua siswa.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved