Tak Lagi Percaya Jokowi, Sudjiwo Tedjo Beberkan Sejumlah Bukti Ini Hingga Sindir Menantu Presiden
Budayawan Sudjiwo Tedjo menyebut masyarakat Indonesia sudah tak percaya pada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
TRIBUNSUMSEL.COM - Tak Lagi Percaya Jokowi, Sudjiwo Tedjo Beberkan Sejumlah Bukti Ini Hingga Sindir Menantu Presiden
Budayawan Sudjiwo Tedjo menyebut masyarakat Indonesia sudah tak percaya pada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo Tedjo pun mengungkap sejumlah bukti atas ucapanya itu.
Hal itu disampaikannya melalui tayangan YouTube Macan Idealis, Jumat (14/2/2020).
"Itu enggak akan ada kalau enggak ada pemimpin yang dipercaya," ucap Sudjiwo.
"Kalau begini, agak susah, sorry Pak Jokowi."
Terkait hal itu, Sudjiwo lantas menyinggung kebijakan Jokowi yang ingin membatasi impor.
Menurutnya, kini rakyat sudah tak mempercayai ucapan Jokowi.
"Misalkan Pak Jokowi bilang 'Yuk sekarang stop impor'," ucap Sudjiwo.
"Sekarang warga agak susah percaya gitu loh karena garam masih impor."
Banyaknya masalah dalam pemerintahan Jokowi disebutnya sebagai pertanda tak adanya kepercayaan rakyat.
"Jadi kalau rakyat percaya, Pak Jokowi ngomong apapun kita akan nurut," ujarnya.
Melanjutkan pernyataannya, Sudjiwo justru berandai-andai menjadi seorang presiden.
Ia pun menyinggung sejumlah kerabat Jokowi yang turut mencalonkan diri di Pilkada 2020.
"Saya takutnya begitu, walaupun sekali lagi saya pagari kalau saya jadi Pak Jokowi akan melakukan hal serupa," jelas Sudjiwo.
"Karena politik di Indonesia sadis banget."
Budayawan Sudjiwo Tedjo (kiri), dan Vasco Ruseimy (kanan) dalam saluran YouTube Macan Idealis, Jumat (14/2/2020). (YouTube Macan Idealis)
"Kalau aku udah enggak pejabat sementara aku enggak punya suadara-saudara yang jadi pejabat, siapa yang mengamankan aku?" sambungnya.
Lebih lanjut, Sudjiwo Tedjo menyampaikan wejangan untuk Jokowi.
Ia mengimbau Jokowi untuk tak lagi takut pada partai politik.
"Jangan terlalu takut sama partai," kata Sudjiwo.
"Karena rakyat asal Pak Jokowi jujur, termasuk saya akan berada di belakang Pak Jokowi."
Termasuk soal pemilihan dan pencopotan menteri, Sudjiwo memngimbau Jokowi untuk tak takut pada partai politik.
"Termasuk dalam mengangkat menteri, termasuk kalau ada menteri yang berbuat begini, begini jangan takut nyopot karena takut sama partainya," jelasnya.
"Karena rakyat, termasuk saya mungkin akan ada di belakang Pak Jokowi."
Simak video berikut ini menit ke-15.45:
Sindir Menantu Presiden
Sebelumnya, Sudjiwo Tedjo menyoroti banyaknya kerabat para pemimpin di Indonesia yang kini turut mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di daerah masing-masing.
Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo Tedjo menyebut hal itu menjadi satu di antara alasannya kini tak mempercayai pemerintah.
Menurut dia, di Indonesia posisi seseorang hanya ditentukan oleh harta yang dimiliki.
Saat menjadi bintang tamu dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (11/2/2020), Sudjiwo Tedjo mulanya menyinggung pernyataan Mantan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pemilu 2019, Sandiaga Uno.
"Ke depan itu kalau kita lihat dalam kaca mata ILC, Mas Sandiaga ada banyak potensi terutama di IT," terang Sudjiwo.
Tak hanya Sandiaga Uno, Sudjiwo Tedjo turut menyebut nama Menteri BUMN, Erick Thohir.
"Wah luar biasa terutama di komik-komik, luar biasa anak muda kita Pak Erick," ucap Sudjiwo.
"Tinggal kita merangkumnya dalam suatu kesatuan."
"Nah, kesatuan ini yang enggak ada," sambungnya.
Sudjiwo Tedjo menilai, keadilan di masa lalu berbeda dengan kini.
Menurutnya, di zaman dahulu ada persamaan nasib bagi seluruh warga negara.
"Kalau meminjam (pernyataan) Soekarno, bangsa adalah suatu kaum yang mengalami penderitaan bersama," ucapnya.
"Dulu iya, itu ada disimpulkan di belakang."
Terkait hal itu, ia pun memberikan contoh untuk memperjelas pernyataannya.
Lantas, Sudjiwo menyinggung nama Presenter ILC, Karni Ilyas.
"Bapak saya dan bapaknya Pak Karni makannya ulet karung goni semua, ada persamaan nasib" kata dia.
"Sekarang udah enggak ada persamaan nasib, arloji saya sama arlojinya Pak Thohir jauh banget. Gimana mau persamaan nasib?"
Lebih lanjut, Sudjiwo menilai pemerintah tirani diperlukan di negara ini.
Hal itu berkaitan dengan persamaan nasib yang harusnya diperoleh oleh semua warga negara.
"Makanya saya usul bangsa harus diikat di depan tujuan," ujarnya.
"Nah tujuan itu memerlukan tirani kalau perlu."
Melanjutkan penjelasannya, Sudjiwo justru menyinggung para pemimpin yang kerabat terdekatnya turut mencalonkan diri di daerah masing-masing.
Hal itu menurutnya membuat kepercayaan publik pada pemimpin semakin berkurang.
"Sekarang gimana aku mau percaya soal KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) misalnya, kalau pemimpin mantunya jadi calon ini," ujar Sudjiwo.
"Gimana mau percaya?"
Terkait hal itu, Sudjiwo pun menganggap pentingnya harta untuk memperoleh posisi strategis.
"Saya enggak ngenyek pemimpin itu, kalau saya jadi pemimpin mungkin mantu saya juga," kata Sudjiwo.
"Karena di Indonesia enggak aman kalau enggak kaya." (TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)