Kakek Sani Lumpuh, Hidup Bersama Istri dan 2 Anak yang Alami Gangguan Mental, Makan Nasi Tanpa Lauk

Abdulah Sani, kakek tua berumur 72 tahun warga 2 Ulu Lorong Sintren Palembang, terlihat hanya terbaring di rumahnya karena sakit lumpuh

Editor: Prawira Maulana
PAHMI
Kakek Sani. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Abdulah Sani, kakek tua berumur 72 tahun warga 2 Ulu Lorong Sintren Palembang, terlihat hanya terbaring di rumahnya karena sakit lumpuh yang ia derita sejak 18 tahun lalu.

Ia tinggal bersama istrinya, Nurlela 72 tahun dan 2 anaknya Yuli (30) dan siti Nurbaya (25) yang mengalami gangguan mental.

Sani menjelasakan kedua anak nya tidak pernah mendapatkan pendidikan sekolah, karena mengalami gangguan mental sejak kecil.

Ia menceritakan Yuli sering pergi dari rumah namun susah mengingat jalan pulang, ia menambahkan Yuli pernah hilang 14 hari lalu ditemukan di Tanjun Api-Api, dan dijemput oleh kelurga, saat itu Yuli tengah tidur-tiduran di warung.

Untuk menghidupi keluarga kecil nya, kakek Sani hanya mengharapkan uang yang diberi setiap bulan oleh adik dari istri nya sebesar Rp 200-300 ribu, tak cukup hanya mengharapkan uang tiap bulan tersebut, istri dan kedua anak nya sehari-hari juga mencari botol plastik.

Mereka mencari botol plastik setiap hari dari subuh sampai sore hari. Plastik yang dikumpulkan tidak langsung dijual.

Keluarga kakek Sani.
Keluarga kakek Sani. (PAHMI)

Mereka menyimpan nya di dalam rumah. Setelah 1 minggu barulah istri kakek Sani menjual plastik yang ia kumpulkan kepada agen.

"Dalam satu minggu, menjual bungkus plastik bisa mendapatkan uang sebesar Rp. 15.000-20.000," ujar Nurlela.

Tribun menelusuri kakek Sani dan keluarganya ini dari sebuah postingan yang viral di instagram. Di postingan itu dijelaskan kemiskinan ekstrim yang dilalui hidup keluarga ini.

Saat tiba di lokasi, tribun melihat keadaan rumahnya yang begitu kecil. Saat berada di dalam terlihat banyak bungkus plastik bekas minuman di dalam karung, juga terlihat banyaknya pakaian diletakkan di pinggir dinding rumahnya.

Tribun melihat kedua anak kakek Sani dan ibu Nurlela tengah makan nasi, tanpa menggunakan lauk pauk.
Saat tengah makan tiba-tiba Yuli ingin nambah tapi dikarenakan nasi yang tidak cukup ia hanya diberi air putih saja.

Ukuran rumah kakek Sani sangat kecil, hanya ada ruang tamu dan dapur.

Kakek Sani tidur di ranjang kayu, ia hanya menggunakan bantal yang terbuat dari steropome, menggunakan selimut dari tikar dan tanpa menggunakan pakaian.

Untuk rumah mereka mandapatkan bantuan dari seorang warga yang memberi tumpangan gratis, mereka cuma membayar listrik saja sitiap bulannya.

Ia bercerita bahwa sudah lama menderita lumpuh, kondisi kaki nya bengkok tidak bisa lurus begitu juga dengan tangan nya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved