Pasang CCTV di Lima Titik yang Dilalui Harimau, HD: Jaga Alam, Maka Alam akan Menjaga Kita
Manusia itu sahabat alam, masyarakat pagaralam ini juga sahabat harimau, harimau tidak akan menyerang jika habitatnya tidak terganggu
TRIBUNSUMSEL.COM, PAGARALAM – Warga Kota Pagaralam dan sekitarnya diharapkan tidak terpancing dengan isu yang belum jelas kebenarannya (hoax) terkait dengan teror harimau Sumatera yang saat ini marak beredar dari mulut ke mulut atau malalui media sosial (medsos).
Harapan tersebut disampaikan Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru ketika memimpin rapat koordinasi (Rakor) terkait dengan penanganan hewan buas khususnya harimau Sumatera yang berlangsung di Rumah Dinas Walikota Pagaralam, Kamis (19/12) malam.
Dalam rakor yang dihadiri juga oleh Kapolda Sumsel Irjen Pol Priyo Widyanto, Pangdam II Sriwijaya Mayor Jendral TNI Irwan, Anggota DPRD Provinsi Sumsel H Alfrenzi Panggarbesi, Rudi Hartono, Aswari Rifai, David Hardianto, Walikota Pagaralam Alpian Maskoni, Wakil Walikota Muhammad Fadli, Bupati Lahat Cik Ujang dan Wakil Bupati Lahat H Haryanto tersebut, Gubernur H.Heman Deru menegaskan pada dasarnya antara manusia dengan alam terjadi interaksi yang saling berkaitan.
Demikian juga dengan warga yang bermukim di wilayah Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat dan sekitarnya juga merupakan bagian dari alam itu senditi yang di dalamnya ada sejumlah mahluk hidup lainnya dengan habitatnya masing-masing salah satunya harimau.
“Manusia itu sahabat alam, masyarakat pagaralam ini juga sahabat harimau, harimau tidak akan menyerang jika habitatnya tidak terganggu. Karena itu, masyarakat saya minta jangan sekali-kali mengganggu habitat harimau. Demikian juga dengan perusahaan, jika ada perusahaan yang merusak hutan atau alam saya akan berikan teguran langsung,” tegas Gubernur.
Gubernur menyebut berdasarkan sejumlah fakta yang didapatnya dari laporan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, tidak bernar adanya isu ada tujuh harimau Sumatera yang berkeliaran meneror warga. Apalagi sampai berkelompok, sebab harimau lanjut Gubernur, tidak berjalan secara berkelompok.
“Informasi yang tidak benar ini sangat merugikan Kota Pagaralam. Ini merupakan tantangan bagi pak Wali Kota untuk menepis isu negative tersebut menjadi isu yang positif,” imbuhnya.
Lebih lanjut Herman Deru menegaskan, dirinya sudah menyampaikan laporan kepada Kementerian Lingkungan Kehutanan dan Kehutanan (KLKH) RI, terkait dengan kasus harimau Sumatera yang sempat viral karena menyerang beberapa warga hingga tewas beberapa waktu lalu.
"Masalah ini sudah saya sampaikan kepada buk Menteri,” terang Herman Deru.
Bahkan lanjut Herman Deru dirinya juga telah bertannya secara langsung dengan warga yang bermukim disekitar hutan dikawasan Gunung Dempo, warga mengakui tidak merasa resah dengan isu harimau menyerang manusia. Sebab berdasarkan pengakuan warga tersebut lanjut Herman Deru, tidak ada sejarahnya masyarakat Kota Pagaralam yang diserang harimau.
“Harimau tidak pernah keluar habitatnya. Setiap kejadian pasti ada pemantik baik realtime maupun sebelumnya karena dendam memori dari sang harimau karena habitatnya terganggu. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki ini semua dengan merestorasi hutan dan satwanya di lestarikan. Kedepan kita harus mencegah kerusakan hutan. Kita jaga alam maka alam akan menjaga kita. Kita akan terus merestorasi hutan habitat satwa yang ada di Sumsel,” tandas Herman Deru.
Sementara itu Ketua Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Genman Suhefti Hasibuan dalam rakor ini memaparkan ada di Indonesia ada tiga jenis harimau yakni Harimau Bali dan Harimau Jawa keduanya sudah punah. Kini tinggal lagi jenis Harimau Sumatera yang keberadaannya terancam punah.
Saat ini lanjut Genman Suhefti Hasibuan BKSDA Wilayah II Lahat, telah melakukan upaya mengatasi isu harimau Sumatera, dengan melakukan sejumlah langkah diantarannya koordinasi dengan sejumlah pihak terkait, melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan keberadaan satwa liar yang dilindungi.
“Kami juga laporkan hingga saat ini sudah ada lima orang yang menjadi korban, tiga meninggal dunia dan dua orang lagi luka-luka yang cukup serius. Semuanya penyerangan terjadi di kawasan hutan lindung yang merupakan habitat harimau tersebut.
Kita dari BKSDA sudah melakukan sejumlah langkah yakni sosialisasi dan koordinasi dengan pihak terkait, mengunjungi rumah duka, pemasangan box trap di lokasi korban diserang, pemasangan imbauan di beberapa titik desa, pemasangan lima kamera pemantau di sepanjang rute yang sering dilewati harimau dan terus memantau keberadaan harimau,” tandasnya.