Cerita Kompol dr Mansuri Dokter Forensik RS Bhayangkara Palembang: Setiap Otopsi Selalu Minta Izin
Hanya ada dua orang, salah seorangnya Kompol dr Mansuri SpF yang bertugas di Kedokteran Forensik RS Bhayangkara Palembang.
Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Prawira Maulana
Ketelitian ketika mengindentifikasi jenazah sangat diperlukan. Hal itu, dianggap perlu lantaran bila tidak teliti dan jeli dengan kondisi jenazah maka penyidik juga akan kesulitan untuk melakukan penyelidikan terkait sebab meninggalnya jenazah tersebut.
Hal-hal lain yang ada di jenazah tersebut, biasanya juga bisa menjadi petunjuk bagi penyidik untuk mengungkap dan menganalisa kasus yang terjadi di jenazah tersebut.
"Sukanya banyak kalau di kedokteran forensik ini, bila suatu jenazah yang tidak diketahui identitasnya setelah di otopsi akhirnya terungkap. Tetapi dukanya terkadang, kita meminta keluarga untuk otopsi tetapi keluarga menolak. Tetapi setelah dimakamkan baru meminta otopsi, itu yang membuat kasihan jenazah. Itu salah satu dukanya," ungkapnya.
Terlepas itu semua, menurut dr Mansuri masyarakat juga harus lebih mengerti.
Betapa pentingnya dilakukan otopsi bila ada keluarga yang meninggal tidak wajar. Karena, dengan otopsi itulah bisa mengungkap penyebab kematian dari jenazah tersebut.
Karena, bila hanya dilakukan pemeriksaan luar saja atau visum, maka sangat kecil kemungkinan untuk mengetahui penyebab pasti kematian jenazah tersebut.
Edukasi otopsi juga harus diketahui masyarakat, karena bukannya membuat jenazah menjadi rusak atau tersiksa, akan tetapi untuk mengungkap penyebab kematiannya.
"Tetapi, untuk otopsi itu memang harus ada persetujuan keluarga. Bila keluarga tidak setuju, kami dokter tidak bisa memaksa. Namun, biasanya bila ada jenazah datang dan kami anggap meninggalnya tidak wajar, biasanya kami sarankan untuk otopsi ke pihak keluarga. Tujuannya hanya satu, mengungkap penyebab kematian korban itu sendiri," pungkas dosen FK UNSRI dan Muhammadiyah ini.(ard)