Digitalisasi Buat Eksportir Tenang, Gaung IPC Jadi Trade Facilitator Didukung Dari Palembang
Manajemen IPC Palembang terus meningkatkan kualitas pelayanan baik bidang operasional maupun bidang non operasional
Penulis: Siemen Martin |
TRIBUNSUMSELCOM, PALEMBANG – Dua truk kontainer memasuki gerbang masuk IPC Terminal Peti Kemas Palembang, saat masuk terlihat sopir hanya menempelkan sebuah benda ke QR Code sebuah mesin.
Setelah dipastikan kendaraan sesuai antara fisik dan informasi, selanjutnya petugas tally pre gate in mengkonfirmasi truk kontainer boleh memasuki terminal peti kemas.
Berada di kawasan pelabuhan, tidak ada lagi kesan kesemerawutan truk berbadan besar parkir yang menutup badan jalan, pelabuhan Boom Baru yang dekat dengan perumahan penduduk kini benar-benar tertata.
Memasuki area terminal peti kemas, susunan box terlihat rapi. Tampak petugas sibuk di masing-masing alat.
Sejak 2017, IPC Cabang Palembang sudah bertransformasi menuju era digitalisasi, segala aktivitas terpantau melalui kecanggihan alat digital
Proses pengantaran bagi pengguna jasa pelabuhan terutama bagi pelaku usaha sekarang tidak perlu pusing kapan kontainernya boleh memasuki terminal peti kemas, sejak diberlakukannya digitalisasi kini para eksportir seperti mendapat angin segar.
“Sejak proses digitalisasi, pastinya proses receiving dan delivery semakin mudah dan proses TID (Truck Identity Document) bisa dilakukan secara online,” kata Ketua Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) Sumsel, Alex K Eddy.
Diakui Alex, sejak IPC Palembang menerapkan digitalisasi, bukan hanya proses pengantaran maupun pengambilan kontainer di terminal peti kemas tidak membutuhkan waktu yang sangat lama dari beberapa tahun sebelumnya.
“Untuk proses bongkar muat selama sekarang paling cepat, cepat 30 menit dan paling lambat 1 hari selasai, dengan adanya digitalisasi buat eksportir tenang,” katanya.
Selama penerapan digitalisasi, memang ada kekurangannya seperti kalau terjadi gangguan jaringan. Apabila terjadi masalah sistem down tentunya akan menggangu aktifitas bongkar muat.
“Tapi tidak terlalu lama gangguannya, hal itu bias diatasi oleh pihak pelabuhan,” ungkapnya.
Gapkindo Sumsel yang menaungi sekitar 30-an perusahaan ini setiap harinya bias mengekspor hingga 200 ton karet mentah setiap hari.
Untuk negara tujuan ekspor diantaranya China, India, Meksiko, Turki, Jepang, Negara di Benua Eropa dan Benua Amerika.
Tingginya nilai ekspor setiap hari, tentu harus disokong oleh pelabuhan yang mengangkut karet mentah milik perusahaan asal Sumsel tersebut.
“Selama ini sudah baik, tinggal bagaimana IPC perlu menambah jumlah crane dan perawatannya, agar kalau ada mesin yang rusak proses stuffing masih tetap berjalan normal,” ungkapnya.
"Berdasarkan info dari anggota kami (pabrik crum rubber) selama ini tidak ada hambatan, namun ada beberapa yang komplain pada saat pengambilan empty cont di CY, dengan kondisi banyak shifting cont maka ada yang di nomor duakan proses pengambilannya," tambahnya.
Pelindo II Pelembang merupakan pintu gerbang perekonomian Sumsel, maka dari itu peningkatan aktifitas bongkar muat diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan agar arus barang tidak terhambat.

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, mengakui peran vital IPC Palembang dalam hal kegiatan ekspor komoditas pertanian Sumsel.
Herman Deru meminta semua unsur terlibat dalam menggairahkan kembali ekspor, salah satunya dengan memfasilitasi eksportir lokal.
“IPC sudah menerapkan digitalisasi sehingga tidak ada lagi penumpukan terlalu lama di pelabuhan,” katanya.
Bahkan peran vital Pelabuhan sudah tidak bisa terbantahkan, dimana pemda Sumsel telah menetapkan pelepasan ekspor komoditas pertanian beberapa waktu lalu.
Manajemen IPC Palembang terus meningkatkan kualitas pelayanan baik bidang operasional maupun bidang non operasional, dengan tujuan mewujudkan superior good corporate governance (GCG).
Program digitalisasi yang sudh berjalan adalah TPS Online, sistem auto tally, TOS-OPUS, auto gate system dan new billing system (NBS).
General Manager IPC Cabang Palembang Agus Edi Santoso mengatakan, layanan tersebut memudahkan pertukaran data elektronik (PDE), kontainer antara sistem IPC di Terminal Peti Kemas dengan sistem Bea Cukai di Pelabuhan.
Hingga Oktober 2019, capaian produksi IPC di terminal peti kemas telah mencapai 89.465 Box ukuran 20 Feet dan 13.496 Box ukuran 40 Feet.
Sedangkan capaian Oktober 2019 kapasitas bongkar muat telah mencapai 89.465 Teus (twenty foot equivalent unit) 20 Feet dan 26.992 Teus (twenty foot equivalent unit) 40 Feet.
Pelindo II di tahun 2020 sudah menentukan arah perusahaan untuk menjadikan pelabuhan kelas dunia atau World Class Port.
Salah satu faktor untuk menjadi pelabuhan kelas dunia, yaitu memperbaiki system pelayanan maupun sisi infrastruktur.
“Untuk mencapai cita-cita IPC sebagai pelabuhan kelas dunia, IPC Palembang telah memasuki era digitalisasi disemua unit pelayanan, salah satunya yang sudah berjalan di terminal peti kemas,” jelas Agus didampingi Humas Pelindo II, Ribut Heru Santoso.
Manajemen Pelindo II Palembang telah meluncurkan sistem aplikasi e-service untuk mendukung kemudahan dan kelancaran pelayanan di terminal petikemas.
Bagi pengguna jasa cukup mengakses melalui smartphone yang sudah memiliki beberapa fitur diantaranya e-registration, e-booking, e-tracking, e-billing, e-care dan mengethaui informasi tentang jasa kepelabuhanan secara online melalui web portal.
Aplikasi e-service di Palembang ini sudah mulai sejak 16 Mei 2019.
“Pengguna jasa sudah bisa melihat kontainernya apakah sudah dilayani apa belum cukup melalui smartphone, kemudian untuk penyelesaian semuanya cukup cepat biasanya satu hari atau dua hari,” katanya.
Bukan hanya menguntungkan bagi pengguna jasa, para operator pelabuhan pun dengan mudah mengecek kedatangan kapal serta barang yang dibawa dengan menggunakan system operator CCTV.
Apakah barang yang dibawa sudah sesuai atau tidaknya bisa terdeteksi dan meminimalisir kesalahan.
“Dampak digitalisasi sekarang bias dilihat di terminal peti kemas, box atau kontainer sudah tertata, bloking sudah jelas, mana yang khusus untuk ekspor dan impor, barang bahaya dan jenis lainnya, kalau dulu kan hanya asal taruh saja, sekarang benar-benar mempercepat pelayanan,” jelas dia.
Bongkar Muat Lebih Cepat
Sistem digitalisasi benar-benar menguntungkan seluruh pihak, untuk kedatangan kapal 10.000 GT (gross ton) dengan kapasitas 250-300 box sekali datang bisa dilakukan bongkar muat perjamnya rata-rata mencapai 28-32 box.
“Dulu hanya mampu hingga 25 box sekarang sudah meningkat, artinya kapal sekali bongkar 300 box untuk saat ini cukup sampai satu hari saja,” kata Agus.
Proses cepat ini membuat pelabuhan untung dan kapal pengangkut box sama-sama diuntungkan, bisa dibilang dengan proses pelayanan yang cepat Pelabuhan menjadi lebih produktif.
“Pengguna jasa dan pemilik kapal bisa keluar lagi bisa cari muatan, daripada mengendap. Otomatis pemilk kargo bisa cepat ambil, seperti barang consumer goods serta barang yang beresiko busuk atau bahan baku bisa diolah di pabrik,” ungkapnya.
Pelindo II memiliki fasilitas dan peralatan, seperti 2 container crane, 4 jib crane, 4 unit rel mounted gantry crane, 21 unit forklift.
Kemudian 19 head truck, 19 unit chasis, 3 unit side loader, 4 unit reach stacker dan 3 unit weigh bridge.
Sedangkan luas lahan Pelabuhan Boom Baru tercatat 24 hektare dan yang dimanfaatkan sekitar 18,5 ha. Pelabuhan ini juga dilengkapi areal pergudangan sebanyak 6 unit dengan luasan total 6.775 meter persegi.
Untuk diketahui, capaian produksi hingga Oktober 2019 di terminal multipurpose diantaranya pelayanan Bag Cargo mencapai 287.507 Ton, General Cargo mencapai 148.083 Ton, Curah Cair mencapai 746.083 Ton dan Curah Kering mencapai 126.750 Ton.
Sedangkan untuk kunjungan kapal di dermaga umum dalam negeri mencapai 1.798.152 GT / 1.040 Unit serta luar negeri mencapai 1.117.505 GT / 235 Unit.
Untuk dermaga perairan pelabuhan dalam negeri mencapai 6.628.985 GT / 2.167 unit serta luar negeri mencapai 1.552.371 GT / 394 unit.
Tantangan Pelindo di Palembang yaitu saat ini hanya ada dimasalah alur sungai, karena kapal berukuran besar sulit masuk akibat dipengaruhi pasang surut air.
Gaungkan Dari Palembang
IPC sebagai Trade Facilitator akan dimulai pada 2020, dengan menjadi trade facilitator maka tidak ada lagi pengguna jasa yang super sibuk mengurus berbagai kebutuhan bisnis secara terpisah.
“Misalkan pengguna jasa ingin menyewa kapal, truk dan lain-lain bisa memesan melalui IPC, artinya bisnis platform ini membantu pengguna jasa memenuhi kebutuhan bisnis,” jelas GM Komersial Pelindo II Palembang Darmawi melalui Humas Pelindo Heru.
Setelah diterapkan trade facilitator maka untuk jangka 5 tahun kedepan bukan hanya melayani bongkar muat barang tapi melakukan perdagangan yang sangat lengkap era digitalisasi ini.
“Bukan hanya anak perusahaan, swasta juga kita ajak kerjasama, bisa dengan TAA maupun perusahaan swasta lainnya, jadi sistemnya bagi hasil, serta IPC juga menyiapkan tenaga ahli, inilah yang dinamakan trade facilitator,” terangnya.
Sehingga pihaknya bisa menjelaskan menjadi trade facilitator bukan ingin memonopoli, melainkan seluruh stakeholder diajak kerjasama demi memajukan logistik nasional.
"Kita optimis dari daerah Palembang, rencana IPC menjadi trade facilitator kelas dunia dimulai," ungkapnya.
Sebagai trade facilitator, IPC Palembang juga merealisasikan pembangunan Pelabuhan Sungai Lais Palembang.
Pelabuhan Sungai Lais yang lokasinya strategis ini hanya berjarak Boom Baru 10 kilometer, dinilai sangat potensial untuk terus dikembangkan.
IPC Palembang juga ingin mendorong perekonomian Sumsel, selain itu mewujudkan program Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Pengamat Ekonomi Sumsel, Yan Sulistyo memprediksi setelah IPC atau Pelindo II Palembang menjadi trade facilitator dipastikan akan menyumbang pendapatan bagi pemerintah daerah.
Dari sisi pendapatan IPC akan menjadi kekuataan penyokong perekonomian.
"Pajak dari kegiatan trade facilitator akan dirasakan manfaatnya, strategi bisnis IPC ini harus didukung oleh pemerintah setempat," kata Yan.
Namun, Yan mengusulkan saat menjadi trade facilitator, IPC Palembang harus mengoptimalkan Pelabuhan Sungai Lais.
Sebab, kalau memaksakan di Boom Baru dikhawatirkan arus bongkar muat akan terganggu, karena sudah padatnya lokasi pelabuhan dengan permukiman penduduk.
"Harus diperhatikan bagaimana kenyamanan seluruh unsur, baik dari pengusaha dan penduduk, sehingga nantinya tidak ada hambatan saat misi itu berjalan," kata dia.
Pemerintah Palembang pun sejak lama sudah mendukung aktivitas pelabuhan terutama dalam arus lalu lintas kendaraan truk kontainer untuk memasuki terminal peti kemas.
Peraturan Walikota Palembang nomor 26 tahun 2019, mengatur arus lalu lintas dan jam operasional bagi truk bermuatan besar.
Ada beberapa poin truk yang akan ke Boom Baru melewati sejumlah ruas jalan yang sudah ditentukan.
Misalnya kendaraan dari Pelabuhan Tanjung Api Api menuju Pelabuhaan Boom Baru harus melintasi Jalan Letjen Harun Sohar - Jalan Kebon Sayur - Residen H Najamuddin - MP Mangkunegara - Residen Abdul Rozak - RE Martadinata - Yos Sudarso - Letkol Nuramin -Pelabuhan Boom Baru.
Pilot Project MOS Pelabuhan Sungai
IPC/Pelindo II Palembang di tahun 2020 akan menjadi pilot project penerapan Marine Opertaing System (MOS) pelabuhan sungai.
Uji coba nanti untuk mengetahui kelemahan yang akan disempurnakan, dengan harapan semua sudah dilakukan penerapan digitalisasi pada tahun 2020.
“MOS ini antisipasi kepadatan arus kapal dan melonjaknya bongkar muat curah di pelabuhan, untuk itu kami telah mempersiapkan infrastruktur pendukung, hal itu untuk mempermudah operasional sandar kapal serta biaya bisa ditekan,” kata Humas Pelindo II Palembang Heru.
Sehingga pelayanan kapal ini nantinya akan dikerahkan pandu-pandu kapal yang melayani secara ontime.
MOS difungsikan untuk mengatur kapal tunda dan kapal pandu yang semakin efisien dan bagi pengguna jasa proses bisa lebih cepat.
Bagaimana seperti filosofi pelabuhan semakin lama kapal bersandar maka pelabuhan tidak produktif dan kinerja lambat.
“Sisi logistik ini seperti mata rantai, pabrik atau gudang penerima terhambat, barang langka di pasar, siklusnya seperti itu,” kata Heru.