Wisatawan Diterkam Harimau
Wisatawan Diterkam Harimau di Gunung Dempo, Ini Jalur Perlintasan Harimau di Kaki Gunung Dempo
Belum lama ini heboh warga di kawasan Kabupaten Lahat tepatnya di kecamatan Muara Payang yang dihebohkan dengan penampakan Harimau di sejumlah lahan k
TRIBUNSUMSEL.COM- Wisatawan yang sedang berwisata di kawasan Gunung Dempo diterkam harimau, Sabtu (16/11/2019)
Hal ini berdasarkan informasi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Besemah.
Kabag Umum RSUD Besemah, Anca membenarkan jika tadi malam ada pasien yang masuk ke RS Besemah karena diduga diterkam harimau.
"Ya benar saya sudah tanya ke dokter jaga IGD. Katanya memang ada pasien masuk dengan luka robek di pelipis yang katanya disebabkan diterkam harimau saat berada dikawasan Tugu Rimau Gunung Dempo," ujar Anca
Warga Mulai Sering Lihat Harimau Berkeliaran Dikawasan Gunung Dempo
Penampakan hewan buas Harimau atau yang biasa disebut warga lokal Pagaralam "Nenek Gunung" mulai meresakan warga yang tinggal dikawasan Kaki Gunung Dempo.
Belum lama ini heboh warga di kawasan Kabupaten Lahat tepatnya di kecamatan Muara Payang yang dihebohkan dengan penampakan Harimau di sejumlah lahan kebun kopi milik warga.
Bahka bukan saja di kawasan Kecamatan Muara Payang warga melihat penampakan binatang buas tersebut.
Kemarin Jumat (15/11/2019) salah satu wisatawan asal Kabupaten Empat Lawang yang sedang berwisata dikawasan Gunung Dempo melihat penampakan Harimau yang sedang berjalan di areal Kebun Teh Gunung Dempo.
Panjat Pohon
Warga Desa Mekarjaya, Kelurahan Gunung Dempo, Kecamatan Pagaralam Selatan tepat berada di kaki Gunung Dempo
Desa yang berada di ketinggian 1575 meter di atas permukaan laut (Mdpl)
Warga desa ini sering menghadapi fenomena turunnya binatang-binatang yang bermukim di Hutan Gunung Dempo.
Terdapat banyak binatang liar yang berada di Gunung Dempo.
Warga mengatakan binatang tersebut seperti rusa atau menjangan, kijang, beruang, bahkan harimau.
Untuk rusa dan beruang warga bahkan sudah sangat sering melihatnya.
Beberapa kasus menyebabkan konflik antara manusia dan hewan.
Suryanto, warga Desa Mekarjaya bahkan harus memanjat pohon dan berdiam diri selama setengah jam di atas pohon.
Ia yang sedang mencari kayu di atas pohon secara tidak sengaja melihat kemunculan harimau.
" Setengah jam hanya diam di atas pohon," ujarnya bercerita.
Harimau yang ia lihat berukuran sebesar anak sapi berbuntut panjang dan lehernya ditumbuhi banyak bulu.
Diperkirakannya harimau tersebut sudah berumur puluhan tahun.
Dari atas pohon yang ia panjat Suryanto yang saat itu bersama temannya melihat harimau tersebut tengah menyeret seekor babi hutan.
Tidak ada gerakan yang dilakukan oleh Suryanto.
Ia takut harimau tersebut mengetahui keberadaannya.
" Merinding sekali saat itu," ceritanya
Pohon yang dipanjat oleh Suryanto tersebut ternyata berada tepat di jalur yang biasa dilalui oleh harimau.
Hal tersebut baru ia sadari setelah menemukan banyak bekas tapak harimau di sepanjang jalur.
Setelah kejadian tersebut Suryanto sempat selama dua minggu lamanya tidak berani mencari kayu bakar ke hutan lagi.
Ia mengaku trauma atas kejadian yang ia alami.
Bertemu harimau secara langsung merupakan kali pertama bagi Suryanto sejak tahun 1974 tinggal di kaki Gunung Dempo.
Hal tersebut ia alami sekitar dua tahun lalu saat terjadi musim kemarau.
Jalur Harimau
Bersama Suryanto, Tribun Sumsel diajak untuk melihat langsung lokasi pertemuannya dengan harimau tersebut.
Lokasinya sendiri berada di atas bukit Desa Mekarjaya.
Butuh waktu selama satu jam untuk mencapai lokasi yang dipenuhi tumbuhan berduri.
Jalur yang dilewati Tribun Sumsel merupakan jalur yang biasa dilalui oleh harimau.
Suryanto menyebutnya jalur kuda jaman Belanda karena sebelumnya memang dipakai oleh mandor-mandor Belanda untuk mengawasi kebun teh milik mereka.
Banyak batang teh setinggi lebih dari 30 meter yang berada di lokasi tersebut.
Jalur itu sendiri tepat berada di pinggir jurang yang kedalamannya hingga 65 meter.
Di jalur kuda jaman Belanda tersebutlah ada tempat peristirahatan harimau yang bentuknya seperti goa.
Di tempat peristirahatan itulah Suryanto menunjukkan jejak bekas kaki harimau yang ukurannya seperti telapak tangan orang dewasa.
" Ini harimaunya belum terlalu besar," ungkapnya.
Selain harimau, Suryanto juga mengaku pernah melihat seekor orang utan yang lebih mirip seperti gorila.
Binatang tersebut berjalan seperti manusia dengan ukuran orang dewasa.
" Itu (orang utan) saya ketemu setelah hujan reda. Tidak sempat sampai bertatapan muka," ungkap mantan ketua RT ini.
Rasa takut jika bertemu kembali dengan binatang-binatang tersebut masih sering merasuki fikiran Suryanto.
Namun mitos yang dipercayai warga bahwa harimau akan menghindar jika bertemu manusia membuatnya sedikit merasa aman.
Selain itu Suryanto selalu menaburkan garam jika hendak bekerja di lokasi dekat hutan.
Tugasnya sebagai mandor di PTPN VII membuatnya sering keluar-masuk hutan.
" Kita mengasih tanda bahwa ada manusia. Harimau itu tidak akan bisa makan selama 40 hari jika bertemu manusia. Jika kebetulan bertemu tandanya sama-sama apes (sial)," ungkapnya.