Kisah Penganiayaan Ninoy Karundeng Relawan Jokowi Diseret dan Dipukul, Sosok Habib Ancam Membunuh

Penyidikan kasus penculikan dan penganiayaan terhadap Ninoy Karundeng terus bergulir. Ninoy sendiri diketahui sebagai pegiat media sosial

Editor: Moch Krisna
KOMPAS.COM/ RINDI NURIS VELAROSDELA
Ninoy Karundeng di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (7/10/2019). 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Penyidikan kasus penculikan dan penganiayaan terhadap Ninoy Karundeng terus bergulir. Ninoy sendiri diketahui sebagai pegiat media sosial yang juga dikenal sebagai relawan Joko Widodo saat Pilpres 2019.

Penyidik Polda Metro Jaya mulai memeriksa sejumlah saksi hingga meminta keterangan dari Ninoy sebagai korban penganiayaan tersebut.

Pada Senin (7/10/2019) siang, Ninoy memberanikan diri untuk menjelaskan kronologi penculikan dan penganiayaan tersebut kepada para wartawan.

Ninoy menyebut peristiwa penculikan dan penganiayaan dirinya terjadi di daerah Pejompongan, Jakarta Pusat pada 30 September lalu.

 Peristiwa itu berawal ketika Ninoy merekam aksi unjuk rasa dan demonstran yang sedang mendapatkan pertolongan karena terkena gas air mata di kawasan tersebut.

Tiba-tiba, dia diseret oleh sekelompok orang tak dikenal dan dibawa masuk ke dalam Masjid Al-Falah di daerah Pejompongan. Sebelum dibawa masuk ke dalam masjid, Ninoy sempat dianiaya selama dua menit.

Ketika dia mengaku sebagai relawan Jokowi, dia kembali diintrogasi dan dianiaya di dalam masjid. 

Ponsel Dirampas dan Diculik Tiba-tiba, Ninoy mendapat ancaman pembunuhan dari seseorang yang dipanggil 'habib'.

Dia mengaku tak melihat atau mengenal 'habib' tersebut karena dia terus dianiaya.

Dia hanya bisa meminta perlindungan dengan alasan punya keluarga yang masih membutuhkannya.

"Seseorang yang dipanggil habib itu memberi ultimatum kepada saya bahwa waktu saya pendek karena kepala saya akan dibelah," ujar Ninoy di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin.

Pegiat media sosial itu juga mendengar pernyataan dari orang-orang yang menganiayanya bahwa mayat dirinya akan dibuang di tengah-tengah kerumunan massa aksi unjuk rasa.

"Saya tidak bisa mengenali sama sekali karena peristiwa itu begitu cepat. Saya dipukul bertubi-tubi dan diseret. Saya tidak tahu itu siapa karena saya enggak melihat," ungkap Ninoy.

Selain menganiaya dirinya, sekelompok orang tak dikenal itu juga memeriksa barang pribadi Ninoy seperti telepon genggam dan laptop.

Mereka bahkan menyalin sejumlah data dari laptop Ninoy. Penganiayaan itu berakhir setelah mereka memesan jasa GoBox untuk memulangkan Ninoy beserta sepeda motor yang telah dirusak.

Halaman
123
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved