Bidik Generasi Milenial, Badan Wakaf Indonesia Buka Layanan Melalui Aplikasi di Handphone
Wakaf adalah instrumen strategis untuk meningkatkan kesejahteraan, kualitas dakwah, dan menjaga kemartabatan
Penulis: Melisa Wulandari |
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Wakaf adalah instrumen strategis untuk meningkatkan kesejahteraan, kualitas dakwah, dan menjaga kemartabatan.
Sekarang berwakaf semakin mudah melalui platorm apapun bahkan melalui poin dari kartu provider handphone.
Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh menjelaskan semua kemudahan memberikan wakaf saat mengisi seminar nasional wakaf goes to campus VI di Griya Sriwijaya Unsri kampus Palembang, Kamis (12/9/2019).
BWI saat ini membidik anak-anak milenial.
"Melalui seminar ini BWI bersama Unsri dan UIN Raden Fatah mengajak generasi milenial memajukan wakaf dan menjadikannya sebagai gaya hidup."
"Sasarannya memang ke mahasiswa kami juga mendorong anak-anak di sekolah karena usia milenial jumlahnya luar biasa," katanya saat konferensi bersama media di Griya Sriwijaya, Kamis (12/9/2019).
• Balikpapan Belajar Cara Pemberian Bonus Atlet ke Pemprov Sumsel
Dia melanjutkan para generasi milenial ini 5-10 tahun dun memasuki dunia kerja.
Berarti anak-anak ini akan berpenghasilan sehingga dalam kesempatan 5-10 tahun yang akan datang semakin banyak orang yang menjadi wakif atau orang yang berwakaf.
"Kalau dulu kan lebih dikenal dengan wakaf tanah, tanah masjid, tanah pesantren, tanah makam dan lainnya," jelasnya.
Tapi dalam perkembangannya sangat luar biasa sehingga harta wakaf tidak hanya yang tidak bergerak tapi bisa bergerak seperti wakaf uang.
Jumlahnya bervariatif dan bisa diwakafkan kapan saja dengan memanfaatkan gawai.
• Tahun Lalu Rp1,5 Miliar, Tahun Ini Dianggarkan Rp 1,6 M untuk Mempercantik Taman Kota Baturaja
"Kami juga bekerjasama dengan 19 bank syariah serta aplikasi kekinian dan bahkan bisa berwakaf melalui poin di salah satu provider (telkomsel) misal ingin berwakaf pakai poin juga bisa," katanya.
Dia juga menjelaskan wakaf itu tidak boleh kurang dan tidak boleh habis.
"Apabila menerima harta wakaf tidak boleh langsung dibagi-bagi tapi diolah terlebih dahulu baru dibagi-bagi. Berbeda dengan infaq, sedekah dan zakat yang misal dikumpulkan langaung bisa dibagikan kepada yang berhak menerima," katanya.
"Dan ya banyak yang belum tahu orang non muslim pun boleh berwakaf dan penerima manfaatnya bisa publik tergantung dari akad. Di dalam wakaf juga bisa temporer dan bisa juga permanen."
"Target wakaf kami Rp 77 Triliun setahunnya. Ini wakaf uang belum termasuk wakaf saham dan wakaf lain-lainnya namun baru tercapai Rp199 Miliar pada 2018,"
"Artinya kinerja kami harus lebih progresif lagi dengan bantuan media kami yakin akan banyak orang yang berwakaf dan untuk info lengkap bisa cek di www.bwi.go.id," jelasnya.
• Austalia Hibahkan Rp 450 Milyar untuk Pembangunan IPAL di Sumsel
Rektor Unsri Anis Saggaff mengatakan terkait wakaf goes to campus dan Unsri sebagai kampus pertama di luar Jawa yang dikunjungi oleh BWI.
Ia sangat bangga dengan adanya kegiatan ini.
"Saya selaku rektor menyampaikan belajar mengajar ada anak-anak kami yang tidak mampu, orangtua meninggal, bangkrut, tersangkut masalah keluarga dan lainnya," ujarnya.
"Dan mudah-mudahan dengan program ini bisa bersama-sama bersinergi. Mahasiswa Unsri itu ada sekitar 36 ribu, dosesn 1100, karyawan: 1200 apabila seminggu berwakaf Rp1000 atau lebih kan lumayan," katanya.
Dia juga mengatakan sebenarnya Unsri punya badan usaha namun badan usaha ini tidak boleh mengumpulkan dana di luar dari pemerintah tapi dengan adanya kegiatan ini pihaknya bisa bekerjasama dengan BWI.
"Tentang pengelolaan uang bisa serahkan ke BWI di inveskan kemana yang penting feed backnya bagi anak-anak yang memerlukan dana ini tidak boleh terjadi jadi kami carikan jalan keluarnya, bisa juga dengan membuat aplikasi wakaf," ujarnya.