Habibie Meninggal Dunia
Puisi Habibie untuk Ainun yang Fenomenal, Kisah Cinta Sejati : Kami Tetap tak Terpisahkan Lagi
BJ Habibie juga dikenal sebagai sosok suami yang romantis. Kisah cintanya dengan Ainun diibaratkan seperti kisah Romeo dan Juliet
Penulis: M. Syah Beni | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM - Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia.
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya.
Sebelum meninggal, keluarga dekat sudah berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto, tempat Habibie dirawat. Informasi mengenai Habibie meninggal dunia disampaikan putra Habibie, Thareq Kemal Habibie.
"Saya harus menyampaikan ini, bahwa Ayah saya, Presiden ke-3 RI, BJ Habibie, meninggal dunia pada pukul 18.05," kata Thareq.
Selain dikenang sebagai sosok mantan presiden yang berwibawa
BJ Habibie juga dikenal sebagai sosok suami yang romantis
Kisah cintanya dengan Ainun diibaratkan seperti kisah Romeo dan Juliet
Habibie bahkan membuat puisi untuk Ainun setelah pasangan hidupnya itu meninggal
Seperi puisi yang ia selipkan di bagian depan Surat Yasin saat mengenang 1000 hari perginya ibu Ainun
Berikut puisi yang ditulis Habibie
Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada tiap insan kehidupan di mana pun.
Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan dan kehendak-Mu Allah.
Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa dan budaya Kami,
Yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi sepanjang masa.
Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami.
Perekat kami menyatu, manunggal jiwa, roh, bathin dan nurani kami.
Di mana pun, dalam keadaan apa pun kami tetap tak terpisahkan lagi.
Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun ........... sampai akhirat
Bacharuddin Jusuf Habibie
Puisi Lainnya Habibie
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan calon bidadari surgaku
Bacharuddin Jusuf Habibie