Golkar Sumsel Bergejolak

Kisruh Golkar Sumsel, Pengurus Harian Protes Dicopot Lewat WA

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Penentuan nama calon Ketua DPRD Sumsel membuat internal Partai Golkar Sumsel bergejolak

TRIBUNSUMSEL.COM/ARIEF BASUKI ROHEKAN
Kandidat Ketua DPRD Sumsel dari Golkar M Yansuri 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Penentuan nama calon Ketua DPRD Sumsel membuat internal Partai Golkar Sumsel bergejolak.

Sebanyak 7 pengurus harian DPD I Golkar Sumsel dicopot dari jabatan sebelum berlangsungnya pleno penentuan nama-nama calon Ketua DPRD Sumsel, Minggu (25/8), yang selanjutnya akan diserahkan ke DPP.

Informasinya sejumlah pengurus melakukan penolakan dan siap pasang badang dengan mengerahkan sejumlah massa untuk mengawal pleno tersebut.

Iskandar Syamwell membenarkan informasi itu.

Kisruh Ketua DPRD dari Golkar Sumsel, Ini Kata Pengamat Unsri Dr Febrian

"Benar, saya diundang partai untuk rapat pleno usulan Ketua DPRD Sumsel. Tapi dalam undangan saya itu saya dikatakan bukan pengurus lagi, dan saya tidak punya hak suara," katanya, Minggu (25/8).

Iskandar mengaku tidak mengetahui alasan DPD mencopot dirinya dari jabatan sebagai Wakil Ketua DPD Golkar Sumsel, padahal ia tidak merasa melakukan pelanggaraan AD/ART partai.

Pemecatan itu diketahuinya dari pesan Whatsaap (WA).

"Saya tidak tahu pemecatan kami dan dikasih tahu lewat WA, padahal kalau mau memecat harus ada syarat-syaratnya, melalui pleno maupun peringatan terlebih dahulu."

"Tapi ini, tanpa ba bi bu langsung dipecat sebagai pengurus dan kami mempertanyakannya," ujar mantan anggota DPRD Sumsel ini.

Mengenal Sosok Jenni Sandiah, Ketua DPRD Perempuan Pertama di Pagaralam

Ia menduga pemecatan dirinya sebagai pengurus harian DPD dilakukan untuk memuluskan satu nama tertentu sebagai Ketua DPRD Sumsel.

Iskandar terang-terangan menentang wacana tersebut karena dianggap tidak sesuai juknis dan juklak di partai Golkar.

"Pak Alex ingin memasukan mantunya yang baru seumur jagung di dunia politik dan belum juga duduk sebagai anggota Dewan.'

"Padahal aturan di Golkar, jika untuk bisa duduk di kursi pimpinan, yang bersangkutan harus pernah duduk sebagai anggota DPRD satu periode dan menjadi pengurus partai sesuai tingkatan. Tapi hal ini ingin dilanggar pak Alex Noerdin," katanya.

Ditambahkan Iskandar, ia bersama teman- teman yang lain akan melakukan upaya atas keputusan DPD yang dinilainya melanggar dan cacat hukum tersebut.

"Kami akan mempertanyakan putusan pemecatan tersebut, dan sekarang masih menunggu SK resmi. Pemecatan kader atau pengurus partai harus sesuai AD/ ART, bukan karena komunitas, jadi aturan. Kami akan ke Mahkamah Partai dan kami juga punya hak untuk mengevaluasi pengurus," tandasnya.

Ayam Peliharaan Mendadak Mati Misterius di Lorong Harapan, Plaju, Lesu dan Mogok Makan Lalu Mati

Senada diungkapkan Yulizar Dinoto. Ia tidak mengetahui apa yang jadi alasan partai mencopotnya sebagai pengurua partai.

"Memang saya belum menerima SK pemecatan itu secara resmi, jika memang ada saya mempertanyakannya. Apa dasarnya dan salah saya apa? Mengingat saya sudah berjuang bersama Golkar sejak lama," ungkap Yulizar.

Dilanjutkan mantan Kepala BPBD Sumsel ini, jika memang ada evaluasi kepengurusan harusnya hal itu dilakukan sesuai AD/ART partai dan melalui pleno.

"Kalau mau dievaluasi, saya rasa jabatan Sekretaris DPD juga harus dievaluasi dan dicopot, karena rohnya partai ada dijabatan tersebut dan kami lihat juga Partai Golkar jadi semerawut," tegas dia.

Dihubungi terpisah Sekretaris DPD I Golkar Sumsel Herpanto mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan rapat dan belum ada putusan untuk nama-nama yang direkomendasikan ke DPP sebagai calon Ketua DPRD Sumsel.

Gubernur Sumsel Lepas Keberangkatan Tim Ekspedisi Sriwijaya Sripo-Tribun Sumsel

"Iya, ada delapan nama usulan, tapi belum diputus, sekarang masih rapat," kata Herpanto, tanpa menyebutkan secara detil nama- nama yang diusulkan.

Sedangkan kandidat Ketua DPRD Sumsel M Yansuri mengatakan, hasil pleno yang dilakukan Golkar Sumsel banyak cacatnya.

Dia juga belum mengetahui secara pasti berapa nama yang direkomendasikan.

"Calon Ketua DPRD itu harus sesuai hasil rakernas 2013, dan minimal sekurang- kurangnya memenuhi 3 persyaratan (pengurus, pernah menjabat, dan suara terbanyak). Tapi kami lihat ada satu calon yang direkomendasikan juga, padahal tidak satu pun syarat dipenuhi, calon ini dipaksakan," katanya.

Dari delapan nama itu, Yansuri hanya mengetahui 5 nama yang dianggap memenuhi selain incumbent, mereka juga pengurus di Golkar Sumsel. Yaitu M Yansuri, RA Anita Noeringhati, Medi Basri, Nadia Basyir, dan Linda Syarofi.

"Jadi, kalau tetap memaksakan kehendak pimpinan partai. Saya rasa hal itu tidak bagus dan itu akan jadi preseden buruk bagi partai ke depan," ujar Yansuri.

Dia membantah saat pleno mengerahkan massa untuk menekan.

Secara terpisah, RA Anita Noeringhati saat dikonfirmasi terkait namanya masuk dalam usulan DPD Golkar Sumsel sebagai calon ketua DPRD Sumsel, enggan mengomentarinya, sebab yang berhak menjawab adalah ketua ataupun Sekretaris DPD Golkar Sumsel.

"Silakan hubungi Sekretaris DPD Golkar Sumsel karena mereka yang berhak," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved