Dalih Prada DP vs Oditur Militer: Tangis Demi Lolos Hukuman Sampai Mati di Penjara, Bandingkan Fakta

Oditur menuntut Prada DP pantas dijatuhi hukuman seumur hidup atau sampai mati di penjara. Apakah unsur perencaan terbukti?

Penulis: Prawira Maulana | Editor: Prawira Maulana
DOK TRIBUN SUMSEL
Prada DP di persidangan. 

TRBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Oditur militer menjerat Prada Deri Pramana/Prada DP dengan pidana pokok pasal 340 tentang pembunuhan berencana.

Karena itu, Oditur atau jaksa militer beranggapan Prada DP pantas dijatuhi hukuman seumur hidup atau sampai mati di penjara.

Hukuman seumur hidup adalah hukuman tertinggi dalam penjara kurungan badan.

Prada DP terus menangis di persidangan.

Ia beberapa kali mengungkapkan penyesalan karena membunuh Vera Oktaria, kasir Indomaret pujaan hatinya itu.

Perkara pengakuan membunuh sudah jelas. Sekarang yang harus dibuktikan apakah pembunuhan ini berencana atau tidak. Karena unsur perencanaanlah yang menentukan pilihan hukuman. 

Prada DP berdalih membunuh Vera tanpa perencanaan karena tersulut emosi tiba-tiba.

Prada DP mengaku ia membunuh karena emosi mendengar Vera mengaku hamil.

Prada DP berkesimpulan Vera hamil dengan laki-laki lain karena keduanya sudah lebih dari lima bulan tak melakukan hubungan badan.

Usai membunuh, Prada DP juga berdalih memutilasi Vera juga tanpa perencanaan.

Memutilasi, memotong tangan perempuan itu hanya untuk memudahkan memindahkan jenazah Vera. Rencana membakar Vera karena mutilasi gagal juga atas saran orang lain.

Tapi itu dalih Prada DP. Oditur tak percaya karena pola yang ditinggalkan Prada DP atas pembunuhan ini kental sekali perencanaan.

Oditur menganggap pembunuhan ini bukan perkara gelap mata. Lebih dari itu, semua direncanakan karena akumulasi sakit hati yang begitu dalam. Ditambah juga kecemburuan.

Perangai kasar Prada DP juga diungkit dan dasar dari petunjuk.

Oditur juga bilang, lari dari kesatuan alias disersi juga bagian dari rencana membunuh Vera.

Tangis Prada DP tak membuat oditur luluh dan membuang keyakinan.

Prada DP lari dari pendidikan bukan karena takut ketinggian tapi karena memang ingin bertemu Vera dan membunuhnya.

Ada 17 petunjuk yang diungkap oditur yang mebuat pembunuhan dan mutilasi ini terlihat sangat terencana.

1. Vera dan Prada DP sudah lama berpacaran dan putus nyambung. Prada DP beberapa kali memberikan barang-barang untuk Vera berupa paju, uang dan ponsel.

2. Selama berpacaran beberapa kali didapati bertengkar dengan alasan cemburu. Empat kali bahkan hanphone keduanya dirusak akibat ada pesan dari pria atau wanita lain yang membuat keduanya saling cemburu.

3. Oditur juga memaparkan fakta bahwa Prada DP pernah bertengkar dan kedapatan membekap korban di rumah korban. Saat itu Vera Oktaria sampai menjerit. Kejadian itu disaksikan saksi Imelda.

 Prada DP Sempat Mengira Hanya Dituntut 21 Tahun, Ia Salah Artikan Tuntutan Seumur Hidup

4. Pada bulan November 2018 lolos seleksi TNI dan diantar keluarga korban dan keluarga terdakwa pada saat pergi pendidikan di Lahat.

5. Namun, awal April 2019 korban tak hadir saat pelantikan di Rindam 2. Alasannya training Indomaret. Hal ini membuat Prada DP kecewa.

6. Selanjutnya pada 17 April 2019, Prada DP cuti dari tugas dan menemui Vera Oktaria di rumahnya. Saat itu Prada DP mengajak Vera keluar tapi ditolak. Sempat bertengkar sampai ibu korban marah dan mengusir Prada DP. Diusir Prada DP sakit hati dan pulang tanpa pamit.

7. Lalu pada 20 April 2019 saat akan berangkat melanjutkan pendidikan di Baturaja, Prada DP datang ke rumah korban untuk pamit.

Saat itu terdakwa mengambil handphone lipat yang diberikan terdakwa kepada korban dan menggantinya dengan handpone Oppo Android dengan maksud agar bisa berkomunikasi lewat video call, namun korban tidak mau menerimanya sehingga terdakwa kecewa dan sakit hati lagi.

•• Prada DP Sempat Mengira Hanya Dituntut 21 Tahun, Ia Salah Artikan Tuntutan Seumur Hidup

8. Masih pada bulan April 2019, korban pernah bercerita pada saksi Imelda, bahwa Prada DP pernah bilang lebih baik membunuh Vera daripada di ambil orang lain.

9. Di tanggal 3 Mei, terdakwa lari dari Latpur Rindam 2 Sriwijaya dan keesokan harinya tiba di Palembang.

10. Oditur menyebutkan, saat ditangkap Prada DP dalam BAP pernah mengaku ia lari dari pendidikan karena curiga korban sudah punya pacar lain. Prada DP ingin ke Palembang untuk membuktikannya.

(Fakta ini berbeda dengan pengakuan Prada DP yang mengaku lari dari pendidikan akrena takut ketinggian dan trauma).

11. Lalu pada tanggal 4 Mei 2019 pukul 11.00 WIB oditur menyebutkan Prada DP tinggal di tempat kos lorong Banten 5 dan bertemu dengan Serli. Di sana ia empat kali berhubungan badan dengan Serli.

Bukan cuma perkara hubungan badan itu yang menjadi indikasi kuat pembunuhan berencana. Dari Serli-lah oditur mendapatkan fakta bahwa Prada DP pernah bilang Vera tak tahu terimakasih.

 Prada DP Sempat Mengira Hanya Dituntut 21 Tahun, Ia Salah Artikan Tuntutan Seumur Hidup

12. Selama pertemuan dengan Serli, Prada DP bercerita pada Serli bahwa Vera Oktaria tak tahu terimakasih padahal sudah dibelikan ponsel 4 kali, dibayari sekolah dan sering dibawakan makanan. Prada DP mengaku sudah banyak berkorban.

13. Selanjutnya pada tanggal 7 Mei 2019, Prada DP menghubungi Vera Oktaria dan berhasil.

Ini adalah momen-momen krusial pembunuhan berencana itu. Karena Prada DP mengajak Vera bertemu dan tempat pertemuannya ialah di Stasiun Kertapati.

Terdakwa mengajak bertemu di stasiun Kertapati agar seolah-olah ia baru tiba dari Baturaja ke Palembang. Padahal Prada DP sudah lama berada di Palembang.

14. Pada pukul 20.00 di hari yang sama 7 Mei, Vera menghubungi Prada DP dengan bertanya "kamu dimana?'

Prada DP membaca pesan itu tapi tak buru-buru menjawab. Terdakwa malah meminta dijemput oleh temannya Putra Baladewa untuk berangka ke Stasiun Kertapati.

15. Diantarkan ke Stasiun Kertapati Palembang. Ia membawa tas ransel hitam layaknya orang yang baru tiba. Ia lalu menemui Vera.

Stasiun Kertapati Palembang

Prada DP dan Vera lalu pergi ke Jembatan Ampera Palembang. Sampai di sana Prada DP lalu membawa Vera lagi menuju Sungai Lilin. Dalihnya untuk bertemu dengan bibi Prada DP bernama Elsa.

 Prada DP Sempat Mengira Hanya Dituntut 21 Tahun, Ia Salah Artikan Tuntutan Seumur Hidup

Di sinilah point penting lagi bahwa indikasi kuat Prada DP merencanakan pembunuhan.

Prada DP menurut Oditur sengaja membawa nama Elsa dan mengajak Vera ke sana karena Vera kenal dan akrab dengan Elsa.

Tapi Prada DP berbohong, rumah Elsa bukan di Sungai Lilin tapi di Betung yang jaraknya 60m kilometer sebelum Sungai Lilin.

Lokasi Sungai Lilin

16. Sesuai dengan BAP di penyidik, Prada DP mengaku tujuan ke Sungai Lilin:

1. Untuk cari penginapan, 2. Untuk membuka hp korban sehingga apabila ditemui foto laki-laki lain di ponsel korban maka korban akan terdakwa bunuh, 3, Jauh dari rumah korban 4, Terdakwa sudah tahu rumah paman terdakwa yang ada di area SUngai Lilin. Agar dapat minta tolong.

17. Mereka sempat berada di Betung di dekat rumah bibi terdakwa bernama Elsa. Bukti pembunuhan berencana juga terlihat saat itu Prada DP dan Vera sempat beristirahat di Betung untuk Vera makan sahur.

Jika memang ingin ke rumah Elsa pastinya Prada DP langsung mengajak ke rumah Elsa, namun Prada DP malah membawa ke Sungai Lilin dan pura-pura lupa di mana rumah Elsa agar bisa membawa Vera ke Penginapan di SUngai Lilin.

 Prada DP Sempat Mengira Hanya Dituntut 21 Tahun, Ia Salah Artikan Tuntutan Seumur Hidup

Lokasi Betung

Saat ini sidang baru pada agenda tuntutan. Kamis depan Prada DP dan pengacaranya akan membacakan nota pembelaan. Setelah itu hakimlah yang memutuskan pembunuhan ini berencana atau tidak. 

Hakim juga yang memilih hukuman yang tepat.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved