PDI Perjuangan Raih Suara Tertinggi di Sumsel, Tapi Kursi Ketua DPRD Ada di Golkar, Ini Alasannya
Hasil pemilihan umum legislatif (PIleg) tingkat provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) 2019, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan berhasil meraih s
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Kharisma Tri Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Hasil pemilihan umum legislatif (PIleg) tingkat provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) 2019, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan berhasil meraih suara terbanyak sebesar 594.762 suara atau 11 kursi di DPRD Sumsel periode 2019-2024, dibanding 15 parpol peserta pemilu lainnya.
Meski begitu, PDI Perjuangan harus merelakan kursi ketua DPRD Sumsel kepada partai Golkar yang hanya meraih 573.750 suara, namun meraih kursi lebih banyak di DPRD Sumsel periode 2019-2024, sebanyak 13 kursi.
Kemudian disusul partai Gerindra sebesar 535.564 suara (10 kursi), Demokrat 467.955 suara (9 kursi), PKB 376.105 suara (8 kursi), Nasdem 348.015 suara (6 kursi), PAN 335.889 suara (5 kursi), PKS 304.506 suara (6 kursi), Hanura 273.153 suara (3 kursi), Perindo 171.711 suara (3 kursi) dan PPP meraih 154.458 suara (1 kursi).
Sementara parpol non kursi di DPRD Sumsel yaitu partai Berkarya meraih 111.783 suara, PBB sebanyak 99. 890 suara, PSI 47.548 suara, Garuda 23.196 suara dan PKPI hanya meraih 14.598 suara.
Ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel, Giri Ramanda N Kiemas mengatakan, pihaknya tak memungkiri jika pihaknya merasa dirugikan dengan metode Saint League Murni yang mulai digunakan pada Pemilu 2019 ini, mengingat suara yang didapat hanya gemuk dibeberapa dapil (daerah pemilihan).
"Kita tetap berterima kasih kepada masyarakat Sumsel, yang masih memikih PDI Perjuangan. Dimana dari sekitar 1,5 jutaan pemilih capres 01 (Jokowi- Amin) di Sumsel, 500 ribuan suara masih ke PDI Perjuangan," kata Giri Ramanda.
Menurut Giri yang didampingi Bendahara DPD PDI Perjuangan Sumsel Yudha Rinaldi, ada penurunan sekitar 500 ribuan suara, untuk capres Jokowi di Sumsel dibanding pilpres 2014 lalu. Meski begitu, hal itu sudah dilakukan secara maksimal kader PDI Perjuangan dan tim koalisi untuk perolehan suara Jokowi- Amin tidak anjlok di Sumsel.
Ia menerangkan untuk kursi yang didapat PDI Perjuangan di Sumsel pada pemilu 2019, menurun dibanding 2014 lalu yang mencapai 13 kursi, dan pihaknya merasa pada pemilu 2019 ini Golkar sangat diuntungkan dengan metode Saint League Murni.
"Suara Golkar diuntungkan Saint League, sehingga mereka ada penambahan kursi dibeberapa dapil. Tapi kalau kalau masih pakai BPP (Bilangan Pembagi Pemilih), kita harusnya dapat kursi lebih banyak. Jadi ini tidak sesuai target kita untuk meraih kursi terbanyak," bebernya.
Ditambahkan Giri, memang hal ini jadi amonali dari prediksi pihajnya, sebab selama Pileg dan Pilpres pihaknya optimis menang, dimana pihaknya juga sudah melakukan survey dan agak mengejutkan.
"Survey kita untuk Pileg dua minggu sebelum pencoblosan, masih sekitar 18 persen, kemudian disusuk partai Gerindra dan Golkar. Namun nyatanya perolehan kursi di DPR RI Dapil Sumsel, Gerindra, Golkar, Nasdem dan PDIP. Sedangkan ditingkat provinsi kita tidak jauh beda dengan raihan Golkar, tapi mereka unggul 2 kursi," bebernya.
Dijelaskan Giri, untuk kursi di DPRD Sumsel pihaknya kehilangan di dapil Sumsel II Palembang dan Dapil V (Muara Enim, Pali, dan Prabumulih) yang pada 2014 lalu masing- masing meraih 2 kursi.
"Tapi dibeberapa dapil lainnya kita telah menang seperti Dapil VIII (Mura- Muratara- Lubuklinggau), Dapil I Palembang, dan Dapil V, namun tidak bisa meraih 2 kursi," ucapnya.
Ditambahkan mantan ketua DPRD Sumsel ini, berdasarkan analisa dirinya sendiri, pileg kalah dibanding kepentingan Pilpres, sehingga pemilih kurang antusias dalam memilih wakil rakyatnya. Termasuk untuk kursi di DPRD Kabupaten/ kota Se Sumsel yang sebelumnya meraih 90 kursi, kini hanya 88 kursi saja atau merosot 2 kursi.
"Analisa saya sebagai Giri Ramanda, anjloknya perolehan kursi PDI Perjuangan, fokus pemilih lebih besar keoada Pilpres sehingga tidak melihat lagi partai A atau B. Selain itu pola NPWP (Na Pilih Wani Piro) sangat tinggi juga dan sangat terasa, dimana 25 persen pemilih akan mengalihkan dukungannya jika mereka diberikan lebih dari Ro 200 ribu, dan pemilih meminta sesuatu sangat pengaruh 48 persen," tandasnya.