Sejarah Berdirinya Masjid Agung hingga Sekarang Bernama Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo
Masjid Agung Palembang mulai dibangun pada tahun 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo. Pembangunan berlangsung selama 10 tahun
Penulis: Lisma Noviani |
Sejarah Berdirinya Masjid Agung hingga Sekarang Bernama Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo
TRIBUNSUMSEL.COM -- Masjid Agung Palembang, salah satu icon atau landmark kota Palembang.
Setiap pengunjung muslim yang datang ke Palembang, biasanya menyempatkan diri untuk shalat di masjid yang berada persis di titik 0 Jalan Sudirman, pusat kota Palembang.
Setelah berabad-abad, Masjid Agung kini berganti nama menjadi Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo, yang resmi berlaku sejak awal Februari lalu.
Dikutip dari pelajaran-dunia.blogspot.com, Masjid Agung pada mulanya disebut Masjid Sultan. Perletakan batu pertama pada tahun 1738, dan peresmiannya pada hari Senin tanggal 28 Jumadil Awal 115 H atau 26 Mei 1748.
Masjid Agung didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang dikenal pula dengan Jayo Wikramo (tahun 1724-1758).
Masjid Agung Palembang bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, dan menjadi salah satu masjid tertua di Kota Palembang.
Masjid ini berada di utara Istana Kesultanan Palembang, di belakang Benteng Kuto Besak yang berdekatan dengan aliran sungai Musi. Secara administratif, berada di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, tepat di pertemuan Jalan Merdeka dan Jalan Sudirman, pusat Kota Palembang.
Masjid Agung Palembang mulai dibangun pada tahun 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
Pembangunan berlangsung selama 10 tahun dan resmi digunakan sebagai tempat peribadatan umat muslim Palembang pada tanggal 28 Jumadil Awal 1161 H atau 26 Mei 1748 M.
Awalnya masjid ini bernama Masjid Sultan, dan belum memiliki menara. Bentuk masjid hampir bujursangkar, memiliki ukuran 30 meter x 36 meter.
Dengan luas mencapai 1080 meter persegi, konon, Masjid Sultan merupakan masjid terbesar di nusantara yang mampu menampung 1200 jema’ah.
Masjid Sultan dirancang oleh seorang arsitek dari Eropa. Konsep bangunan masjid memadukan keunikan arsitektur Nusantara, Eropa dan Cina. Gaya khas arsitektur Nusantara adalah pola struktur bangunan utama berundak tiga dengan puncaknya berbentuk limas. Undakan ketiga yang menjadi puncak masjid atau mustaka memiliki jenjang berukiran bunga tropis. Pada bagian ujung mustaka terdapat mustika berpola bunga merekah. Bentuk undakan bangunan masjid dipengaruhi bangunan dasar candi Hindu-Jawa, yang kemudian diserap Masjid Agung Demak.
Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo
Tahun 2019 ini, masjid Agung resmi berganti nama Masjid Agung akhirnya disepakati dengan nama Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo dan pihak Yayasan meminta waktu satu minggu untuk membuat perubahan plang nama tersebut yang Sabtu (2/2) hari ini diresmikan Gubernur Sumsel, Herman Deru.
Setelah acara peresmian selesai digelar baru kemudian pihak yayasan mengubah tulisan Masjid Sultan Mahmud Badaruddin menjadi Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
Keputusan ini dihasilkan setelah yayasan bersama zuriat Palembang menggelar pertemuan untuk mencari solusi dari polemik yang berkembang.
Meluruskan Sejarah
Ketua Zuriat Palembang, Iskandar Sulaiman, menyambut baik pihak yayasan yang mau mendengarkan masukan pihaknya terkait plang penamaan masjid. Menurut dia, pihaknya tak bermaksud apa apa, tujuannya cuma untuk meluruskan nilai-nilai sejarah.
"Kami setuju penamaan masjid semula Masjid SMB menjadi Masjid Agung SMB I Jayo Wikramo," kata dia.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumsel, Farida mengatakan, penambahan angka I rowawi sangat berarti untuk warisan sejarah. Bahwa masjid yang sekarang menjadi ikon Kota Palembang ini didirikan oleh SMB I yang sebelum diangkat Sultan bernama Jayo Wikramo. (lisma)