Berita Palembang

Mengerikan, Cerita Mantan Walikota Tentang Kondisi Palembang 16 Tahun Silam, Mau Keluar Saja Takut

Palembang dulu, dikenal sebagai kota 'Texas' atau orang luar mengetahui banyak tindak kriminal yang kerap terjadi

TRIBUNSUMSEL.COM/ABRIANSYAH LIBERTO
Jembatan Ampera Sebagai Landmark Kota Palembang 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sosok Eddy Santana Putra (ESP), mungkin bagi masyarakat Palembang sudah tak asing lagi.

Pria berkacamata ini merupakan Wali Kota Palembang dua periode yang menjabat sejak 2003-2013.

Palembang dulu, dikenal sebagai kota 'Texas' atau orang luar mengetahui banyak tindak kriminal yang kerap terjadi.

Palembang yang tadinya banyak disebut sebagai kota kumuh, kotor, dan rawan tindakan kriminal menjadi kota yang bersih dan tertib.

Diisukan Pacaran, Sule Blak-blakan Kagumi Bagian Tubuh Naomi Zaskia Ini, Bikin Jatuh Cinta?

Breaking News: Ojek Online Penabrak Kapolda Sumsel Menyerahkan Diri, Inilah Pengakuannya

Tak dinyana, dari tangan dingin pria kelahiran 20 Januari 1957 tersebut, berhasil menjadikan ibu kota Provinsi Sumsel ini menjadi kota metropolitan.

Banyak event olahraga internasional terselenggara di Palembang sehingga mendorong usaha peningkatan perekonomian masyarakat.

"Yang jelas orang datang ke Palembang awalnya males, dan hanya orang kita sendiri (Palembang), memang karena tidak ada tempat main, malam gelap," ungkapnya.

"Akhirnya berkelahi kriminal tinggi, ekonomi tidak bagus, copet, rampok karena mau makan," ungkap Eddy mengingat Palembang saat kondisi 16 tahun.

"Contoh, jam 6 sore Palembang dulu warganya banyak menghabiskan waktu di rumah dan lihat tv, mau keluar apa yang dilihat, tempat makan sudah tutup semua," jelasnya.

Eddy yang baru menjabat akhirnya memiliki jalan keluar untuk mengubah Palembang.

Viral, Wedding Organizer (EO) Mikhayla Decoration di Palembang Tipu Pengantin, Ini Sosok Penipunya

"Jadi bagaimana ramai malam- malam, penting kegiatan manusia di malam hari agar muncul kegiatan ekonomi sebab orang bisa bekerja dan lapangan pekerjaan terbuka," katanya.

"Itu yang kita lakukan dengan memoles tempat- tempat kumpul seperti BKB dan air mancur.

Karena banyak perubahan, maka akhirnya orang mau keluar dan ada daya tarik.

"Muncul restoran dan tempat lain- lain, sehingga orang luar senang datang kesini," kenang Eddy mengingat prestasinya tersebut.

Namun setelah tidak memimpin Palembang 5 tahun silam, mantan ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel ini melihat perkembangan kota Palembang sedikit melambat, khususnya dalam pelayanan publik dan masyarakat.

 Mengenal Sosok Kapolda Sumsel Irjen Zulkarnain Adinegara, Anak Petani Sempat tak Bisa Ambil Ijazah

 Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional

Padahal selama masa jabatannya sebagai walikota, ia merintis pendirian ( Trans Musi) sistem Bus Rapid Transit yang beroperasi, dan pengakuan ASEAN dengan memberikan Kota Palembang.

Pernah juga dapat pengakuan akan air bersih yang mencakup hingga pelosok kota Palembang sehingga terbaik nomor 1 di Indonesia.

Menjadikan kota yang bersahabat, asri dan berhasil menggerakkan masyarakat melakukan penghijauan.

Kabar saya sehat, sekarang seperti inilah kerja saya di posko, menyiapkan kesuksesan caleg ke senayan, serta beberapa kegiatan bisnis yang dijalankan seperti di cafe Bali dan Jakarta, bisnis batubara dan restoran Padang di Bogor, ini untuk mencari sesuap nasi yang halal apa sajalah.

Dalam artian mandiri bisa menghidupkan sendiri dari hasil yang ada khususnya pajak.

Sementara berkualitas itu manusiannya, SDMnya (Sumber Daya Manusia), pendidikan bagus, dan kesehatan bagus dan sebagainya.

Alhamdulillah visi tepat, dan kita lakukan pembangunan itu baik fisik dan manusiannya secara simultan, terencana, terarah dan berhasil di semua sektor.

Sebelumnya tidak benar, meski kita tidak boleh menyalahkan kepemimpinan sebelumnya, tapi saat itu belum mengarah kesitu, dan harus ada gebrakan.

Selain itu, Eddy juga untuk mengubah image Palembang tidaklah mudah.

Saat ia memimpin Palembang APBD hanya sekitar Rp 400 miliar, dimana Rp 200 miliar sudah habis untuk gaji pegawai dan sisa Rp 200 miliar.

"Sekarang mudah, kalau tidak ada tinggal minta Provinsi atau pusat, tapi kedepan harus bisa menarik investor juga," ungkapnya.

 Mengenal Pilot Thamrin Group, Keluarga Kaya di Palembang dengan Segudang Lini Bisnis

 Mengenal Afat (Robby Hartono) Palembang, Dulu Hanya Menyewa Ruko di Jalan Veteran

 Mengenal Kiai Marogan, Kisah Hidup Karomah dan Amalan Zikirnya yang Terkenal

 Profil Sutopo Purwo Nugroho BNPB, Pejuang Kanker yang Tak Pernah Lelah Berikan Info Bencana Alam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved