Lima Anak Panti Yang Kabur Mengaku Takut Kembali ke Panti

Lima anak panti asuhan Yahwaliu Jl S Sumparman Lorong Citra Damai no 2013 kota Palembang sudah ditemukan.

Editor: Prawira Maulana
M ARDIANSYAH/TRIBUNSUMSEL.COM
Kapolsek Sukarami Mewawancarai Anak PAnti yang Kabur. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Lima anak panti asuhan Yahwaliu Jl S Sumparman Lorong Citra Damai no 2013 kota Palembang sudah ditemukan. Kelimanya Pri Suryani (15), Seli (13), Rapli (14), Firdaus (13) dan Bayu (14) hilang selama 6 hari dan ditemukan saat sedang berjalan kaki di Jl Palembang Betung Air Batu, Banyuasin.

Kelimanya mengaku lari dari panti asuhan dan ingin pulang ke Musi Banyuasin. Saat ini kelima anak tersebut sedang berada di Mapolsek Sukarami Jl Kol H Barllian.

Polisi Masih Dalami Penyebab Larinya Lima Anak Panti di Palembang

Cerita Lima Anak Panti, Ini Alasan Mereka Memilih Kabur

Cerita Polisi Penjemput Lima Anak Panti, Sempat Ditolak dan Tetap Ingin Pulang ke Muba

Pemilik panti Yahwaliu Iwan dan Ria langsung mendatangi Mapolsek Sukarami Palembang. Sampai saat ini polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap keduanya.

Kelima anak ini dibawa ke ruang Kapolsek untuk dibincangi. Tribunsumsel berkesematan menanyakan kepada mereka mengenai alasan kabur dari panti asuhan.

Kelima anak-anak mengaku sangat ketakutan di dalam ruangan tersebut karena takut Iwan dan istrinya masuk.

"Tutup saja kak pintunya nanti pak Iwan masuk," ungkap salah satu dari mereka saat mengetahui pintu terbuka.

Pemilik panti Yahwaliu, Iwan dan Ria.
Pemilik panti Yahwaliu, Iwan dan Ria. (TIARA/TRIBUNSUMSEL.COM)

"Kami tidak mau pulang ke panti, mau ikut orang tua saja," ungkapnya.

Saat ditanyai apa saja kegiatan yang dilakaukan selama dalam panti asuhan, mereka hanya menjawab sering disuruh bekerja.

Mereka mengaku sering menerima kekerasan dari kedua pengurus panti asuhan tersebut dan kata-kata kasar.

"Kami sering dicubit, dipukul pakai rotan atau sendal," ungkapnya.

Selain itu salah satu dari mereka mengatakan tak sempat bikin Pekerjaan Rumah (PR) karena selalu disuruh bekerja.

"Saya tidak sempat buat PR kena marah guru, tapi mau bagaimana kami tidak disuruh istirahat," katanya.

Sementara kedua pemilik panti membantah tuduhan melakukan kekerasan. "Saya sama istri juga ingin tahu alasannya apa, karena sebelumnya tidak ada masalah, apalagi kekerasan dan menyuruh mereka mememinta-minta dan semacamnya," kata Iwan.

"Mereka seperti biasa, pergi pulang sekolah sama teman-teman yang lain juga tidak ada ribut-ribut seperti biasa," tambahnya.

"Malahan setiap tahun dan libur kami mengajak mereka jalan-jalan di tempat-tempat kreasi, supaya tidak jenuh," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved