Hasil Terbaru Penyelidikan KNKT Terkait Jatuhnya Pesawat Lion Air di Karawang, Bukan Mesin Tapi

Hampir satu bulan pasca jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP JT 610 di perairwan tanjung pakis karawang

kolase/TRIBUN/IRWAN RISMAWAN/NET
Black Box Pesawat Lion Air JT 610 yang Jatuh di Tanjung Karawang 

TRIBUNSUSMEL.COM -- Hampir satu bulan pasca jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP JT 610 di perairwan tanjung pakis karawang, 29 Oktober Lalu.

Komite Nasional Keselamatan Transpotrasi (KNKT) akhirnya memberikan hasil penyelidikan terkait penyebab jatuhnya pesawat.

Berdasarkan Analisa dari Flight Data Recorder menyebutkan jika analisa terhadap parameter mesin ternyata bukan penyebab kecelakaan.

'Kami bisa simpulkan bahwa mesin tidak menjadi kendala dalam penerbangan ini," ujar Kepala Sub Komite Investigasi Nurcahyo Utomo

Parameter mesin bagian kanan dan kiri milik Lion Air PK-LQP hampir seluruhnya menunjukkan angka yang konsisten.

Hal itu terlihat dari grafik dalam FDR yang diunduh KNKT.

Grafis Pesawat Lion Air
Grafis Pesawat Lion Air (Grafis Tribunnews)

Meski mesin tak bermasalah, Nurcahyo menyampaikan ada perbedaan penunjuk kecepatan antara pilot dan co-pilot sejak awal pesawat bergerak saat lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta.

Hal itu terlihat dari indikator angle of attack (AOA) sisi kiri dan kanan pesawat Lion Air PK-LQP yang berbeda sejak awal bergerak.

"Indikator yang kanan lebih tinggi daripada yang kiri.

Kemudian pesawat mulai bergerak, kecepatan mulai naik, kemudian kecepatan berpisah. Jadi antara kiri dan kanan tidak sama," ujarnya.

Pada saat menjelang terbang, Nurcahyo menuturkan pesawat Lion Air PK-LQP juga mengalami stick shaker atau kemudi pada pilot bergetar.

Hal ini merupakan indikasi bahwa pesawat akan mengalami kehilangan daya angkat.

"Kemudian pesawat tetap terus terbang, kemudian sempat turun sedikit, kemudian naik lagi dan kira-kira berada di ketinggian 5.000 ribu kaki," ujar Nurcahyo.

Saat kondisi pesawat di atas ketinggian 5.000 kaki, Nurcahyo menyampaikan Automatic Trim Down atau Manuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) secara otomatis menggerakkan hidung pesawat untuk turun.

Ia berkata, MCAS merespons karena pesawat akan kehilangan daya angkat lantaran terjadi perbedaan pada AOA.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved