Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh

Harus Mengambil Keputusan dalam Hitungan Detik dengan Risiko Tinggi, Dilema Pilot Ketika Take Off

Harus Mengambil Keputusan dalam Hitungan Detik dengan Risiko Tinggi, Dilema Pilot Ketika Take Off

SERGLY SERDYUK/ISTOCKPHOTO/THINKSTOCK via Sciencemag.org
Ilustrasi pesawat take off 

Kondisi pilot yang menjadi perhatian khusus dalam disiplin ilmu "human factors" memerlukan pengelolaan dan perhatian. Sebagai manusia, penerbang tak lepas dari kekurangan.

Untuk itu, pilot harus senantiasa melatih dan menyiapkan kemahiran teknis terbangnya. Juga kondisi fisik kesehatan dan ketenangan jiwanya.

Kondisi penerbang yang sedang menghadapi masalah, semisal kelelahan atau menanggung beban mental dalam tugasnya, niscaya akan mempengaruhi perilakunya, termasuk dalam mengambil keputusan.

Persoalan keseharian pun tak urung membebani sang pilot. Entah persoalan di kantor atau rumah tangga. Atau kejelasan masa depannya sehubungan derigan krisis moneter saat ini.

Bagaimana dengan kelangsungan nafkahnya, juga pemenuhan harapan-harapannya? Semua  persoalan itu bisa saja terbawa dalam pikiran penerbang saat bertugas.

Peraturan perusahaan penerbangan mengharuskan pilot tetap ekstra waspada sebelum pesawat dalam posisi straight and level (menjelajah dalam ketinggian 10.000 kaki).

Pilot dilarang bicara persoalan lain kecuali pembicaraan teknis tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengoperasian pesawat sampai penerbangan mencapai  ketinggian aman itu. Pada saat-saat kritis, awak kabin atau pramugari dan penumpang tidak boleh mengganggu konsentrasi pilot.

Melihat kasus F-28 MNA tadi, temyata pilot terbang pada leg (bagian alur penerbangan) terakhir karena, bila berhasil melakukan perjalanan dari Kendari ke Ujungpandang, mereka akan beristirahat untuk terbang pada hari berikutnya.

Landasdn terbang yang pendek dan berair memerlukan teknik terbang dan pertimbangan khusus.

Penumpang yang hampir penuh (70%) serta angkutan barang dan bagasi yang cukup sarat - plus membawa jenazah - memberikan faktor lain; membuat kedua penerbang harus ekstra hati-hati.

Namun kehati-hatian yang amat sangat juga bisa menjurus ke perilaku obsesif kompulsif yang rawan.

Meskipun sebuah penerbangan melibatkan banyak orang (petugas bandara, pengamat cuaca, petugas bahan bakar, dll.), ketika penumpang sudah selesai boarding, pintu kabin ditutup, dan pesawat diizinkan berangkat, semua tanggung jawab keselamatan penerbangan yang menyangkut pesawat berada di pundak kapten pilot.

Sungguh tragis, ketika ia menuju ke langit kebebasan, kesalahan kecil bisa berakibat fatal! (intisari)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved