Satu Keluarga Ditemukan Tewas
Misteri Motif Tewasnya Satu Keluarga, Fransiskus Ong Sempat Beri 2 Pesan, Temannya Ungkap Hal ini
Polisi belum mengungkap motif tewasnya satu keluarga di Komplek Villa Kebon Sirih RT O5 RW 01 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Polisi belum mengungkap motif tewasnya satu keluarga di Komplek Villa Kebon Sirih RT O5 RW 01 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni, Rabu (24/10).
Dari hasil pemeriksaan awal terhadap dua pembantu serta sopir korban, diduga Ong nekat mengakhiri hidup lantaran menolak diceraikan oleh istrinya, Margareth Lentin Liana (43).
Keempat mayat ditemukan di tiga kamar terpisah.
Ong dan istrinya di kamar lantai dua.
Posisi Ong terbaring di atas kasur bersama istrinya.
Kedua tangan Ong masih memegang senpi jenis revolver buatan Taiwan.
Sementara kedua anak pasangan suami istri ini juga ditemukan tewas bersimbah darah di kamar masing-masing yang berada di lantai bawah.
Korban Rafael Fransiskus (18), anak pertama, ditemukan tewas di atas kasur dengan luka tembak di kepala.
Begitu juga dengan anak keduanya yakni Kathylin (12), ditemukan tewas terlungkup di atas kasur dengan kondisi kepala berdarah.
Sehari usai peristiwa heboh tersebut, teman dari mendiang Fransiscus Ong (FX Ong) atau yang biasa dipanggil temannya Amat dan mendiang Margaretha terlihat berkumpul di depan rumah duka RS RK Charitas Palembang.
Teman-teman mendiang FX Ong dan Margaretha heboh menceritakan kembali kejadian yang terjadi kemarin, Rabu (24/10/2018).
Ada yang mengatakan tidak percaya temannya, Amat (FX Ong) bisa melakukan perbuatan bunuh diri.
"Dak mungkinlah Amat ini ngelakuke perbuatan bodoh cak ini. Dio tuh orangnya baik, heboh sendiri. Tidak pernah kelihatan sedih sama sekali. Kalau kumpul sama dia pasti heboh," ujar Yuli salah satu teman Amat, Kamis (25/10/2018).
Teman-teman mendiang ini terlihat memakai baju serba hitam dan saling bertukar cerita mengenai FX Ong dan istrinya Margaretha.
Ada temannya yang lain berceloteh kalau pembantunya sempat mengatakan kalau mendiang Margaretha sempat cekcok dengan mendiang FX Ong.
"Dia (FX Ong) itu orangnya tertutup dak pernah cerito masalah pribadi dio," celetuk salah satu temannya dalam bahasa Palembang.
Keluarga dari mendiang FX Ong dan Margareth saat ini masih berada instalasi Forensik Rumah sakit Bhayangkara Palembang, Kamis (25/10).
Saat ini keluarga masih mengurus Jenazah FX Ong dan keluarganya yang tewas diduga karena bunuh diri.
Pihak keluarga mengurus empat jenazah yabg nantinya direncanakan akan dibawa dan disemayamkan rumah duka RS RK Charitas Palembang.
Dari pantauan Tribunsumsel di Instalasi Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang keluarga FX Ong dan Margareth sibuk untuk segera membawa keempat jenazah tersebut.
Tampak beberapa kali keluarga masuk kedalam ruangan kamar mayat, untuk mengecek apa yang dibutuhkan pihak Instalasi Forensik.
Ditemukan Pembantu
Tribunsumsel.com mewawancarai Fitri pembantu rumah tangga Fransiskus.
Wanita ini orang pertama yang mengetahui tewasnya satu keluarga ini.
Pukul 05.30 WIB, Fitri seperti biasa membangunkan Kathlyn anak bungsu Fransiskus.
Katty panggilan Kathlyn tak seperti biasanya.
Saat Fitri menggoyangkan kaki Katty, tak ada reaksi sama sekali.
Ia belum curiga, Fitri pun meninggalkan Katty untuk mencuci tangan.
Karena hari semakin terang, Fitri pun meminta adiknya yang juga bekerja di rumah Fransiskus untuk gantian membangunkan Katty.
Tak lama berselang adiknya memanggil Fitri.
Ia bertanya mengapa tangan Katty berdarah.
Saat itu belum ada pikiran aneh-aneh dari Fitri.
Ia hanya menduga Katty mengalami mimisan.
"Coba sini lihat kepalanya," ujar adik Fitri
Ia pun melihat dan kaget bahkan berteriak melihat apa yang dialami Katty.
Panik, Fitri berlari ke kamar Fransiskus di lantai dua bermaksud melaporkan kejadian yang dilihat.
Namun tak ada jawaban dari dalam kamar meski ia sudah menggedor pintu kamar.
Ia coba menelpon handphone Fransiskus. Ternyata handphone nya diletakkan di meja di luar kamar.
Dari lantai bawah, suara Sarah adik Fitri kembali teriak.
Ia melaporkan di kamar anak pertamanya yang bernama Rafael ternyata juga sama seperti Katty.
Fitri pun kembali ke lantai dua menggedor kamar Fransiskus. Masih tak ada jawaban.
Fitri turun lagi dan masuk ke ruang kerja Fransiskus.
Ia berfikir apakah terjadi perampokan di rumah itu.
Hanya saja semua pintu rumah dikunci dari dalam. Tak ada yang rusak.
Merasa ada yang tidak beres, Fitri akhirnya meminta bantuan dan berteriak minta tolong.
Fakta lain yang diungkap Fitri adalah semua kamar di rumah tersebut kedap suara.
Sehingga tak ada terdengar suara apapun malam itu.
Fransiskus pun merupakan sosok humoris.
Satu hal yang dilakukan Fransiskus adalah memainkan piano saat dia banyak masalah (galau).
Bagi-bagi 'Warisan'
Sebelum meninggal mendiang Fransiskus Xaverius ONG (47) berikan uang 2 juta, malam sebelum kejadian.
Hal ini disampaikan Dewi Safitri (28) yang merupakan asisten rumah tangga keluarga korban Fransiskus Xaverous ONG.
Dewi dan sang adik, Sarah Febrianti (21) bekerja di rumah korban merupakan warga asal Lampung.
"Sore kemarin sekitar pukul 18.00 saya dipanggil koko (Franssiskus Xaverius ONG) ke ruangannya. Disana dia bertanya saya sudah berapa lama bekerja saya jawab sekitar dua tahun."
"Lalu dia menarik laci meja dan mengeluarkan sejumlah uang yang katanya buat bonus selama saya dan adik saya kerja disini."
"Saya sampaikan terima kasih dan begitu dihitung jumlahnya Rp2 juta," ungkap Fitri usai dimintai keterangan oleh penyidik unit ranmor Satreskrim Polresta Palembang, kemarin (24/10).
Menurut Fitri, selama bekerja di rumah korban diakui majikannya itu memang sangat baik kepada semua pegawainya.
"Ditanya mengenai keberadaan senjata api yang ditemukan persis di samping tubuh korban, Fitri mengaku tak mengetahuinya."
"Sepengetahuan saya koko memang ada senapan khusus itupun dia pakai buat menembak biawak."
"Karena di rumah masih sering ada biawak, Sementara, kalau pistol yang ditunjukkan pak polisi di dalam tadi baru pertama kali saya lihat," ungkapnya.
Agus (30) yang juga salah seorang karyawannya mengaku diajak ngobrol oleh korban Frans bersama seorang rekannya Joko malam sebelum kejadian.
"Saya sampai jam 9 tadi malam diundang bicara-bicara untuk urusan pekerjaan."
"Tidak ada gelagat aneh dari beliau, dia juga sempat berikan cincin yang dipakainya ke saya tapi memang dia biasa begitu loyal dengan karyawannya," ungkap Agus.
Pesan WhatsApp
Kabar meninggalnya satu keluarga Fransiskus ini membuat banyak temannya terkejut.
Apalagi Fransiskus baru saja mendapatkan penghargaan sebagai Motivator di klub kicau mania Palembang.
Tepatnya, Minggu (21/10) pada acara anniversary 2 tahun Bird Club.
Penghargaan itu ia dapatkan karena dinilai sebagai orang yang humoris supel, dan selalu memotivasi anggota klubnya untuk semangat dan peduli terhadap kecintaannya pada burung kicau.
Hal ini disampaikan salah satu anggota komunitasnya yang akrab disapa Codet.
"Dia orangnya lucu ya, dia sangat sering memotivasi kita untuk peduli sama klub ini rajin kumpul," ujar codet di depan rumah Fransiskus, Rabu (24/10).
Codet mengatakan jika Fransiskus sudah sekitar 2 tahun mengikuti Bird Club Palembang, dan merasa sangat kehilangan sosok seorang panutan.
"Sangat kehilangan selama ini beliau jadi panutan, jadi penasehat membimbing, sangat supel dalam bergaul," katanya.
"Tidak pernah menyangka, karena selama ini beliau terlihat ceria, tidak ada masalah dan sebagainya karena kita baru saja kumpul," tutupnya.
Tak hanya itu, di media sosial tersebar juga pesan dari grup WhatsApp alumni sekolah Fransiskus.
Tribunsumsel.com mengonfirmasi pesan tersebut benar atau tidak.
Hanya saja belum ada respon dari orang terdekat Fransiskus.
Meski begitu pesan WA itu terlanjur viral.
Dalam grup WA itu, pesan yang diduga dibuat Fransiskus menuliskan tentang dirinya yang akan pergi.
"Maafkan aku teman-teman
Kenanglah kebaikanku saja
Jangan membicarakan kejelekanku
Jalan kalian masih panjang"
Begitu isi pesan diduga dari Fransiskus.
Pesan tersebut dikirmnya pukul 02.48.
Sementara Keluarga Fransiskus ditemukan telah tewas sekitar pukul 05.30.
Tak hanya itu Fransiscus dikabarkan sempat meninggalkan surat wasiat.
Surat tersebut saat ini sudah diamankan oleh polisi.
"Ada surat wasiat. Dan memang tidak ada tanda-tanda kejahatan perampokan," kata Effendi keluarga korban.
"Aku sudah sangat lelah. Maafkan aku. Aku sangat sayang anak dan istriku.. Choky dan Snowi. Aku tidak sanggup meninggalkan mereka di dunia ini" begitu isi tulisan.
Choky dan Snowi diketahui anjing peliharan keluarga ini.
Choky jenis terier pudel dan snowi jenis minipom.

Berikut Fakta-fakta Satu Keluarga Tewas
1. Fransiscus Dikenal Supel
Effendi ipar dari keluarga korban mengaku ia belum pernah mendengar ada masalah yang menimpa keluarga ini.
Ia juga tak tahu apakah korban terutama sang ayah punya musuh.
Soal dugaan perampokan juga belum berani menyimpulkan.
Fransiscus ini adalah pengusaha bergerak di bidang suplier, desain interior dan batubara.
Effendi mengaku Fransiscus adalah pengusaha yang cukup supel.
"Ia punya banyak teman dan senang bergaul," katanya saat diwawancarai di RS Bayangkara tempat jenazah keempatnya berada saat ini.
Ia terakhir bertemu dengan korban sekeluarga sekitar beberapa bulan lalu.
"Saya kurang begitu tahu ada masalah atau tidak, tapi kejadian ini benar-benar mengejutkan," katanya.
2. Keluarga Fransiscus di Lubuklinggau
Jenazah satu keluarga yang ditemukan tewas masih berada di Kamar Jenazah RS Bhayangkara Palembang.
Sampai pukul 10.30, pihak rumah sakit belum melakukan tindakan visum atau otopsi karena masih menunggu penyidik dan izi dari keluarga korban.
Effendi satu-satunya keluarga dekat yang berada di RS Bhayangkara.
Ia mengaku belum bisa memberikan putusan karena hanya ipar dari korban perempuan.
"Keluarga pihak Fransiskus sendiri berada di Lubuklinggau dan masih menunggu tiba," kata Effendi. Sementara keluarga Margaretha belum memberikan putusan.
"Saat ini saya menunggu arahan dari keluarga. Belum bisa memberikan putusan," katanya.
3. Genggam Revolver
Berdasarkan informasi jika anak perempuannya yakni Kathlyn Fransiskus (Perempuan), ditemukan dalam keadaan terlentang dengan luka bekas tembakan di bagian kepala.
Sedangakan Fransiskus Xaverius ONG (Suami) dan Margaret Yentin Liana, SE (Istri) dalam satu kamar dalam keadaan terlentang dan terdapat luka tembak serta terdapat Senjata Api jenis Revolver masih digenggam oleh Fransiskus
Sebelumnya Satu kelurga terdiri dari ayah ibu dan dua orang tewas mengenaskan di rumahnya Jalan Said Toyib, Komplek Villa Kebun Sirih, Kelurahan Bukit Sangkal, Kalidoni, Blok A 18, Rabu (24/10).
Keempatnya ditemukan tewas dengan luka tembakan.
Empat selongsong peluru ditemukan termasuk revolver yang diduga senjata pembunuh.

4. Anjing Peliharaan juga Tewas
Pada tempat kejadian perkara (TKP) ditemukan sebuah surat wasiat yang diduga ditulis oleh Fransiskus.
Di surat itu sempat tertulis nama Choky dan Snowi.
Dua nama tersebut adalah anjing milik korban.
Ternyata anjing tersebut juga ditemukan tewas.
Anjing kesayangan korban jenis pudel terier dan minipom itu ditemukan penyidik berada dalam bak di belakang rumah.
Anjing dibunuh dengan tembakan senjata api yang diduga juga jadi senjata yang merenggut nyawa satu keluarga ini.
Saat ini belum ada kesimpulan resmi dari penyidik soal motif kejadian.
Sementara memang bukti-bukti yang ditemukan mengarah pada dugaan perkara bunuh diri.
5. Rafael Putra Fransiskus
Rafael Fransiscus, salah satu korban yang ditemukan tewas mengenaskan bersama ke 3 anggota keluarganya di Jalan Said Toyib, Komplek Villa Kebun sirih, Rabu (24/10/2018) dikenal sebagai anak yang supel dan periang.
Meskipun tak terlalu menunjukan prestasi lebih di bidang akademik, namun keseharian Rafel yang terkenal ceria, membuatnya cukup banyak dikenal di sekolahnya SMA Methodist 1 Palembang.
"Ramah dan suka bercanda. Sangat supel anaknya, itu kenapa dia cukup dikenal disini," ungkap Subroto PJS Kepala Sekolah SMA Methodist 1 Palembang.
Siswa kelas 11 IPS 1 di SMA Methodist 1 ini, juga dikenal sebagai anak yang taat beribadah.
"Setiap hari jum'at kami ada kegiatan keagamaan. Rafel sangat jarang absen. Selalu ikut kegiatan itu," ujar
Dikatakan Subroto yang juga merupakan guru mata pelajaran Sosiologi kelas 11, mengaku sangat terkejut mendengar kabar tewasnya Rafel.
"Semua teman-temannya nangis semua tadi. Tapi ya kami sebagai pihak guru hanya bisa menenangkan mereka. Lalu menyarankan sebaiknya kita kirim do'a untuk mereka," ujarnya. (TIM Tribunsumsel.com)