17 Oktober Hari Spesial Prabowo Subianto, Apa itu ?

17 Oktober adalah tanggal yang kemungkinan selalu diingat oleh sosok Prabowo Subianto

Tribunnews
Prabowo Subianto 

Prabowo memimpin koalisinya sendiri pada 2014 sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa dari Partai Amanat Nasional, namun kembali dikalahkan dalam percoban pertamanya untuk jabatan nomor satu di republik itu oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Pada 2019, dalam percobaan ketiganya, Prabowo kembali mencalonkan diri menjadi presiden dalam satu pertandingan ulang melawan Presiden Widodo, berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Prabowo mengawali karier militernya pada tahun 1969 dengan mendaftar di Akademi Militer Magelang. Ia lulus pada tahun 1974, satu tahun setelah Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia ke-6.[8]

Operasi di Timor Timur

 
Prabowo (kedua dari kiri) saat di Timor Timur.

Pada tahun 1976 Prabowo bertugas sebagai Komandan Pleton Grup I Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur, saat itu dia berumur 26 tahun dan merupakan komandan termuda dalam operasi Tim Nanggala.

Prabowo memimpin misi untuk menangkap Nicolau dos Reis Lobato, wakil ketua Fretilin yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Timur.

Di Kopassus

Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Prabowo saat terjun payung
Prabowo saat terjun payung (Relawan Prabowo)

Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara. Pada tahun 1995, ia sudah mencapai jabatan Komandan Komando Pasukan Khusus, dan hanya dalam setahun sudah menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.

Penyelamatan Mapenduma

Pada tahun 1996, Komandan Kopassus Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.

 

Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Gunung Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal.

Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jenderal Kopassus, Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto.

 Ekspedisi dimulai pada tanggal 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved