Gempa Donggala

Kisah Desi 8 Jam TerJerat Lumpur Petobo Saat Gempa Palu, Dengar Suara Azan Lalu Tanah Meleleh

Baru saja Desi Mahfudzah (20) menggantungkan handuknya di kamar mandi, ketika tiba-tiba dinding kama

kompas.com/rosyid a azhar
Seorang warga menunjukkan rumah beton yang digulung lumpur yang keluar dari perut bumi dan berpindah ratusan meter di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pasca-gempa bermagnitudo 7,4. 

“Kami terus melangkah mencari tanah keras yang bisa menjadi pijakan, Kami menemukan kayu panjang. Kayu inilah yang kami gunakan untuk menduga kedalaman lumpur, jika terlalu dalam kami tidak akan melangkah. Jika menemukan yang keras seperti atap rumah atau dinding, kami lanjutkan perjalanan,” tutur Desi.

Mereka berenam bergandengan. Yang paling depan adalah Nani, ibu mereka, lalu disusul Irma, Anggun, Aulia (14), dan Desi. Si bungsu Riskiyah mereka gendong bergantian.

Puing bangunan di Perumnas Balaroa akibat gempa bumi yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah, Mi
KRISTIANTO PURNOMO
Puing bangunan di Perumnas Balaroa akibat gempa bumi yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah, Mi

Pingsan

 

Desi sempat pingsan. Sepulang bekerja pada sore itu ia belum sempat makan. Adik-adik dan ibunya menepuk-nepuk tubuhnya agar siuman. Ia berulang kali pingsan.

“Kami berjalan dalam lumpur setinggi dada orang desawa, sangat berat dan melelahkan. Kami bisa saja tenggelam jika salah meletakkan kaki,” cerita Desi.

Ibu mereka selalu memberi semangat, mereka harus berzikir dan berkonsentrasi pada setiap langkah.

“Kami mendengar suara minta tolong dari kejauhan, waktu itu sudah larut malam. Namun dari arah suara tiba-tiba muncul api besar, lalu tidak terdengar lagi suaranya,” kenang Desi.

Mereka terus melangkah ke daerah yang lebih tinggi dengan susah payah, wajah mereka sudah penuh lumpur. Kaki mereka terus mencari-mencari pijakan yang keras untuk bisa terus melangkah.

“Kami juga melihat ternak yang sudah tak bergerak, terlihat hanya kepalanya saja,” ujar Anggun, adik Desi.

Pada suatu titik, mereka merasa lumpur makin cair. Tiba-tiba ada yang mengetahui arah mereka. Orang itu menyorotkan lampu senter ke arah mereka. Ia seorang pria yang bertahan di bubungan rumah yang ambruk.

“Jangan ke atas, di sini lumpur semuanya,” kata pria itu.

Mereka pun berpaling arah, mencari bagian yang keras.

Mereka sempat menemukan seorang perempuan tua yang diam dalam genangan lumpur, hanya leher dan kepalanya yang terlihat. Mereka berusaha menolong dengan mengajak jalan.
“Biarlah nenek di sini, nenek sudah tua dan tak mampu berjalan. Jalanlah mencari tempat yang baik,” kata nenek tersebut.

Nenek itu sudah menetapkan pilihannya untuk diam dalam lumpur.

Nani dan keluarganya pun meneruskan perjalanan dengan perasaan sedih. Mereka banyak menjumpai orang-orang yang sudah kelelahan, diam terpaku.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved