HUT TNI ke 73

HUT TNI Ke 73 -- Kisah TNI AL Usman dan Harun Dihukum Gantung di Singapura, Dipuji Soekarno

Meski di Singapura dianggap teroris, pemerintah Indonesia kemudian menetapkan keduanya menjadi pahlawan.

zoom-inlihat foto HUT TNI Ke 73  -- Kisah TNI AL Usman dan Harun Dihukum Gantung di Singapura, Dipuji Soekarno
IST
Usman dan Harun

TRIBUNSUMSEL.COM -- Tanggal 5 oktober jadi hari bersejarah bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pasalnya di tanggal tersebut merupakan hari jadi kelahiran yang merujuk pada pembentukan tentara keamanan rakyat (TKR) oleh Bung Karno.

Di Tahun ini, TNI akan memasuki usia ke-73 .Sejak berdiri hingga kini, TNI tentu telah banyak melakukan berbagai pertempuran untuk menjaga kedaulatan negara.

Baca: Komisi II DPR Nilai Daftar Pemilih Tetap Ganda Berakibat Fatal dan Diduga Human Error

Baca: 10 Kelompok Tani Kopi Pagaralam Terima Bantuan 14 Ribu Bibit Kopi Robusta

Baca: Begini Kondisi Penyerang Persija Marco Simic Pasca Mobilnya Tabrak Patroli Polisi

Baca: HUT TNI ke 73 Jatuh Pada Tanggal 5 Oktober, Inilah Alasan ABRI Berganti Nama Jadi TNI

Berikut ini beberapa kisah perjuangan heroik tentara Indonesia yang belum banyak diketahui  saat melakukan tugasnya hingga harus berkorban nyawa.

 1. Tatang Koswara.

Kiprahnya saat bertugas bersama TNI AD patut mendapat penghargaan. Suatu hari saat menjadi sniper di Timor Timur (saat ini Timor Leste), Tatang diberi tugas untuk menembak musuh.

Tak disangka, Tatang justru diberondong musuh dengan senapan mesin, hingga betisnya terkena luka tembak.

5 Prajurit TNI Ini Pernah Melakukan Aksi Heroik

Untungnya dia masih bisa bertahan dan meloloskan diri. Dengan gunting kuku dan syal merah putih, Tatang pun mengeluarkan peluru dan membalut lukanya.

Dalam karirnya Tatang berhasil membunuh 80 orang musuh dengan senapannya. Atas prestasi tersebut Tatang masuk dalam 14 besar World's Sniper's Roll of Honour.

2. Usman dan Harun.

Usman Janatin dan Harun Thohir merupakan anggota Korps Komando Operasi Angkatan Laut (KKO-AL).

Saat Operasi Dwikora antara tahun 1962-1965, Usman dan Harun mendapat perintah untuk melakukan serangan bom di MacDonald House Kawasan Orchard Road, Singapura.

Nahas, ketika akan melarikan diri melalui laut, keduanya tertangkap patroli pasukan Singapura.

Keduanya kemudian dijatuhi hukuman mati dan digantung di penjara Chang-ie pada 17 Oktober 1968.

5 Prajurit TNI Ini Pernah Melakukan Aksi Heroik

Meski di Singapura dianggap teroris, pemerintah Indonesia kemudian menetapkan keduanya menjadi pahlawan.

TNI AL juga mengabadikan Usman Harun sebagai nama Kapal Republik Indonesia pada tahun 2014.

Baca: Hari Batik Nasional, Ini Potret Cantik Deretan Selebriti Indonesia Dalam Balutan Busana Batik

Baca: Sumba Timur Diguncang Gempa 6,3 SR, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Baca: Hotman Paris Ramai Diprotes Usai Bertanya Tentang Hal Ini ke Cinta Laura, Simak Videonya

3. John Lie.

John Lie adalah seorang perwira Angkatan Laut keturunan Tionghoa dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.

Kiprah John Lie diawali saat dia bekerja pada Koninlijk Paketvaart Maatschapij (KPM).

Di sana, dia belajar tentang nautika dan pemetaan ranjau laut di Selat Malaka.

Setelah kemerdekaan, John Lie bergabung dengan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dengan pangkat Kelasi III.

5 Prajurit TNI Ini Pernah Melakukan Aksi Heroik

Karirnya semakin cemerlang ketika dirinya ditugaskan untuk memimpin operasi penyelundupan senjata bagi para pejuang di Indonesia pada tahun 1947.

Operasi yang dengan kapal "The Outlaw" tersebut dicurigai pasukan musuh. Tercatat dua kali kapal The Outlaw harus menerima serangan udara dan laut.

Ajaibnya, John Lie selalu berhasil selamat. Atas perjuangannya pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan.

TNI AL pun memberi nama KRI John Lie untuk menghormati jasa "Si Hantu Selat Malaka"

4. Djalaludin Tantu.

Djalaludin Tantu adalah penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) kelahiran Gorontalo. Pada awal karirnya, dia ditugaskan untuk menjadi penerbang pesawat angkut Dakota T-440 di Skuadron 2 Lanud Cililitan.

Pada saat Operasi Pembebasan Irian Barat tahun 1961, Djalaludin ditugaskan untuk menerbangkan pesawat dan menerjunkan pasukan payung.

Namun, saat kembali ke markas, pesawat Djalaludin dihadang oleh pesawat patroli Belanda, hingga dirinya harus melakukan pendaratan darurat di Laut Banda.

Djalaludin kemudian menjadi tawanan musuh. Usai berakhirnya operasi Irian Barat, Djalaludin kemudian dibebaskan.

5 Prajurit TNI Ini Pernah Melakukan Aksi Heroik

Dua tahun berselang, Djalaludin menerima tugas Operasi Dwikora. Dalam operasi itu, dia kembali diperintahkan untuk membantu penerjunan pasukan payung di Kalimantan Utara.

Namun nahas, pesawat Djalaludin hilang kontak dan jatuh di perairan Selat Malaka saat menghindari sergapan pesawat musuh. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama bandara di Gorontalo.

Baca: Jadwal Lengkap Serie A Liga Italia Akhir Pekan ini, 6-8 Oktober 2018

Baca: Jadwal Lengkap Laliga Spanyol Pekan ini, 6-8 Oktober 2018

Baca: Dijenguk Mantan Menkopolhukam Agum Gumelar, Ini Pesan Menyentuh Disampaikan Istri Indro Warkop

Baca: Pidato Pertama Gubernur Sumsel Herman Deru di Monpera, APJI Siapkan 5.000 Nasi Kotak Gratis

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved