Rupiah Melemah Terhadap Dollar

Nilai Tukar Dollar Amerika Hari Ini Ditutup Melemah Rp 15.042, IHSG di Zona Merah Akhir Perdagangan

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke posisi Rp 15.042 per dolar AS

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Ilustrasi 

TRIBUNSUMSEL.COM - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke posisi Rp 15.042 per dolar AS. Dengan posisi tersebut, berdasarkan data Bloomberg, depresiasi kurs Rupiah sejak awal tahun ini menjadi 10,97 persen.

Baca: Tiga Makna Pidato Gubernur Sumsel Herman Deru di Depan Monpera, Ajak Wong Sumsel Junjung Keterbukaan

Sebelumnya, pada awal perdagangan kurs Rupiah dibuka melemah pada posisi Rp 14.945 per dolar AS. Hari ini, Rupiah ditransaksikan pada kisaran Rp 14.945 hingga Rp 15.049 per dolar AS.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono, kepada Tribunnews mengatakan, setidaknya ada dua penyebab melemahnya kurs Rupiah yang menembus level Rp 15.000 per dolar AS.

Baca: Dikenal Kaya Raya, Terungkap Begini Tingkah Nagita Slavina saat Belanja di Pasar Tradisional

Pertama, menurut Tony, pasar merasa suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate belum cukup atraktif untuk menjadi insentif bagi investor untuk “memegang” rupiah kendati Bank Indonesia memutuskan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 26-27 September 2018.

Baca: Ratna Sarumpaet Dipukuli Hingga Luka Lebam, Ini Terawangan Mbah Mijan

“Jika dihitung dari level terendahnya The Fed sudah menaikkan suku bunga sampai 200 bps. Sedangkan BI baru 150 bps dari 4,25 persen ke 5,75 persen. Berarti memang perlu suku bunga yang lebih atraktif lagi,”  kata Tony, Selasa (2/10/2018).

Faktor kedua, lanjut Tony adalah kenaikan harga minyak global yang memberi sentimen negatif bagi kondisi fiskal Indonesia. ”Kini harga minyak Brent sudah mencapai 83 dolar AS per barrel, jauh melebihi asumsi harga minyak APBN di level 48 dolar AS per barrel," ucap Tony.

Menurutnya, Rupiah akan cenderung stabil di level Rp 15 ribu hingga akhir tahun ini jika otoritas moneter kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan dan Pemerintah bisa segera mengerem impor, sehingga defisit transaksi berjalan bisa ditekan di bawah 3 persen Produk Domestik Bruto.

Dilansir dari Kontan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mendarat di zona merah pada akhir perdagangan Selasa (2/10). IHSG amblas hingga 1,16% atau 68,98 poin ke level 5.875,61. Investor asing membukukan net sell Rp 98,71 miliar. 

Seluruh indeks sektoral negatif. Sektor yang tergerus paling dalam adalah sektor industri dasar dengan koreksi hingga 2,98%, diikuti sektor industri lain-lain sebesar 1,7%. Sementara itu, sektor manufaktur dan perkebunan turun masing-masing 1,4% dan 1,39%. 

Sekitar 283 saham turun harga. Hanya ada 109 saham yang naik harga dan 123 saham lainnya stagnan. Total volume perdagangan mencapai 11,82 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 7,81 triliun. 

Top gainers LQ45 terdiri dari:

1. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (4,32%)
2. PT PP Tbk (PTPP) (3,79%)
3. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) (3,65%)

Sementara itu, top losers LQ45 adalah:

1. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) (-7,90%)
2. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) (-5,99)
3. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) (-4,74). 

Saham-saham dengan penjualan bersih asing terbesar, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar RP 167,91 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Sebesar Rp 103,67 miliar, dan PT Sitara Propertindo Tbk (TARA) sebesar Rp 76,64 miliar. 

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul "Akhir perdagangan Selasa, IHSG anjlok 1,16% ke level 5.875,61"

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved