HUT ke 73 RI
Kisah Mbak Tutut Putuskan Berkerudung, Presiden Soeharto Sampai Ajukan 4 Pertanyaan Ini
Meski menjadi presiden di Indonesia selama 32 tahun, namun Soeharto tetaplah seorang manusia.
“Iya pak.” Saya menjawab sambil membatin kok tumben (bapak bertanya seperti itu).
“Kenapa sekarang, kamu mau terus memakai kerudung?” Bapak bertanya lagi.
“Karena, selain perintah Allah, juga saya merasa lebih percaya diri dan lebih sabar pak,” saya mencoba menjelaskan pada bapak.
“Bukan karena ingin gaya-gayaan saja, atau menarik perhatian orang lain?” bapak memotong bicaraku.
“Tidak pak.” Makin bingung saya atas pertanyaan bapak itu.
“Sudah bulat tekadmu untuk memakai kerudung selamanya?” lagi-lagi bapak bertanya.
“Insya Allah sampun (sudah) bapak,” singkat saya menjawab.
“Baiklah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Alhamdulillah…. Bapak dan ibu akan selalu mendukungmu. Hanya bapak minta, jangan sampai kamu sekarang berkerudung, setahun kemudian kamu lepas, setahun kemudiannya kamu pakai lagi. Laksanakan secara istiqomah. Bersikaplah sebagai seorang Muslimah yang baik, karena kamu tidak saja memakai kerudung di kepala. Tetapi hatimu juga berkerudung ajaran-ajaran ALLAH. Pijakkan langkahmu selalu di jalan ALLAH, tindakanmu selalu bertumpu dalam petunjuk ALLAH. Mantapkan ibadahmu, perbanyak amalmu, isilah kehidupan dunia dalam taatmu pada-NYA, untuk menyempurnakan kehidupan akhiratmu. Insya Allah, TUHAN akan selalu melindungi dan membimbingmu … Aamiin.”
“Aamiin …”. Tak dapat kubendung tangisku mendengar wejangan bapak. Saya langsung sungkem mencium lututnya, sambil berusaha untuk bisa bicara : “Matur sembah nuwun bapak (Terima kasih bapak). Dalem nyuwun pangestu (saya mohon doa restu).” Hanya itu yang dapat terucap.
Bapak mencium keningku, lalu menjenggung kepalaku .
Kemudian saya sungkem ke lutut ibu. Ibu mencium aku, lalu memelukku erat. Ibu dalam isaknya berkata : “Jadilah selalu Wanita Utama ya ngger (nak), welas asih, menjadi suri tauladan, dan menjadi kebanggaan orang tua.”
“Nyuwun Pangestu ibu (mohon doa restu ibu).”
Kenangan peristiwa yang tak mungkin terlupakan. Keharuan dalam keanggunan.
“Bapak Ibu, kami selalu bangga dan bahagia menjadi anak-anak bapak dan ibu. Apapun kata orang lain, bapak ibu adalah orang tua yang terbaik bagi kami…
We love you so much … “
“Ya ILLAHI, satukan selalu bapak dan ibuku di surga-MU, aamiin ya ROBB .”