Analisa Remotivi Soal Tribunnews.com Tendensius, Kasar, dan Tidak Fair
Menuduh sebuah institusi pers membantu terorisme sama saja dengan sikap sekelompok orang yang menuduh polisi melakuka
Lalu apa bedanya dengan berita di Tribunnews.com yang menyebut sejumlah warga asyik menonton siaran televisi mengenai Liga Inggris di depan polisi yang tengah berjaga.
Fenomena itu menunjukkan warga tidak merasa ketakutan meski di dekatnya tengah terjadi aksi teror. Mereka tetap menjalankan aktivitas sehari-hari secara biasa saja.
Mengenai ulasan kehidupan Ipda Auzar, korban meninggal dunia di Polda Riau, bukan hanya dilakukan oleh Tribunnews.com tetapi oleh hampir semua media, termasuk hampir semua portal berita.
Latar belakang kehidupan korban menjadi penting untuk menujukkan bahwa aksi teror bisa menimpa siapa saja, tak peduli agamanya apa.
Lalu apa yang salah? Mengapa penulis hanya menyoroti Tribunnews.com?
Soal teroris ganteng. Apa yang salah ketika reporter mewawancarai warga sekitar mengenai profil orang yang diduga pelaku teror.
Itu juga merupakan informasi untuk memberitahu masyarakat, pelaku teroris tidak harus menggunakan atribut dan punya stereotip tertentu.
Mereka bisa saja hidup di tengah masyarakat biasa dan berpenampilan apa saja. What’s wrong?
Berita ini pun dipublikasikan oleh media massa lainnya tetapi kenapa penulis hanya mendiskreditkan Tribunnews.com?
Mengenai selebrita menjadi narasumber kasus terorisme. Semua orang, termasuk, selebriti dan public figur, punya hak untuk menyatakan opininya.
Siapapun bisa menjadi korban aksi terorisme, termasuk artis dan selebriti.
Teori mana yang menyebutkan mereka tak boleh diwawancarai untuk kasus serius semacam teror bom?
Dalam konteks ini artis Ahmad Dhani, juga punya hak untuk berpendapat.
Apalagi Ahmad Dhani pernah menjadi sasaran kelompok teroris yang mengirim bom buku ke rumah pribadinya di kawasan perumahan Pondok Indah, Jakarta, 17 Maret 2011.
Bom itu kemudian diledakkan di sebuah tanah kosong dekat rumah Ahmad Dhani.