Viral ! Kehidupan Pahit TKW di Turki, Hidup Seperti Hewan Hingga Alami Penyiksaan yang Mengerikan
Satu per satu tas berisi pakaian dengan warna biru dongker disusun rapi. Tak ada oleh-oleh atau buah tangan lain
“Kami ditampung di KBRI. Kami dibantu di sana. Kami kabari mereka bahwa masih banyak TKW NTB yang masih disekap. Ada yang patah tulang iganya karena disiksa, semua kami ceritakan,” kata SY.
Menyaksikan kengerian yang mereka alami di Turki, JN yang juga seorang perawat, meminta Gubernur NTB Zainul Majdi dan Presiden Jokowi untuk benar-benar menutup jalan pengiriman TKW ke Timur Tengah, karena di sana para pahlawan devisa itu hanya disiksa.
“Pada Pak Jokowi, bukalah lapangan kerja untuk kami agar kami tidak mengharapkan bekerja di luar negeri. Kami punya ijazah tapi tak ada lowongan pekerjaan, dan jika ada, gajinya sangat kecil,” kata JN yang diamini SAK.
Apresiasi Polda NTB
Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) NTB, Ratnaningdiah yang mendampingi mereka selama dalam pemulihan psikis dan trauma, mengatakan apa yang dialami TKW ini sebenarnya bukan hal baru lagi. Sudah banyak kasus serupa dan selalu terulang.
Karena itu, P2TP2A sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Ditreskrimum Polda NTB, terutama langkah AKBP Pujawati, yang sampai melakukan investigasi ke Turki, mengungkap jaringan TPPO ini.
“Kami sebagai penerintah sangat terbantu dengan langkah progresif yang dilakuka tim penyidik Polda NTB ini,” kata Ratna.
Jaringan ini memang kerap melakukan aksinya di kantong-kantong TKI di NTB. Ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak, terutama para TKI atau TKW.
“Jangan mudah tergiur iming-iming dan janji palsu, sampai di negeri orang akan mengalami nasib buruk. Ini masih banyak TKW kita yang masih disekap di Turki dari pengakuan mereka yang melarikan diri,” katanya.
Tekong lokal jaringan agen internasional
Kasubdit IV Direskrimum Polda NTB, AKBP I Made Pujawati, menjelaskan, enam TKW, masing-masing SAK (20), SY, S dan JN (21) serta SK dan LK (19), dipulangkan ke kampung halamannya di Dompu setelah sebulan berada di Mataram untuk dimintai keterangan dan menjalani terapi psikis.
Menurut Puja, pengakuan keenam TKW ini sangat mengejutkan. Mereka bukan hanya mengalami penyiksaan fisik dan pelecehan seksual, tetapi juga kekerasan psikis selama berada di penampungan di Turki.
“Kami pulangkan korban karena bagaimanapun korban membutuhkan suasana psikologis yang lebih baik ketika mereka bertemu dengan keluarga mereka masing-masing. Tetapi kami sudah tekankan pada korban untuk tetap kooperatif komunikasi dengan kami dari penyidik, karena masih banyak keterangan yang kami butuhkan untuk klarifikasi dalam rangka mengungkap perkara ini secara terang benderang,” kata Pujawati.
Berdasarkan investigasinya bersama tim di Direskrimum Polda NTB, Puja mengatakan, meskipun telah berhasil menangkap tekong yang merupakan sindikat perdagangan orang berjaringan internasional di Turki, pihaknya kesulitan mengeksekusi mereka yang terlibat jaringan intrnasional ini.
“Kita mendapatkan kendala di sana (Turki) ketika kepolisian Turki belum melangkah untuk melakukan investigasi secara mendalam, dan sementara orang-orang yang disebutkan jaringan internasional ini memiliki perusahaan yang legal di Turki. Ini kendala kita, termasuk pihak KBRI di Turki sulit mengungkap ini,” kata Puja. (Kompas.com/Kontributor Kompas TV Mataram, Fitri Rachmawati)