9 Fakta Mengejutkan Terkait Penolakan Ustad Abdul Somad Ceramah di Bali,No.7 Ada Senjata Tajam!

Satu lagi peristiwa menghebohkan Indonesia baru-baru ini.Dai kondang, Ustadz Abdul Somad kini sedang dirundung sebuah masalah.

kolase Tribunsumsel.com

"Saya memang jelek, pesek, buruk dan tidak memiliki kelebihan apa-apa. Saya sudah tau sebelum anda mengatakannya. Tapi dengan segala keterbatasan dan kelemahan ilmu saya, saya tidak sampai hati mengatakan hal buruk tentang orang lain," demikian ditulis Rina Nose.

Setelah Rina Nose memberikan tanggapan, serangan warganet kepada Somad kian menjadi-jadi.

Bahkan, ada yang menyerang menggunakan hoax soal tarif ceramah.

Tak terima Somad diserang, seorang yang mengaku sahabat dan murid pun curhat menyampaikan klarifikasi serta menjelaskan siapa sosok dai tersebut sebenarnya.

Curhat tersebut dimuat pada laman Eramuslim.com berjudul Kesaksian Murid Sekaligus Sahabat Terhadap Ust. Abdul Somad.

Berikut salinan isinya.

Sejumlah kalangan yang menghujat guru kami Ustadz H. Abdul Somad Lc., MA (UAS), pasti tidak mengenal beliau dari dekat. Seandainya mereka kenal langsung, InsyaAlloh mereka akan berubah 180 derajat.

“Beragam serangan keji yang ditujukan pada UAS, saya yakin hanya akan menambah pahala untuk beliau. Fitnah dari para penista agama dan penista Ulama itu hanya akan meningkatkan kharisma dan popularitas beliau, membuat umat Islam makin bersatu dan makin tinggi semangat (ghirah) perjuangannya. Sebaliknya, hujatan dan fitnahan itu justeru akan membuat para pelakunya makin terhina”. Demikian informasi tertulis yang diterima oleh Panjimas secara dari seorang Muhammadun Azzam.

Muhammadun Azzam adalah seorang Ketua MUI Riau, Komisi Ukhuwah. Dirinya menulis tulisan itu pada Jumat, (24/11) untuk mewakili perasaan seorang Murid dan sekaligus juga menjadi sahabat dari ustad Abdul Somad.

Berkaitan dengan ilmu dan luasnya wawasan Ustad Abdul Somad (UAS) sudah banyak kesaksian dari sahabat beliau selama belajar di Universitas al Azhar Mesir. Tokoh muda dari Jombang al Hafidz KH Dr. Muhammad Afifuddin Dimyathi, Lc MA teman UAS di Tanta Mesir sejak tahun 1998 menyaksikan sosok UAS yang ramah, low profile dan ilmunya yang dalam.

”Hampir semua mahasiswa Tanta mengenal ustad Abdul Somad sebagai mahasiswa yang alim dan tawadlu, apalagi ditambah guyonannya yang sulit ditebak itu (baca: khas)” demikian yang dituturkan al Hafidz KH Dr. Muhammad Afifuddin Dimyathi, Lc MA pada (23/11/2017).

Ketika aktivis PDIP Zuhairi Misrawi merendahkan keilmuan UAS lewat beranda FB nya, hanya karena Zuhairi merasa lebih senior di al Azhar, muncullah Ustadz Dr. Miftah el Banjary, MA membela UAS. ”Saya sangat mengagumi keluasan ilmu beliau (Ustadz Abdul Somad), cukup saya saja yang beradu debat ilmu pengetahuan dengan Saudara Zuhairi Misrawi” tegas Dr. Miftah el Banjary.

“Saya mengenal UAS sejak tahun 2008, sepulang beliau dari Maroko. Kami sama-sama pengurus MUI Provinsi Riau. Ketika itu UAS dapat amanah di Komisi Pengkajian, saya dapat amanah di Komisi Ukhuwah dan Hubungan Luar Negeri. Beberapa kali mengikuti kegiatan dan rapat bersama di Kantor MUI, beliau lebih banyak diam. Sikap tawdlu’ nya nampak sekali. Namun, begitu diberi kesempatan bicara, baru kelihatan hebatnya UAS. Ilmu yang mendalam serta wawasannya yang luas.Beberapa kali saya sowan ke rumah beliau di Jalan Suka Karya, Panam, Pekanbaru. Beliau sambut kami dengan sangat ramah dan tentu beliau terus motivasi kami dalam perjuangan dakwah,” ujar Azzam.

Yang sangat menyakitkan adalah tudingan dari Rina Nose yang dimuat di detikwarta, Senin (20/11/2017). Ditegur Ust Abdul Somad, Rina Nose: Hidup Cuman Modal Amplop Gak Usah Sombong!!” dan Ade Armando pun mengunggahnya di akun penista agama tersebut Kamis, (23/11).

“Mengapa menyakitkan bagi saya yang kenal Ustadz Adul Somad ? Demi Alloh saya bersaksi bahwa UAS bukanlah tipe muballigh amplop. Beliau adalah ulama pejuang yang ikhlas. Seandainya beliau muballigh amplop, mengapa undangan Jokowi, undangan menteri, Mabes Polri dll beliau tolak ? Beliau lebih memilih menunaikan janji beliau dengan umat di berbagai pelosok Nusantara yang telah rindu sosok Ulama yang mukhlis ini. Puluhan kali kami minta beliau mengisi acara seminar, diskusi publik, bedah buku, tabligh akbar hingga muktamar dan kajian dalam rangka gerakan sholat subuh berjamaah. Satu sen pun panitia tidak ada memberi amplop. Tidak ada honor. Beliau pun sepertinya maklum memang gerakan dakwah mengandalkan dana dari ummat. Sekali tempo, seorang teman panitia menyampaikan amplop pada beliau. Beliau tolak dengan halus. Padahal honor bagi penceramah adalah halalan thoyiban dan sah. Bukan seperti korupsi. Bukan seperti honor hasil menyanyi !,” kata Azzam.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved