Mereka Terus Berjuang

Suara Azannya Bikin Kagum Orang, Ada Kisah Pilu dari Muazin yang Fisiknya Tak Lagi Lengkap ini

Karena sudah ahli dibidang cat, ia tidak ragu untuk menjalankan tugas tersebut.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
Haryadi 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Hidup bertahun - tahun sebagai seorang pengecat mobil, sebuah petaka datang menghampirinya.

"Kejadiannya sekitar tahun 2009", singkatnya.

Kala itu ia mendapatkan tugas untuk mengecat mobil dan juga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sebuah kabupaten yang ada di Sumatera Selatan.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Karena sudah ahli dibidang cat, ia tidak ragu untuk menjalankan tugas tersebut.

Ketika itu ia bersama satu orang rekannya bertugas terlebih dahulu untuk mengecat SPBU.

Karena tempat yang akan dicat cukup tinggi, ia dan rekannya mengambil tangga yang terbuat dari besi sebagai alat bantu.

Begitu ia dan rekannya mencoba untuk menggeserkan tangga menuju tempat yang akan di cat.

Tanpa ia sadari bagian atas tangga tersenggol kabel jalan.

Spontan saja sengatan listrik langsung menyambar Hariyadi dan rekannya, yang saat itu sedang memegangi tangga.

"Saya dan teman langsung tersengat dan tidak bisa melepaskan diri, lalu kemudian saya tidak ingat apa - apa lagi karena tidak sadarkan diri", jelasnya.

Warga yang melihat segera langsung menyelamatkan keduanya, Hariyadi sendiri mengalami luka bakar yang serius dibagian tangan serta kakinya.

"Saat itu begitu sadar saya telah berada di Rumah Sakit Muhammad Hoesin", ungkapnya.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Luka bakar yang begitu parah dibagian tangan serta kakinya tidak bisa lagi disembuhkan.

Dengan terpaksa untuk menyelamatkan Hariyadi, dokter terpaksa harus mengamputasi bagian yang terkena luka bakar.

Setelah kejadian tersebut, ia harus rela kehilangan pekerjaannya.

Istrinya yang semula hanya ibu rumah tangga biasa kini terpaksa harus menggantikan peran Hariyadi sebagai tulang punggung keluarga.

"Saya tidak bisa bekerja lagi setelah kejadian tersebut, sekarang istrilah yang menggantikan untuk mencari uang", ungkapnya.

Hariyadi sendiri memiliki 4 orang anak, satu diantaranya baru menyelesaikan pendidikannya.

"Anak yang pertama baru tamat sekolah, tiga lainnya masih bersekolah", katanya.

Untuk makan, mandi serta memasang pakaian, ia dibantu oleh istrinya.

"Kalau untuk makan istri selalu menyuapi makanan serta minum, terkadang juga anak saya", terangnya.

Meski dalam kondisi yang sangat sulit, ia tidaklah berputus asa dan lama - lama larut dalam kesedihan.

"Obat yang selama ini saya konsumsi agar tidak larut dalam kesedihan adalah dengan mendekatkan diri pada Allah SWT, setiap saya selesai azan dan salat berjamaah, hati saya terasa sangatlah tenang dan ikhlas dalam menghadapi cobaan", ungkap Hariyadi.

Kisah pahit itu kini menjadi pelajaran berharga baginya.

Haryadi
Haryadi ()

Meski memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna, Hariyadi (45) Warga Jalan Pertahanan Lorong Kelapa V RT 53 RW 12 Kelurahan 16 Ulu Palembang sangat tegar menjalani kehidupan, Rabu (11/10/2017).

Terlihat ia dengan kondisi tanpa kedua tangan sedang duduk di masjid tak jauh dari kediamannya.

Selain tidak memiliki kedua tangan ia juga tidak memiliki jari - jari dikedua kakinya.

Menggunakan pakaian berwarna putih, ia terlihat sedang duduk di samping pintu masuk Masjid Al - Kautsar.

Peci berwarna putih bergaris hitam melingkar di kepala pria tersebut.

Saat waktu mendekati pukul 12.00 siang, dengan segera ia mulai masuk ke dalam masjid.

Perlahan ia kemudian menuju shaf depan di dekat mimbar.

 Tak lama kemudian terdengarlah suara azan yang merdu sebagai tanda waktu masuk salat telah tiba.

Ada sesuatu yang tidak terduga ketika dilihat lebih dekat.

Suara azan yang terdengar sangat merdu tersebut ternyata berasal dari seorang pria penyandang kebutuhan khusus yang bernama Haryadi.

Muadzin
Muadzin ()

Kumandang suara azan yang ia lantunkan sangatlah indah, dan tak butuh waktu yang lama satu persatu jamaah berdatangan untuk salat memenuhi kewajiban salat 5 waktu.

Setelah selesai melaksanakan perintah Allah SWT ia pun kembali keluar masjid dan duduk ditempat asal tak jauh dari pintu masuk masjid.

Begitu dibincangi Tribun, ia mengatakan kalau dirinya setiap hari datang ke masjid Al - Kautsar untuk mengumandangkan azan dan juga salat berjamaah.

"Ke masjid biasanya diantar istri pakai motor dan juga kadang berjalan kaki, di masjid ini saya yang azan", katanya.

Muadzin
Muadzin ()

Hariyadi sendiri ternyata sudah bertahun - tahun aktif mengumandangkan azan di masjid tersebut.

Dibalik aktivitas mulianya yang selalu mengumandangkan azan, ternyata dulunya Hariyadi bukanlah alumni dari sekolah agama maupun dari keluaran Pesantren.

Berikut videonya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved