VIDEO : Miris! Butuh Pertolongan, Gadis Ini Idap Penyakit Ganas dan Perlu Biaya Besar!
Di dalam rumah kontrakan sederhana berukuran 3 x 4 meter, sulung dari tiga bersaudara putri pasangan M Fajar dan Erma ini menghabiskan waktunya
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Melisa Wulandari
Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Agung Dwipayana
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Aftaria Ramadana (19) hanya bisa terbaring lemah di atas kasur lantai tempat ia berbaring.
Di dalam rumah kontrakan sederhana berukuran 3 x 4 meter, sulung dari tiga bersaudara putri pasangan M Fajar dan Erma ini menghabiskan waktunya dengan hanya berbaring.
Dana, nama panggilannya, merupakan warga Perumnas Sako Enim VII (tujuh) RT 9 RW 4, Kecamatan Sako, kota Palembang.
Untung Menggoda Buruh Bangunan Banting Stir Jual Barang Ini tapi Malah Masuk Penjara
Banyak yang Tidak Tahu Oktober Ternyata Bulan Senyum Dunia, Yuk Tularkan Senyummu ke Lainnya
Dokter Bilang Penyakit Saraf Anaknya Tidak Bisa Disembuhkan, Ini yang Dilakukan Ibu Pada Putrinya
Dana mengalami lumpuh sejak usia 5 tahun.
Ia tampak kurus kering dan bahkan (maaf) tubuhnya seperti tulang dibalut kulit.
Di samping Dana, ada Erma sang ibu yang setia menemani putri tercinta.
"Dia (Dana) mengidap penyakit ini sejak bayi. Awalnya ketika lahir, kondisinya normal. Ketika usia 3 bulan, kepalanya ini tidak bisa tegak, lemah begitu. Ketika itu kami tidak ada biaya untuk memeriksakan kondisinya ke dokter," tutur Erma kepada TribunSumsel yang menyambangi kediamannya, Sabtu (7/10/2017).
Di usia satu tahun, lanjut Erma, putrinya kerap mengalami kejang dan demam panas.
Dengan kondisinya tersebut, Dana sempat diduga mengidap penyakit epilepsi atau ayan.
"Tapi kalau epilepsi, tidak panas pun badan bisa kejang-kejang, itu yang saya heran. Tapi setelah minum obat dari dokter, tidak kejang-kejang lagi," kata Erma.
Sedangkan untuk penyakit lumpuh, masih kata Erma, menurut dokter yang menangani penyakit putrinya saya, Dana tidak bisa disembuhkan lagi.
"Kata dokter ketika menunjukkan ct scan, saraf otak anak saya sudah rusak dan tidak bisa normal kembali. Beginilah keadaan anak saya, jadi tawakal saja saya," katanya lirih.
Karena tidak ada biaya, Dana terpaksa dirawat seadanya di rumah.
Setiap hari, Erma dengan sabar dan setia merawat putrinya, mulai dari memberi makan, mengganti pakaian dan berbagai keperluan lainnya.
Erma mengaku tidak bisa berbuat banyak.
Suaminya hanyalah seorang buruh bangunan yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar biaya kontrakan rumah yang telah mereka tempati selama 8 tahun.
"Saya juga kadang menerima jahitan, tapi tidak sering. Lebih banyak menghabiskan waktu menjaga Dana," ujarnya.
Perempuan berdarah Sunda ini hanya bisa berharap ada bantuan dari donatur, baik pemerintah maupun dermawan yang bersedia membantu biaya penyembuhan putrinya tersebut.
"Sempat ada pak camat, lurah dan orang Puskesmas memeriksa kondisi anak saya. Pak camat juga katanya janji mau membantu membuka akses terhadap donatur, kami ya bersedia kalau ada yang bantu," katanya penuh harap.
Kini tidak ada yang bisa dilakukan Erma selain menjaga putri kesayangannya hingga pertolongan bagi kesembuhan anaknya datang.
Erma bersama putri bungsunya setia menemani Dana yang terbaring lemah karena mengidap penyakit lumpuh sejak balita.