Pernah diusir dari Showroom Mobil, Hidup Pengemis ini Berubah 180 Derajat Karena Lakukan Ini
Ketika akan masuk ke sebuah shoowroom mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulurkan uang recehan
“Namun, saya tetap yakin Allah Maha Adil, Pengasih dan Pemurah,”katanya.
Dengan penuh ketelatenan dan kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dalam menepati janji.
Ia berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Ia juga tidak pelit menjelaskan kepada pelanggannya tentang kerusakan dan onderdil yang harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yang bervariasi.
“Ternyata dengan cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan,” katanya.
Kiosnya semakin sering dikunjungi orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat.
Peluang inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil.
Sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang elektronik.
Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko.
“Alhamdulillah ramai,” jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga unit toko.
Meski kini menjadi orang sukses, Sugimun tidak lupa terhadap keluarganya.
Sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia merasa bertanggung jawab atas Keberlangsungan pendidikan adik-adiknya.
Oleh karenanya, sebagian rezekinya ia gunakan untuk membantu biaya pendidikan tiga orang adikny.
Ia mangajak mereka untuk membantu menjalankan toko elektroniknya.
Ia berharap agar kelak, saudara-saudaranya yang lain mampu mandiri.
“Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga tamat SMU,” katanya.
Kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia menemukan jodohnya bernama Nursiam.
Perempuan yang ia nikahi itu kini memberinya tiga orang anak.
Selain itu, Sugimun juga membantu orang-orang di daerah sekitarnya.
Ia tidak membantu dalam bentuk uang, melainkan berupa pemberian kesempatan pendidikan dan keterampilan.
Ia membina beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yang berguna bagi masa depan mereka kelak.
“Pengalaman masa lalu membuat saya sadar, bahwa pendidikan dan keterampilan sangat berguna bagi orang-orang seperti saya,” katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang kini ia asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untuk sesamanya.
Satu hal yang ia syukuri, ia hanya cacat fisik, bukan cacat rohani.
Cacat fisik yang ia alami tidak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai pelecut semangat untuk menggapai cita-cita mandiri.
Kini, meski ia secara fisik tidak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih.
Melebihi dari apa yang bisa dilakukan oleh orang normal.
“Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, diberi kemampuan untuk membantu orang lain,” katanya.