Sedang Asyik Mancing Tiba-tiba Sosok Kakek Berperahu Muncul, Semua Lari Ketakutan, Ternyata Itu

Memancing menjadi hobi yang tengah populer saat ini. Banyak orang berbondong-bondong mencari lokasi mancing yang dihuni ikan-ikan besar.

Tribunsumsel.com/ Net

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Memancing menjadi hobi yang tengah populer saat ini.

Banyak orang berbondong-bondong mencari lokasi mancing yang dihuni ikan-ikan besar.

Tak terkecuali hingga ke tempat-tempat pelosok.

Seperti yang dilakukan Widodo (35), warga Jalan Gotong Royong RT 31 RW 02 Kecamatan Sukodadi Palembang tersebut.

Dirinya selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk memancing bersama rekan komunitasnya.

Ada cerita tak terlupakan yang dialami Widodo saat menyalurkan hobinya tersebut.

Kepada Tribun Sumsel ia menceritakannya.

Tepatnya di tahun 2004, ia bersama kedua rekannya, Basuki dan Ipan pergi untuk memancing ikan di kawasan Desa Talang Dapuk Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

Mereka memutuskan untuk berangkat ke lokasi tersebut karena terdengar kabar disana ada aliran sungai yang banyak dihuni oleh ikan besar yang kelaparan.

Lokasi itu berupa perkebunan sawit milik perusahaan.

Kelapa sawit di area perkebunan di Pelalawan, Riau, 16 September 2015. Indonesia memiliki hutan hujan yang luas dengan keanekaragaman hayati, tetapi banyak ditebang oleh perkebunan, pertambangan dan perusahaan kayu.
(AFP PHOTO / ADEK BERRY)

Berangkatlah mereka bertiga menuju tempat lokasi tersebut, setibanya disana waktu sudah menunjukan pukul 17.00 sore.

Kehadiran mereka bertiga disambut baik oleh penjaga keamanan di daerah tersebut.

"Kami tiba disana sore dan langsung bertemu penjaga keamanan, setelah itu kami meminta izin untuk memancing kepadanya", katanya.

Karena mereka tidak ada niat buruk, penjaga keamanan mengizinkan Widodo dan dua temannya untuk masuk menuju area sungai.

Terus memasuki menuju area sungai, perjalanan mereka terasa semakin gelap, selain hari yang sudah larut malam, akses jalan menuju area sungai sangatlah gelap.

"Jalan sangatlah gelap, namanya juga banyak perkebunan sawit pasti tidak ada penerangan, untung saja kami bertiga membawa senter penerangan", jelasnya.

Setelah melewati kegelapan diantara perkebunan sawit, akhirnya sampailah mereka di sebuah sungai tujuan mereka.

Tanpa banyak basa - basi, Widodo langsung mengeluarkan alat pancingnya dan disusul oleh kedua rekannya.

Tanpa butuh waktu yang lama, satu persatu box wadah untuk ikan yang mereka bawa dari rumah terisi penuh.

"Luar biasa memang benar disana banyak sekali ikan besar yang kelaparan", terangnya.

Terlalu asyik memancing, mereka sampai lupa akan waktu yang telah menunjukan pukul 03.00.

"Disana banyak ikan, jadi kami memutuskan untuk pulang di pagi hari saja", katanya.

Warga sedang memancing ikan nila di kolam retensi samping Masjid Taqwa Palembang, Senin (19/1/2015).
 (TRIBUNSUMSEL.COM/DEFRI IRAWAN)

Tiba - tiba saja ketika mereka tengah asyik menarik ikan di dalam air.

Terdengarlah suara percikan air, lalu secara bersamaan ayunan arus sungai seperti bergelombang.

"Kami bertiga langsung terkejut", singkatnya.

Tak lama berselang muncul sesosok pria tua yang sedang menaiki perahu kecil.

Yang anehnya perahu tersebut dijalankan bukan menggunakan dayung melainkan memakai tangan.

"Saya benar - benar kaget, bagaimana bisa ada pria tua muncul di tengah sungai sendirian di kegelapan malam dan ditambah lagi ia menggayung perahu menggunakan tangannya", jelas Widodo.

Sontak saja mereka bertiga yang melihat sosok tersebut kebingungan.

Ketika pria itu mulai semakin mendekat, Widodo dan rekannya hanya bisa diam terpaku.

"Semuanya langsung hening, saat pria tua itu keluar dari arah ujung sungai dan mulai mendekat melintasi area tempat kami memancing", terangnya.

Saat pria tua itu semakin mendekat, wajahnya tidak terlihat karena tertutup rambut yang panjang dan janggut yang lebat.

Perlahan - lahan pria tersebut menampak lebih jelas.

"Pria itu memakai baju hitam lengan panjang, pokoknya sangat seram", katanya.

Sosok pria tua di atas perahu itu lalu menyapa Widodo dan rekannya.

"Mancing nak", kata pria itu.

Widodo hanya terdiam mendengar sapaan pria tua tersebut.

Karena ada kail pancing temannya yang nyangkut di tengah sungai, Widodo bermaksud meminta bantuan kepada pria itu untuk melepaskannya.

"Pak - pak, mbah - mbah, tetapi ia tidak merespon panggilan kami dan lewat saja", ujar Widodo.

Karena penasaran ia dan kedua rekannya mengambil senter untuk melihat lebih jelas sosok pria misterius itu.

Betapa terkejutnya mereka bertiga setelah pria tua yang menyapanya tadi sudah tidak ada.

Perahu hias
 (DEFRI IRAWAN)

Menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tanpa aba - aba, Widodo, Basuki serta Ipan langsung menggulung tali pancing dan bergegas menghidupkan sepeda motor untuk meninggalkan lokasi.

"Itu kejadian yang sungguh menyeramkan, kami bertiga mencoba mencari jejak pria tua itu dengan cara mengarahkan senter ke arah ia melintas, tetapi ia benar - benar lenyap seperti ditelan bumi", tegasnya.

Mereka bertemu kembali dengan penjaga keamanan setempat dan menceritakannya.

Petugas keamanan tersebut membenarkan bahwa lokasi sungai tempat memancing tersebut adalah tempat angker.

"Dulunya pernah ada seorang yang meninggal di area sungai itu, memang benar sudah banyak orang yang melihat penampakan", ungkap petugas tersebut.

Semenjak peristiwa itu, Widodo, Basuki dan Ipan libur sejenak mancing di malam hari.

"Saya benar - benar takut", jelasnya.

Widodo (kiri)
Widodo (kiri) ()
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved