Anniesa Hasibuan Makin Dibully Usai Tahu Ikut New York Fashion Week Karena Rela Bayar Mahal
Style Anniesa yang lebih menonjolkan koleksi barang mewahnya kini sudah tak menarik lagi bagi banyak orang.
Profesi ini dilakoninya selama sambil meneruskan pendidikannya di STIE TAMA Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Setahun kemudian, ia memutuskan untuk menikah muda dengan wanita pujaannya yang kini menjadi istrinya yaitu Anniesa Desvitasari Hasibuan.
Untuk membiayai keluarga barunya, Andika pindah bekerja dengan status magang di kantor Pusat Bank Bukopin.
"Saat itu dengan status magang, saya bekerja serabutan dari mulai urusan administrasi sampai beberes kantor pakai masker. Bayarannya Rp 50.000 sehari, lumayanlah buat berdua sampai anak lahir di tahun 2006," ujarnya.

Tiga tahun menjalani kesederhanaan dengan istri yang juga masih menjalani kuliah di Universitas Indonesia, di 2008 peristiwa yang mengubah seluruh hidupnya terjadi.
Ayah mertuanya, seorang pengusaha batubara yang menjadi tulang punggung keluarga istri meninggal dunia.
Sang ayah meninggalkan ibu mertua dan 3 adik istrinya yang masih kecil-kecil.
Keluarga pun goyah karena tak ada lagi penopang keluarga, usaha sang ayah mertua pun tak ada yang bisa diteruskan.
Andika dan keluarga kecilnya sendiri masih menumpang di rumah sang mertua.
"Kalau hanya kerja untuk menafkahi saya dan anak sih, cukuplah. Tapi kan masih ada ibu dan adik yang kecil-kecil,” ujarnya.
Apalagi sebagai anak tertua, ia dan istri diberi amanat untuk menjaga adik-adik.
Hanya mengandalkan gaji Rp 50.000 sehari untuk menghidupi 7 kepala dengan sejumlah kebutuhannya, tentulah jauh dari kata cukup.
Dengan berat hati, keduanya pun memutuskan untuk mengakhiri kuliah dan fokus mencari nafkah untuk keluarga.
Sebagai tahap awal, Andika menggadaikan motor ‘butut’nya dan memperoleh dana sebesar Rp 2 juta yang ia gunakan sebagai modal.
Uang tersebut digunakan keduanya untuk menyewa toko kecil di pinggir jalan di kawasan Cimanggis, Depok.
"Saya masih bekerja dan sering bolos, kami berdua menjual apa saja. Mulai jualan pulsa handphone, burger, seprai sampai cetak foto kami lakukan," kata Andika.
Kendati menggunakan dana tambahan dari simpanan sang ayah sekitar belasan juta, usaha pasangan tersebut tak berjalan mulus.
"Jualan gak laku-laku. Usaha pun hanya bertahan beberapa bulan saja, modal habis," lanjutnya.
Gadai rumah
Tak putus asa, Andika pun membuka usaha travel. Ia membuat izin CV dengan nama First Karya Utama.
Untuk memodali usahanya, keluarga sepakat untuk menggadaikan rumah satu-satunya peninggalan sang ayah ke bank.
Tanpa pengalaman yang cukup dan bermodal nekat, Andika dan istri memberanikan diri memutar Rp 50 juta uang pinjaman tersebut.
Untuk izin usaha, alat-alat kantor dan sewa tempat, modal tersebut pun nyaris habis.
"Kami itu hanya cari pasar orang-orang yang butuh tiket, kalau ada kami lempar lagi ke travel lain. Mulai door to door sampai yang ada di yellow pages kami hubungi, tak banyak hasil, uang habis untuk biaya telepon," tutur ayah dari Nadira Azra Surachman ini.
Di bulan ke enam, pinjaman di bank pun sulit terbayar.
"Akhirnya rumah disita bank, listrik pun diputus. Semua tetangga mencemooh," sahut Anniesa mengenang masa itu.
Di momen inilah menurutnya menjadi titik balik untuk semangat dan membuktikan kepada orang-orang yang merendahkan keluarganya.
Rumah yang digadaikan pun dijual dengan transaksi di bank.
Sisa uang setelah dikurangi utang pokok, bunga dan denda tinggal Rp 10 juta. Akhirnya mereka pindah ke rumah petakan.
Andika yang dibantu istrinya, kembali door to door menawarkan jasa travel.
Hampir semua area di Jabotabek sudah disambanginya.
Cara menawarkan jasa lewat e-mail pun dicobanya. Sampai akhirnya ada tawaran dari seorang karyawan Bank Indonesia (BI) yang ingin berwisata ke Vietnam.
"Ada sembilan orang, kami langsung full lempar sepenuhnya ke partner. Kami cari-cari partner travel di internet. Kami hanya cari margin sedikit," jelasnya.
Dalam kurun waktu 2009-2010, usaha keduanya hanya mendapat sekitar 5 konsumen.
Sampai di suatu saat, Andika mendapat kesempatan ikut pameran travel gratis dan memutuskan menawarkan paket umrah.
Uniknya saat itu justru yang di dapat konsumen untuk pergi berwisata ke Lombok.
Dari situlah usahanya mulai menyebar dari mulut ke mulut.
Sampai suatu ketika ia mendapat permintaan untuk umroh dari 127 pegawai Bank Indonesia dan 50 pegawai Pertamina.
"Hanya berbekal baca-baca sejumlah literatur soal umrah, kami beranikan diri presentasi, ternyata malah bisa menyisihkan pesaing yang sudah berpengalaman dalam tender," terangnya.
Pendeknya, tanggal 12 April 2012 jadi hari bersejarah buat pasangan ini. Mereka langsung menjadi guide dari tour tersebut.
"Tak ada yang tahu kami suami istri. Tak ada yang tahu juga kami enggak punya pengalaman umrah," kenang Andika.
Dengan beberapa kali berkilah dan bersandiwara sebagai seseorang yang profesional, akhirnya perjalanan perdana sebagai guide bisa dikatakan sukses.
Mulai saat itu, sepanjang tahun 2012, mereka bisa memberangkatkan 800 orang. Di 2013, jumlah pelanggan bertambah menjadi 3.800 orang.
"Di tahun ini, kami memberanikan diri untuk benar-benar profesional dengan mengajukan izin penyelenggara umrah ke Kemenag. Jadi kami tak perlu lagi mencari partner," lanjutnya.
Kiprah Sang Istri
Menjadi miliarder tentu jadi kebanggan tersendiri bagi sang istri.
Melansir dari forbesindonesia.com, Anniesa Desvitasari Hasibuan merupakan perancang pertama yang mempresentasikan koleksi pakaian muslim di even bergengsi New York Fashion Week (NYFW).
Anniesa Desvita Hasibuan mendapatkan ilmu merancang busana berkat kursus singkatnya di London.
Dirinya dari kecil memang gemar menggambar hingga melancarkan jalannya masuk ke industri fesyen.
Forbes Indonesia telah memasukan Anniesa Desvitasari Hasibuan ke dalam daftar 10 wanita yang menginspirasi di Indonesia.
Hal itu didasarkan karena prestasinya di New York Fashion Week.