Pujian Tiap Malam Nurhayati untuk Anaknya yang Kekurangan Fisik, Bikin Putri Berangkat ke Jakarta
Ia tak merespon perkataan orang. Setiap orang yang mengajaknya bicara, Putri kecil hanya melihat saja. Nurhayati sangat cemas dan langsung membawanya
Penulis: M. Syah Beni | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Melahirkan anak yang memiliki kekurangan fisik bukanlah suatu musibah. Jika dididik dengan benar kelak ia akan menjadi sebuah anugerah.
Prinsip inilah yang terus dijaga Nurhayati. Perempuan yang memiliki anak dengan kekurangan fisik.
11 tahun lalu, cobaan seakan datang silih berganti menerpa Nurhayati. Putri Sari, anaknya yang baru berumur tiga tahun terlihat aneh.
Ia tak merespon perkataan orang. Setiap orang yang mengajaknya bicara, Putri kecil hanya melihat saja. Nurhayati sangat cemas dan langsung membawanya ke rumah sakit.
Benar saja, kecemasan Nurhayati terbukti. Anaknya didiagnosa mengalami ketulian. Juga mengakibatkan Putri mengalami gangguan berbicara.
Dunia seperti runtuh, suaminya tiba-tiba pergi meninggalkan ia dan Putri. Sampai sekarang Putri tak pernah tahu siapa ayahnya.
"Kasihan anak saya, Putri tidak bisa bicara, bagaimana dia ketika besar nanti, mau kerja apa," ujar Nurhayati memikirkan nasib anaknya.
Kini Putri sudah besar. Telah berumur 14 tahun. Ia sekarang sibuk dengan sekolahnya.
Ditemui di rumahnya Jalan Ahmad Rivai Lorong Enggano Palembang, Sekilas tak ada yang beda dengan fisik Putri.
Putri terlihat sedang asyik duduk sambil menonton televisi.
Matanya mengamati gerakan bibir orang yang ada di televisi. Ia pun sesekali menggerakan bibirnya.
"Putri baru terlihat berbeda setelah menginjak usia 3 tahun, dipanggil dia tidak menjawab dan bicaranya tidak jelas", jelas Nurhayati.
Putri yang tercatat sebagai siswi Sekolah Menengah Atas (SMP) Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) hanya bisa mengartikan pembicaraan dari gerak bahasa tubuh.
Keadaan Putri semakain terpuruk ketika beranjak dewasa. Ia kerap mendapat perlakuan buruk dari teman sebayanya baik secara verbal maupun fisik.
Putri tetap tegar. Tak sekalipun ia membalasnya. Sosok ibu lah yang membuatnya kuat.
Sejak ditinggal suami Nurhayati mencari uang sendiri. Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Setiap pagi mengambil upahan mencuci dan menyetrika pakaian.
"Penghasilan kecil hanya Rp 1 juta perbulan, syukur saja rumah tidak menyewa karena saya tinggal di rumah orangtua", jelas Nurhayati
Kegigihan Nurhayati menular dalam diri Putri. Hidup dalam himpitan ekonomi dan mengalami kekurangan, Putri mampu berprestasi di sekolah.
Siswi kelas 2 B Tuna Rungu tersebut menjuarai lomba keterampilan membatik tingkat Provinsi. Keberhasilan Putri tersebut membawa angin segar. Kini Putri bersiap menuju Ibu Kota untuk mengikuti lomba keterampilan membatik tingkat Nasional.
"Alhamdulilah saya sama sekali tidak menyangka kalau anak saya Putri bisa membatik, apalagi sampai menjuarai membatik tingkat Provinsi ", tuturnya.
Sebagai orangtua Nurhayati sangat mendukung bakat sang anak, Nurhayati juga berencana akan menyalurkan kemampuan membantik Putri dengan cara mendaftarkannya di kursus seni membatik.
"Rencananya akan berangkat tanggal 24 Agustus. Sepertinya Putri berbakat, meski cari uang susah saya akan berusaha membantu Putri meraih keberhasilannya", ungkap Nurhayati.
"Semoga Putri sukses di sana, karena saya tidak ikut mendampingi Putri pergi, saya hanya mampu memberikan dukungan beserta Doa untuk anak saya ", terang Nurhayati.
Dipuji Bukan Dicaci
Terlahir tak sempurna membuat Putri Sari harus mendapatkan pelatihan secara khusus.
Nurhayati menjelaskan ada pelatihan khusus untuk Putri agar bisa mengerti saat berbicara dengan orang normal.
Putri yang tidak bisa mendengar dan berbicara diajarkan dengan bahasa gerak mulut.
"Biasanya saya mengucapkan satu kata dengan gerakan lambat kepada Putri, selanjutnya Putri saya suruh untuk mengartikan arti dari bahasa gerak mulut saya," ujarnya
Jika salah Nurhayati selalu menggelengkan kepala dan jika benar Nurhayati akan menganggukan kepala tanda benar.
Sebagai pujian ia akan memberikan tepuk tangan dan senyuman.
Putri pun ikut tersenyum sumringah.
Setiap hari Nurhayati menyempatkan diri untuk mengajari Putri.
Hasilnya, Putri sekarang juga sudah banyak paham bahasa isyarat menggunakan mulut.
Kata 'tidak' dan angka sudah dikuasai putri.
Putri kini tidak kesulitan mengartikan bahasa gerak mulut, hanya saja untuk gerak mulut dengan tempo cepat Putri belum bisa mengartikannya.
"Jika kita ajak bicara menggunakan gerak mulut dengan tempo lambat Putri pasti mengerti, tetapi dengan gerak mulut tempo cepat Putri hanya bisa menggelengkan kepala karena tidak mengerti", jelas Nurhayati.
Saat Putri tidak mengerti, Nurhayati mengulanginya lagi. Ia mengatakan Putri bukan tidak bisa tapi belum bisa. Nanti diulang terus pasti bisa.
"Kata-kata seperti itulah yang selalu saya berikan ke Putri. Bukan tidak bisa tapi belum bisa," terangnya
Nurhayati juga kerap membesarkan hati Putri. Ia bicara dengan Putri bahwa apa yang ia alami bukanlah suatu kekurangan. Putri tetap bisa menjadi orang yang pintar. Orang yang membanggakan.
Rupanya kata-kata itu tanpa disadari Nurhayati membuat Putri menjadi orang yang lebih berani menerima keadaannya.
Ia tak pernah lagi mempedulikan orang yang mengejeknya.
Putri menyibukkan diri dengan apa yang ia sukai.
Pilihannya adalah kerajinan tangan.
Putri mahir membatik kain.
Tak hanya membatik, Putri juga bisa merajut.
Hasilnya, Putri membuktikan dirinya menjadi yang terbaik di ajang lomba membatik tingkat provinsi Sumsel.
"Setelah saya tahu kalau Putri mempunyai potensi besar dalam hal membatik, saya berencana mendaftarkan Putri untuk ikut kursus membatik", terangnya.
Mencari tahun minat anaknya bukanlah perkara gampang.
Nurhayati mengaku, Putri tak pernah sekalipun menunjukkan jika ia senang membatik.
Demikian juga saat ditanya. Putri hanya diam dan menggelengkan kepala.
Melalui pendekatan yang intensif dan terus diberikan semangat setiap harinya. Putri akhirnya berani mengeluarkan kemampuannya.
Tanpa sepengetahuan ibunya ia ikut lomba membatik. Ibunya sampai terkejut Putri bisa juara.
"Di balik kekurangan Putri ternyata ada kelebihan yang tak dimiliki orang normal. Saya bangga dengan dia," ujar Nurhayati.
Keluarga merupakan satu-satunya tempat Putri mendapat perhatian yang lebih.
Meski sibuk bekerja Nurhayati tak lupa untuk bicara dengan anaknya.
Memberikan pujian yang tak pernah didapat Putri saat di luar. Meski sederhana namun ternyata hasilnya mampu mengubah keadaan Putri.