Rela Tinggalkan Tanah Air dan Bergabung dengan Isis, Kini Malah Ingin Kembali ke Tanah Air
Omar Allouche sendiri mengatakan kepada BBC Indonesia, 12 WNI yang terdiri dari perempuan dan anak-anak itu telah berada di kamp tersebut 10 hari
"Banyak milisi ISIS yang duda ... mereka menikah hanya dua bulan atau dua pekan saja. Banyak laki-laki datang ke rumah dan mengatakan ke ayah saya, saya ingin anakmu," kata Nur.
Wajahnya jelas menampakkan raut yang sangat kecewa.
Ia juga menceritakan bagaimana saudara laki-lakinya sering mendapat pertanyaan apakah punya saudara perempuan yang bisa dijadikan istri.
"Yang mereka bicarakan hanya soal perempuan," kata Nur.
Sama seperti Nur, Leefa -perempuan berusia 38 tahun- memutuskan meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah kekuasaan Daulah Islamiyah.
"Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Di daerah ISIS semuanya gratis," kata Leefa.
"Saya datang ke wilayah kekuasaan ISIS dengan tujuan menjadi Muslim yang sebenarnya dan juga demi kesehatan," katanya.
Namun ketika tiba di Raqqa, kenyataan yang dia alami tak sesuai harapan. Operasi yang harus ia jalani tidak gratis dan biayanya sangat mahal sehingga dia akhirnya tak bisa menjalani operasi.
Leefa dan Nur termasuk di antara 16 orang WNI yang saat ini berada di kamp pengungsi di Ain Issa.
Kisah keduanya tentu sangat sulit diverifikasi kebenarannya, tetapi kisah mereka amat mirip dengan kisah orang-orang yang pindah ke Raqqa dengan harapan bisa hidup layak tetapi berakhir dengan kekecewaan.
Sebagian besar orang yang tergiur pindah ke Raqqa merasa kecewa dengan apa yang mereka saksikan dan alami.
Semua 'gambaran indah' Raqqa dan Negara Islam yang diunggah ISISke internet tak terbukti sama sekali.
"Yang saya tahu, mereka ini ditipu," kata Fayruz Khalil, seorang pengelola kamp pengungsi Ain Issa.
"Mereka mendapati gambaran yang disampaikan ISIS ternyata bohong ... selama 10 bulan terakhir mereka mencoba pindah, tapi baru bisa berhasil dalam beberapa hari ini," kata Khalil.

Kantor berita Kurdi ANHA, yang dipantau BBC Monitoring, melaporkan, ketika pasukan anti- ISIS memasuki Raqqa, mereka menemukan tiga keluarga Indonesia yang terdiri dari delapan perempuan, lima laki-laki, dan tiga anak-anak.