Enam Tahun Berjuang Melawan Gangguan Saraf Otak, Mareta Hanya Andalkan Obat Agar Bisa Sembuh

Sebelumnya, Mareta sempat sembuh selama 9 bulan, namun ketika memasuki bulan ke-10, penyakit yang dideritanya kembali kambuh.

Editor: Hartati

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Mareta Putrika anak dari pasangan Nurkiba (49) dan Hasim (58), warga Dusun 1 Desa Noman Lama, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) tidak akan pernah lupa momen terberat dalam hidup mereka, Selasa (23/5/2017).

Dimana saat keduanya harus menerima kenyataan pahit, putri ketiganya Mareta Putrika divonis mengidap gangguan saraf otak oleh dokter Rumah Sakit Siloam Tanggerang Banten.

Mareta, anak ketiga dari 7 bersaudara itu kini sehari-harinya hanya terbaring di rumah, dan tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukannya.

Nurkiba, ibu dari Maret sapaan akrab dari Mareta Putrika, dia mengidap gangguan saraf otak sudah selama 6 tahun.

Sejak ia menginjak usia 17 tahun hingga sekarang berusia 23 tahun.

Enam tahun bukanlah waktu yang singkat, namun Mareta mempunyai mental baja dan semangat pantang menyerah terhadap penyakit.

"Saat ini anak saya hanya terbaring di rumah dan bertahan dengan meminun obat saja. Padahal seharusnya, kata dokter yang menangani Mareta sebelumnya menganjurkan agar Mareta dibantu dengan terapi otak selain daripada meminum obat," tutur Nurkiba.

Dijelaskannya, kata dokter, kalau mau operasi sudah terlambat, tapi masih bisa disembuhkan dengan bantuan terapi.

Namun terapi inilah yang mahal, terapinya seminggu 3 kali, biayanya 30 ribu sekali terapi, jadi 90 ribu seminggu, dan itu tidak bisa terputus-putus, sampai benar-benar sembuh.

"Dulu, anak kami ini sempat dirawat di Rumah Sakit Siloam Tanggerang Banten, di sana dia selain minum obat juga dibantu dengan terapi. Alhamdulillah, selama 9 bulan kondisinya mulai membaik. Setelah itu dia kami bawa pulang ke Muratara, karena kami tidak ada biaya lagi untuk melanjutkan terapi," ungkapnya.

Pengobatan melalui terapi otak sepertinya menjadi jalan satu-satunya yang harus ditempuh guna menyembuhkan Mareta.

Akan tetapi jalan menuju kesembuhan itu ternyata begitu terjal.

Sebelumnya, Mareta sempat sembuh selama 9 bulan, namun ketika memasuki bulan ke-10, penyakit yang dideritanya kembali kambuh.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved