Berawal Hobi Kini Wati Merasakan Manisnya Bisnis Furniture

Bahan yang dipakai untuk membuat perabot rumah tangga seperti, lemari, kursi dan meja, di nilai Wati lebih mempunyai ciri khas.

Editor: Hartati
Tribunsumsel.com/Andri Hamdillah
Yusro Wati (47) kini menjadikan hobinya sebagai Profesi, ia membuka bisnis Furniture di rumahnya, tepatnya di Jalan Bukit Ringgit 1 Blok N, N 7 kecamatan Ilir Timur II, Senin (15/5/2017). 

Laporan Wartawan TRIBUNSUMSEL.COM, Andri Hamdillah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Berawal dari menjalankan hobinya mengkoleksi perabotan rumah tangga, seperti lemari, kursi dan meja makan, Yusro Wati (47) kini menjadikan hobinya sebagai Profesi, ia membuka bisnis Furniture di rumahnya, tepatnya di Jalan Bukit Ringgit 1 Blok N, N 7 kecamatan Ilir Timur II, Senin (15/5/2017).

Wati (sapaan akrabnya), mulai menggeluti bisnisnya tersebut pada tahun 2000, dengan mendatangkan perabotan dari Pulau Jawa, bukan tanpa alasan Wati mendatangkan perabot dari Jawa, karena bahan yang dipakai untuk membuat perabot rumah tangga seperti, lemari, kursi dan meja, di nilai Wati lebih mempunyai ciri khas.

"Pertama kali membeli untuk pakai sendiri, lalu coba menjual keteman-teman, ternyata banyak yang suka, lanjut saya meneruskan menjual lebih banyak lagi dan Alhamdulilah berjalan mulus sampai sekarang," katanya.

Perempuan kelahiran Februari 1970 tersebut menjelaskan, untuk harga barang berbeda-beda tergantung desain dan bahannya.

Kursi dari bahan kayu Jati full set dengan meja hiasnya dibandrol dengan harga Rp 29 Juta, sedangkan untuk kursi yang biasa disebut orang dengan kursi Syarini ini, dibandrol dengan harga Rp 2,8 juta per satu kursi.

Sedangkan untuk kursi berbahan Kayu biasa harganya bisa lebih murah.

Saat ramai pembeli Wati bisa mendapat omset Rp 60 juta perbulan tapi kalau sepi hanya separuhnya atau  sekitar 30 Juta perbulan.

Bisnis Wati sendiri sangat didukung penuh oleh suami dan keluarganya, sehingga tak ada halangan bagi Wati untuk berhenti, bahkan Wati menginginkan bisnis Furniture yang dijalankan sekarang, bisa diteruskan oleh anaknya nanti.

"Semua keluarga mendukung penuh bisnis ini, meski pertama kali sangat sulit ya, karena hanya bermodal Rp10 juta, dan pemasukannya hanya 4-5 juta perbulan, uangnya diputar kembali untuk membeli barang perabotan kembali, dan akhirnya terbayar lunas setelah 17 tahun, omzet perbulan meningkat,"jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved